Mohon tunggu...
Farhan Dentamayall
Farhan Dentamayall Mohon Tunggu... Freelancer - Lagi Belajar Menulis

Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Bayangan Cinta di Senja Bandung Bab 1: Awal Perjalanan

31 Mei 2024   20:13 Diperbarui: 31 Mei 2024   20:20 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung, 12 April 2013

Matahari mulai tenggelam di balik gunung, meninggalkan semburat jingga di langit kota Bandung. Di sebuah sekolah menengah pertama, Alan Setiawan berjalan pelan di koridor yang mulai sepi. Hatinya kacau, baru saja ia mengakhiri hubungannya dengan Yuni, pacarnya selama hampir setahun. Dengan berat hati, ia mencoba untuk tidak mengingat kenangan manis bersama Yuni, tetapi semakin ia berusaha melupakan, semakin jelas bayangan Yuni di pikirannya.

Sore itu, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kota. Ia butuh udara segar, sesuatu yang bisa menenangkan hatinya. Di sana, ia melihat anak-anak bermain, pasangan-pasangan yang bercengkrama, dan orang-orang yang menikmati sore yang indah. Alan duduk di bangku taman, memandangi langit yang mulai gelap.

Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari temannya, Rendy. Rendy mengajaknya bertemu dengan beberapa teman lain di sebuah kafe. Alan setuju, berharap suasana baru bisa mengalihkan pikirannya dari kesedihan.

Di kafe itu, Rendy memperkenalkan Alan kepada seorang gadis berkerudung bernama Miska Nurul. Miska adalah teman dari temannya Rendy, dan mereka bersekolah di SMP yang berbeda. Miska tampak pemalu, tetapi senyumnya yang tulus membuat Alan merasa sedikit lega.

“Hi, kamu Miska, kan?” Alan memberanikan diri untuk menyapa.

“Iya, kamu Alan, ya?” jawab Miska sambil tersenyum manis. Percakapan sederhana itu menjadi awal dari perkenalan mereka. Alan dan Miska mulai sering berkomunikasi lewat pesan singkat dan BBM (BlackBerry Messenger), berbagi cerita dan saling mengenal lebih dalam.

---

Bandung, Juli 2013

Waktu berlalu, dan Alan sekarang memasuki masa SMA. Hari pertama di SMA selalu penuh dengan kegembiraan dan sedikit ketegangan. Meski Alan dan Miska bersekolah di SMA yang berbeda, mereka memutuskan untuk tetap menjalin hubungan.

“Hai, Miska! Gimana hari pertamamu di sekolah?” tanya Alan saat mereka bertemu di kafe yang sama, tempat pertama kali mereka bertemu.

“Lumayan, Alan. Meski beda sekolah, aku merasa lebih tenang karena kita tetap bisa bertemu,” jawab Miska dengan senyum manis.

Percakapan sederhana itu menjadi awal dari hubungan mereka yang lebih dalam. Mereka sering bertukar kabar melalui pesan singkat sepanjang hari. Alan sering mengantar Miska ke sekolahnya meskipun harus bangun lebih pagi, hanya untuk bisa melihat senyum di wajahnya.

---

Bandung, 2016

Hubungan Alan dan Miska semakin kuat seiring berjalannya waktu. Meskipun mereka bersekolah di tempat yang berbeda, Alan selalu menyempatkan diri untuk mengantar Miska ke sekolahnya. Di akhir pekan, mereka sering pergi ke sebuah daerah pegunungan yang indah, menikmati pemandangan alam yang menyejukkan hati.

Pada suatu Minggu pagi, Alan mengajak Miska ke sebuah kebun teh yang tenang. Mereka duduk di atas rumput, memandangi kabut tipis yang menyelimuti kebun teh. Miska menggenggam tangan Alan, merasakan kehangatan yang mengalir di antara mereka.

“Alan, terima kasih sudah selalu ada untukku. Aku merasa sangat beruntung memiliki kamu,” kata Miska sambil menatap mata Alan dalam-dalam.

“Aku juga, Miska. Kamu adalah alasan aku ingin menjadi lebih baik setiap harinya,” jawab Alan dengan penuh kebahagiaan.

Mereka sering menghabiskan waktu bersama di rumah miska atau rumahnya alan, tempat favorit mereka untuk bertemu. Sore itu, Alan mengunjungi rumah Miska sambal membawa makanan kesukaannya. Mereka duduk di teras depan, menikmati makanan ringan sambil bercengkrama tentang impian dan masa depan mereka.

“Suatu hari nanti, aku ingin kita bisa membangun rumah kecil, dengan pemandangan seperti ini,” kata Alan, membayangkan masa depan mereka bersama.

“Dan kita akan menghabiskan setiap sore seperti ini, hanya kita berdua,” balas Miska sambil tersenyum.

Keluarga Alan dan Miska juga mendukung hubungan mereka. Alan sering mengunjungi rumah Miska, begitu juga sebaliknya. Orang tua mereka sangat bahagia melihat hubungan yang sehat dan penuh kasih sayang antara Alan dan Miska.

Namun, di balik kebahagiaan itu, Alan memiliki sisi gelap yang tidak diketahui oleh Miska dan keluarganya. Ia masih sering terlibat dalam kegiatan gengnya, dari tawuran hingga penggunaan obat-obatan. Meski Miska tahu Alan pernah memiliki masa lalu yang kelam, ia tidak menyangka bahwa Alan masih terlibat dalam hal-hal tersebut.

Suatu hari, Miska menemukan bukti tentang kegiatan Alan. Ia merasa sangat kecewa, tetapi cintanya kepada Alan membuatnya tetap bertahan. Ia berbicara dengan Alan, memintanya untuk berhenti dan memperbaiki diri.

“Alan, aku tahu kamu bisa berubah. Aku percaya kamu bisa jadi lebih baik,” kata Miska dengan mata berkaca-kaca.

Alan hanya bisa mengangguk, berjanji untuk berubah. Tetapi, beberapa minggu kemudian, Alan kembali ke kebiasaan lamanya. Miska yang sabar terus mengingatkan, namun puncaknya terjadi saat Alan terlibat dalam balapan liar dan berakhir di rumah sakit.

---

Rumah Sakit, Bandung, 2016

Di rumah sakit, Miska dengan sabar merawat Alan meski hatinya penuh luka. Namun, ketika Alan mengucapkan kata-kata kasar yang tidak pernah ia ucapkan sebelumnya, Miska merasa tidak bisa lagi bertahan.

“Ini terakhir kali aku di sini, Alan. Aku tidak bisa terus seperti ini,” ucap Miska sambil menangis.

Alan merasa hancur, tetapi tidak bisa berbuat banyak. Setelah keluar dari rumah sakit, ia mencoba sekali lagi meminta maaf dan membuat pengakuan. Namun, hati Miska sudah terlanjur kecewa.

---

Bandung, 2024

Kini, di usia 25 tahun, Alan masih belum bisa move on dari Miska. Ia menulis cerita ini dengan harapan bisa mengurangi beban penyesalannya. Dari media sosial, ia melihat Miska yang kini telah bahagia bersama suaminya dan anak mereka.

“Apakah mungkin dia kembali?” Alan bertanya pada dirinya sendiri, meskipun ia tahu jawabannya.

Cerita ini adalah caranya untuk melepaskan penyesalan dan harapan yang tak mungkin terwujud. Walaupun sulit, Alan berusaha untuk menerima kenyataan dan melanjutkan hidupnya, meski bayangan Miska masih menghantuinya.

---

Penutup

Cerita ini adalah refleksi dari penyesalan dan harapan seorang pria yang pernah mencintai dan dicintai. Walaupun hubungan mereka tidak berakhir bahagia, kenangan itu tetap menjadi bagian dari hidupnya. Alan belajar bahwa kadang cinta harus merelakan, dan bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensi yang harus dihadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun