Mohon tunggu...
Dede Widian Prayugo
Dede Widian Prayugo Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universits Mulawarman www.dedewidianprayugo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

9 Jam di Bontang, Naik ‘Roller Coaster’ Terpanjang

14 Juni 2016   07:41 Diperbarui: 14 Juni 2016   22:28 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak salah satu sisi kilang gas milik Badak LNG (sumber: www.asiabusinessinfo.com)

Didalam kantung itu terdapat sebuah gantungan kunci berbentuk lingkaran dengan batu alam yang menempel disalah satu sisinya. Sementara disisi lain terdapat bagian berwarna emas dengan logo Badak LNG. Bagi penulis, kenang-kenangan semacam ini lebih mendekatkan perusahan secara personal kepada siapapun yang diberikan.

Plan tour pun dimulai, tiga bus berukuran besar membawa kami berkeliling Badak LNG. Seluruh peserta tidak diperbolehkan membawa handphone dan kamera sebagai salah satu prosedur SOP. Seorang pria dengan pakaian safety dan sebuah pengeras suara tampak berdiri didepan. Pria yang juga karyawan Badak LNG tersebut akan menjadi guide disepanjang perjalanan.

Menarik dalam plan tour tersebut melihat bagaimana antara kilang dan wilayah aman dibatasi hutan dan lapangan golf yang cukup luas serta tanggul yang cukup tinggi. Belum lagi harus melalui banyaknya portal-portal yang dijaga dengan baik. Badak LNG sangat mengutamakan keselamatan berbeda dengan perusahaan lain yang terkadang melupakan hal tersebut. Di Tarakan contohnya, pemukiman warga menyatu dengan wilayah produksi minyak dan gas. Mungkin tingkat bahaya tidak begitu besar dibandingkan sebuah kilang, namun tetap saja safety seperti itu harusnya menjadi kewajiban.

Tampak salah satu sisi kilang gas milik Badak LNG (sumber: www.asiabusinessinfo.com)
Tampak salah satu sisi kilang gas milik Badak LNG (sumber: www.asiabusinessinfo.com)
Kilang Badak LNG sangatlah luas, di kanan dan kiri terlihat pipa-pipa besar sebagai jalur gas, air normal dan air laut. Tangki-tangki besar juga tidak luput dari pandangan. Plan tour di kilang Badak LNG bahkan terasa lebih menarik dibandingkan tempat wisata lain sekelas kebun binatang. “Siapa yang buat kilang seluas ini? Butuh waktu berapa lama ya?,” gumam penulis dalam hati sambil menengok kanan dan kiri.

Yang tidak kalah menarik Badak LNG ternyata memiliki fasilitas untuk karyawan yang ingin memancing menggunakan kapal-kapal kecil yang telah disediakan perusahaan. Hal itu melengkapi fasilitas-fasilitas lain yang penulis lihat disepanjang perjalanan.

Sekitar 30 menit, tidak terasa plan tour selesai. Seluruh peserta kembali ke Town Centre untuk menyantap makan siang yang disediakan sebelum beranjak ke tujuan selanjutnya yaitu Koperasi Karyawan (Kopkar) PKT.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unmul yang mengabadikan momen seusai mengikuti kuliah umum di Town Centre Badak LNG
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unmul yang mengabadikan momen seusai mengikuti kuliah umum di Town Centre Badak LNG
 Jarak antara Badak LNG dan PKT tidaklah terlalu jauh, kami pun akhirnya sampai di Masjid Baiturrahman PKT untuk melaksanakan solat Dzuhur. Berukuran besar dengan arsitektur yang terlihat tua justru membuat masjid itu tampak megah. Bahkan kabarnya, masjid yang rutin menyalurkan beasiswa untuk pelajar tidak mampu tersebut pernah masuk dalam jajaran masjid terbesar di Indonesia.

Masjid Baiturrahman didirikan sejak tahun 1993 (sumber: www.panoramio.com)
Masjid Baiturrahman didirikan sejak tahun 1993 (sumber: www.panoramio.com)
Selanjutnya kami pun pergi ke gedung koperasi PKT untuk menerima materi dari Kopkar PKT yang hanya berjarak 100 meter. Materi yang disampaikan adalah bagaimana komunikasi bisnis dan strategi Kopkar dalam menjalankan kewajiban mereka. Bahkan sebagai sebuah koperasi yang notabene pada era sekarang ini mulai ditinggalkan masyarakat, Kopkar PKT justru mendapatkan keuntungan yang sangat fantastis. Dengan menerapkan keyakinan untuk menyejahterakan karyawan, sekarang Kopkar PKT memiliki banyak usaha salah satunya pujasera yang mereka kelola sendiri.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi bersama dengan dosen dan pemateri dari Kopkar PKT di gedung Koperasi PKT Bontang
Mahasiswa Ilmu Komunikasi bersama dengan dosen dan pemateri dari Kopkar PKT di gedung Koperasi PKT Bontang
Setelah materi dari Kopkar PKT usai, maka berakhirlah kuliah umum di Bontang. Namun karena masih ada waktu untuk jalan-jalan, kami pun memutuskan untuk berwisata di Bontang Kuala sebelum bertolak ke Samarinda. Beruntung bagi kami cuaca saat itu sudah mulai cerah.

Tidak begitu istimewa bagi sebuah Bontang Kuala. Hanya pemukiman pesisir yang padat penduduk berada diatas laut. Untuk mencapai sisi paling ujung, pengunjung harus melewati jalan kayu dengan berjalan kaki atau mengendarai motor. Setiap kali kendaraan lewat, membuat jalanan bergetar.

Ketika sampai tepat di sisi paling ujung, yang awalnya tidak begitu istimewa menjadi berkesan. Pengunjung disuguhkan pemandangan laut yang indah. Banyak cafe-cafe dan warung makan yang buka disana. Kursi-kursi santai dari kayu tertata rapi yang diperuntukkan kepada pengunjung yang ingin menikmati semilir angin laut sambil menikmati segelas es kelapa muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun