Mohon tunggu...
dederamdania
dederamdania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya Membaca buku dan Menonton film

Selanjutnya

Tutup

Seni

Warisan Budaya Sunda : Wayang Golek Giri Harja

30 Desember 2024   20:27 Diperbarui: 30 Desember 2024   20:27 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertunjukan seni Wayang Gorek sangat terkenal di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, Jawa Barat. Wayang Golek merupakan salah satu dari beberapa kesenian wayang yang berasal dari masyarakat Sunda. Seni Pertunjukan  Wayang Gorek merupakan seni pertunjukan  yang sering dipentaskan. Pertunjukan seni Wayang Gorek tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap ritual dan ruwatan saja, namun juga sebagai tontonan dan hiburan pada acara-acara tertentu. Dalam pertunjukan seni wayang golek, agama dan kepercayaan sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari.

Jawa Barat merupakan daerah Sunda yang terkenal dengan seni wayang. Di baliknya ada keunikan tersendiri: Wayang Golek yang  identik dengan keluarga Sunarya. Kemampuan keturunan Sunarya  menjadi pemimpin pemikiran erat kaitannya dengan ajaran Abah Sunarya. Ia mendidik anak dan cucunya secara otodidak, menanamkan kecintaan terhadap pedalangan dan tentunya memajukan budaya Sunda. Keturunan Sunarya diidentifikasi dengan nama Padepokan Giri Harja. Berkat pertapaan inilah Wayang Golek semakin terkenal  di Jawa Barat

Sejarah Wayang Golek

Wayang Golek merupakan seni pertunjukan tiga dimensi  yang terbuat dari kayu, diukir menyerupai manusia dan ditutup dengan kain sebagai pakaian sehingga semakin menarik. Pertunjukan Wayang Golek biasanya dibawakan oleh  dalang dengan diiringi  alat musik gamelan. Dalang juga berperan dalam menceritakan kisah-kisah tentang lakon yang mereka bawakan dan memberikan nasihat serta  nasihat hidup.

Wayang Gorek pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Quds pada tahun 1583 sebagai sarana penyebaran ajaran Islam. Sunan Quds menarik perhatian penonton dengan menyuguhkan kisah kehidupan sehari-hari yang berlandaskan nilai-nilai Islam disertai humor.

Perkembangan selanjutnya adalah Wayang Golek Purwa yang tidak dapat dipisahkan dari peran Wiranata Koesoema III, bupati Bandung keenam. Ia sangat mencintai wayang namun menginginkan  pertunjukan yang lebih menghibur dan memiliki nilai-nilai Sunda. Akhirnya, ia meminta salah seorang dalang kulit (dalang dari Tegal) bernama Ki Darman  di Kecamatan Cibir, Ujung Berung, Bandung, untuk membuat cetakan kepala yang benar-benar menyerupai manusia. Hal ini melahirkan bentuk wayang golek Sunda  yang umum disaksikan saat ini.

Wayang golek asal Tanah Pasundan makin digemari dan tak lagi terbatas konsumsi kalangan berduit, masyarakat awam pun mulai menggemari wayang ini. Kesenian wayang ini  menyebar ke seluruh pelosok Jawa Barat setelah dibukanya De Grote Postweg (Jalan Raya Deenders) yang menghubungkan wilayah-wilayah Jawa Barat.

Wayang Golek Era Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya

Wayang Golek merupakan seni budaya Indonesia yang kaya akan sejarah dan tradisi. Wayang Gorek Sunda menempati tempat istimewa dalam keanekaragaman budaya Indonesia. Salah satu empu yang tetap bangga dengan kesenian ini adalah Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya. Ia ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi  dalang sejati. Ia sepenuhnya terintegrasi ke dalam dunia Wayang Gorek di mana ia menjadi bagiannya. Perjalanan dan prestasi Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya, sosok yang berjasa dalam melestarikan dan menghidupkan kembali kesenian Wayang Gorek Sunda.

Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya lahir pada tanggal 3 September 1955 di Bandung, Jawa Barat. Ia berasal dari keluarga yang menganut tradisi Wayang Gorek. Ayahnya, Abah Sunarya, adalah seorang dalang terkenal dan mewariskan ilmu seni wayang golek kepada putra-putranya. Ki Dalang Asep dikenalkan dengan seni wayang golek oleh ayahnya sejak usia dini, dan inilah awal perjalanan panjangnya memasuki dunia seni tradisional Sunda. Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya memulai karirnya sebagai dalang Wayang Gorek sejak usia dini. Berdedikasi dan berbakat, dia belajar dengan giat dan dengan cepat menjadi dalang yang disegani. Keahliannya sebagai dalang dan kemampuannya menciptakan cerita yang menarik menjadikannya salah satu dalang terbaik di Indonesia.

Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya tidak sebatas pertunjukan wayang di panggung adat. Ia juga mempunyai visi yang lebih besar yaitu mempopulerkan kesenian wayang golek Sunda. Kesenian wayang ini telah dibawanya ke berbagai festival  dan pertunjukan seni internasional dan juga tampil di berbagai program televisi. Melalui langkahnya tersebut, ia berhasil menggugah minat masyarakat  terhadap seni Wayang Golek. Berkat kepiawaiannya yang tenang, berbagai penghargaan telah diraihnya di tingkat lokal, regional, bahkan internasional.

