“Lumayan, Alan. Meski beda sekolah, aku merasa lebih tenang karena kita tetap bisa bertemu,” jawab Miska dengan senyum manis.
Percakapan sederhana itu menjadi awal dari hubungan mereka yang lebih dalam. Mereka sering bertukar kabar melalui pesan singkat sepanjang hari. Alan sering mengantar Miska ke sekolahnya meskipun harus bangun lebih pagi, hanya untuk bisa melihat senyum di wajahnya.
---
Bandung, 2016
Hubungan Alan dan Miska semakin kuat seiring berjalannya waktu. Meskipun mereka bersekolah di tempat yang berbeda, Alan selalu menyempatkan diri untuk mengantar Miska ke sekolahnya. Di akhir pekan, mereka sering pergi ke sebuah daerah pegunungan yang indah, menikmati pemandangan alam yang menyejukkan hati.
Pada suatu Minggu pagi, Alan mengajak Miska ke sebuah kebun teh yang tenang. Mereka duduk di atas rumput, memandangi kabut tipis yang menyelimuti kebun teh. Miska menggenggam tangan Alan, merasakan kehangatan yang mengalir di antara mereka.
“Alan, terima kasih sudah selalu ada untukku. Aku merasa sangat beruntung memiliki kamu,” kata Miska sambil menatap mata Alan dalam-dalam.
“Aku juga, Miska. Kamu adalah alasan aku ingin menjadi lebih baik setiap harinya,” jawab Alan dengan penuh kebahagiaan.
Mereka sering menghabiskan waktu bersama di rumah miska atau rumahnya alan, tempat favorit mereka untuk bertemu. Sore itu, Alan mengunjungi rumah Miska sambal membawa makanan kesukaannya. Mereka duduk di teras depan, menikmati makanan ringan sambil bercengkrama tentang impian dan masa depan mereka.
“Suatu hari nanti, aku ingin kita bisa membangun rumah kecil, dengan pemandangan seperti ini,” kata Alan, membayangkan masa depan mereka bersama.
“Dan kita akan menghabiskan setiap sore seperti ini, hanya kita berdua,” balas Miska sambil tersenyum.