Kalau bukan karena Ki Asep Sunandar Sunarya, mungkin tokoh si Cepot tidak akan sepopuler sekarang. Dengan memperkenalkan patung wayang Cepot yang bisa mengangguk, wayang buta yang menyemburkan mie, atau patung Arjuna dengan busur atau Bima yang berdada perkasa, ia menjelaskan apa yang menurut sebagian orang hanyalah saya memperkenalkan apa yang saya anggap sebagai kesenian rakyat jelata. Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya berhasil lebih meningkatkan kualitas wayang golek dengan juga menciptakan  pakaian wayang yang terlihat mewah.
Penghidupan dan ketenarannya diperoleh dari perjuangan tanpa akhir dalam berbagai aspek kehidupan, yang seringkali tidak menyenangkan. Kebahagiaan pasti datang sebelum kesedihan. Suka dan duka kerap beradu dalam perjalanan Ki Dalang Asep. Banyak orang tidak mengetahui betapa sulitnya jalan menuju karir profesional. Di awal karirnya, Ki Dalang Asep kerap mendapat kritik negatif dari banyak orang, terutama ayahnya (Abah Sunarya).
Padepokan Giri Harja
Padepokan Giri Harja adalah nama tempat yang didirikan  pada tahun 1920-an oleh Dalang Abar Sunarya (akhir) melalui pelestarian dan pengembangan seni pertunjukan wayang golek Sunda yang merupakan paradigma kebudayaan Sunda. Namun pada tahun tersebut pertapaan masih berada di rumah Jelekong Tongoh, dan masih belum ada bangunan khusus atau bangunan khusus untuk latihan wayang, tari, atau alat musik. Oleh karena itu, pada tahun 2009, keluarga Sunarya memulai pembangunan Padepokan yang kemudian menjadi Art Padepokan  di Jelekong khususnya Wayang, dan Padepokan ini selesai dibangun dan pekerjaan peresmian dimulai pada tahun 2014. Setelah dibuka, Padepokan Giri Harja banyak memamerkan kesenian yang berkembang di Jelekong, seperti jaipon, seni lukis, dan khususnya wayang golek. Padepokan Gili Harja hingga saat ini masih banyak dikunjungi oleh masyarakat yang ingin belajar seni.
Di  media, keluarga Seni Giri Harja juga dianggap bagian dari Dinasti Sunarya.  Padepokan Giri Harja hingga saat ini telah melahirkan empat generasi seniman: Dalang dan Nayaga. Di antaranya tokoh budayawan terkenal dan populer seperti Dalang H. Asep Sunandar Sunarya (almarhum), Ki Dalang H. Ade Kosasih Sunarya (almarhum), dan Ki Dalang Dadan Sunandar Sunarya (almarhum).
Tokoh Wayang Golek
Dalam Wayang Golek, tokoh Punakawan, Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng, merupakan tokoh khas Wayang Golek Indonesia, khususnya Wayang Golek Gili Harja. Karakter-karakter ini memainkan berbagai peran, termasuk penasihat ksatria, penghibur, komentator sosial, dan bahkan  sumber kebenaran dan politik. Tokoh Punakawan berikut ini sering muncul dalam pementasan wayang Giri Harja.
- Semar
Semar, juga dikenal sebagai 'Semar Badranaya', adalah inkarnasi dewa Batara Ismaya. Semar dan  istrinya Stilagen memiliki tiga anak: Cepot, Dawala, dan Gareng.
- Cepot
Tokoh Cepot ini  terkenal di dunia Wayang Golek Sunda. Cepot dikenal tidak hanya karena sifatnya yang humoris dan nakal, tetapi juga karena kepribadiannya yang cerdas. Cepot adalah anak pertama  Semar.
- Dawala
Tokoh Dawala merupakan adik dari tokoh Cepot, dan anak kedua dari pasangan Semar dan Sutiragen. Dawala mempunyai kecenderungan untuk selalu mengikuti kakak laki-lakinya (Cepot) apapun yang dia lakukan atau kemanapun dia pergi.
- Gareng
Gareng adalah tokoh yang menarik, anak bungsu atau  ketiga dari pasangan Semar dan Sutiragen, serta adik dari tokoh Cepot dan Dawala.