Kalau bukan karena Ki Asep Sunandar Sunarya, mungkin tokoh si Cepot tidak akan sepopuler sekarang. Dengan memperkenalkan patung wayang Cepot yang bisa mengangguk, wayang buta yang menyemburkan mie, atau patung Arjuna dengan busur atau Bima yang berdada perkasa, ia menjelaskan apa yang menurut sebagian orang hanyalah saya memperkenalkan apa yang saya anggap sebagai kesenian rakyat jelata. Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya berhasil lebih meningkatkan kualitas wayang golek dengan juga menciptakan  pakaian wayang yang terlihat mewah.

Penghidupan dan ketenarannya diperoleh dari perjuangan tanpa akhir dalam berbagai aspek kehidupan, yang seringkali tidak menyenangkan. Kebahagiaan pasti datang sebelum kesedihan. Suka dan duka kerap beradu dalam perjalanan Ki Dalang Asep. Banyak orang tidak mengetahui betapa sulitnya jalan menuju karir profesional. Di awal karirnya, Ki Dalang Asep kerap mendapat kritik negatif dari banyak orang, terutama ayahnya (Abah Sunarya).

Padepokan Giri Harja

Padepokan Giri Harja adalah nama tempat yang didirikan  pada tahun 1920-an oleh Dalang Abar Sunarya (akhir) melalui pelestarian dan pengembangan seni pertunjukan wayang golek Sunda yang merupakan paradigma kebudayaan Sunda. Namun pada tahun tersebut pertapaan masih berada di rumah Jelekong Tongoh, dan masih belum ada bangunan khusus atau bangunan khusus untuk latihan wayang, tari, atau alat musik. Oleh karena itu, pada tahun 2009, keluarga Sunarya memulai pembangunan Padepokan yang kemudian menjadi Art Padepokan  di Jelekong khususnya Wayang, dan Padepokan ini selesai dibangun dan pekerjaan peresmian dimulai pada tahun 2014. Setelah dibuka, Padepokan Giri Harja banyak memamerkan kesenian yang berkembang di Jelekong, seperti jaipon, seni lukis, dan khususnya wayang golek. Padepokan Gili Harja hingga saat ini masih banyak dikunjungi oleh masyarakat yang ingin belajar seni.

Di  media, keluarga Seni Giri Harja juga dianggap bagian dari Dinasti Sunarya.  Padepokan Giri Harja hingga saat ini telah melahirkan empat generasi seniman: Dalang dan Nayaga. Di antaranya tokoh budayawan terkenal dan populer seperti Dalang H. Asep Sunandar Sunarya (almarhum), Ki Dalang H. Ade Kosasih Sunarya (almarhum), dan Ki Dalang Dadan Sunandar Sunarya (almarhum).

Tokoh Wayang Golek

Dalam Wayang Golek, tokoh Punakawan, Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng, merupakan tokoh khas Wayang Golek Indonesia, khususnya Wayang Golek Gili Harja. Karakter-karakter ini memainkan berbagai peran, termasuk penasihat ksatria, penghibur, komentator sosial, dan bahkan  sumber kebenaran dan politik. Tokoh Punakawan berikut ini sering muncul dalam pementasan wayang Giri Harja.

  • Semar

Semar, juga dikenal sebagai 'Semar Badranaya', adalah inkarnasi dewa Batara Ismaya. Semar dan  istrinya Stilagen memiliki tiga anak: Cepot, Dawala, dan Gareng.

  • Cepot

Tokoh Cepot ini  terkenal di dunia Wayang Golek Sunda. Cepot dikenal tidak hanya karena sifatnya yang humoris dan nakal, tetapi juga karena kepribadiannya yang cerdas. Cepot adalah anak pertama  Semar.

  • Dawala

Tokoh Dawala merupakan adik dari tokoh Cepot, dan anak kedua dari pasangan Semar dan Sutiragen. Dawala mempunyai kecenderungan untuk selalu mengikuti kakak laki-lakinya (Cepot) apapun yang dia lakukan atau kemanapun dia pergi.

  • Gareng

Gareng adalah tokoh yang menarik, anak bungsu atau  ketiga dari pasangan Semar dan Sutiragen, serta adik dari tokoh Cepot dan Dawala.

Sumber : 

Ayesha, L. (2023). Mengenal Wayang Golek: Warisan Budaya Indonesia Asal Jabar : DetikJabar.

Car Rent, N. (2023). Sejarah dan Tokoh Kesenian Wayang Golek : NabaTransport.

Anhari, N. Pelestarian Wayang Golek Di Padepokan Giri Harja Jelekong Kabupaten Bandung Jawa Barat 2009-2018.

Diaz, P. (2017). Ki Asep Sunandar Sunarya Seorang Maestro Wayang Golek Tanah Sunda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun