Mohon tunggu...
Deden Hendrayana
Deden Hendrayana Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Belajar Menulis di kompasiana dan di blog http://dedenhendrayana.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hati-hati: Faktor Berikut Ini Bisa Buat Anda Jadi Tidak Jujur

15 Juni 2023   16:10 Diperbarui: 15 Juni 2023   16:15 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Bagaimana menurut Anda bila dikatakan bahwa tidak ada orang yang jujur di dunia ini?

Selalu saja ada keinginan orang untuk berbuat curang, meskipun itu hanya sedikit saja dalam skala kecil.

Benarkah demikian adanya?

Ada teori yang bilang bahwa tindakan kecurangan itu seperti sedang melakukan analisa untung-rugi.

Bila Anda rasa keuntungan lebih besar dari kerugian yang akan didapat maka Anda akan cenderung berbuat curang.

Sebab Anda selalu menimbang faktor-faktor berikut sebelum memutuskan untuk berbuat curang atau tidak jujur itu.

Faktor tersebut adalah seberapa besar yang bisa Anda peroleh, seberapa besar kemungkinan ketahuan serta hukuman seperti apa yang akan Anda derita bila ketahuan.

Yang dominan tentunya faktor imbalan dan kemungkinan ketauan.

Kedua hal ini menarik untuk dikaji apakah memang benar itu yang kerapkali memotivasi orang untuk berbuat curang?

Berangkat dari teori tersebut, Dan Ariely, seorang behavioral economist, kemudian melakukan beberapa eksperimen lanjutan.

Eksperimen awalnya sederhana saja

Beberapa orang-orang di suatu universitas diminta untuk menyelesaikan 20 soal matematika yang cukup mudah, tetapi dengan waktu yang amat terbatas cuma 5 menit saja.

Sebelum memulainya, Dan Ariely memberikan instruksi bahwa setiap orang nanti akan diberi imbalan $1 dolar untuk setiap jawaban benar mereka.

Pengerjaan soal pun dimulai dan dalam waktu 5 menit semua orang diminta untuk berhenti mengerjakan soal.

Orang-orang tersebut diminta menghitung sendiri berapa jawaban benar mereka dan setelah itu diminta pergi ke belakang kelas lebih dahulu menuju mesin penghancur kertas.

Mereka diminta untuk menghancurkan kertas jawaban mereka dengan mesin penghancur kertas tersebut.

Baru setelahnya, mereka diminta maju lagi ke meja pengawas untuk memberitahukan berapa banyak soal yang mereka jawab benar.

Tes kejujuranlah, barang bukti dihancurkan dan mereka sendiri yang harus jujur bilang berapa jawaban benar mereka.

Hampir sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka bisa menjawab benar rata-rata 6 soal dan dibayarlah mereka $6 dolar.

Namun ada rahasia yang tidak diketahui oleh responden.

Mereka tidak mengetahui bahwa sesungguhnya kertas jawaban yang mereka masukkan oleh mereka sendiri ke dalam penghancur kertas tidaklah benar-benar hancur.

Kertas tersebut kemudian diambil lagi oleh para pengawas untuk dilihat seberapa banyak orang sebenarnya yang jujur dalam membuat pernyataan.

Para pengawas pun kemudian menganalisa dan menghitung bahwa ternyata banyak responden hanya menjawab benar rata-rata untuk 4 soal saja.

Hasil Eksperimen

Woww, terlihat kan, bahwa hampir sebagian besar responden tidak jujur dalam hal ini.

Rata-rata bilang mampu menjawab benar 6 soal, pada kenyataannya mereka hanya menjawab benar 4 soal saja.

Eksperimen pertama ini menyimpulkan bahwa hampir sebagian besar orang tidak jujur meskipun tidak banyak-banyak amat dalam melakukannya.

Rata-rata responden curang dan mengambil keuntungan $2 (sedikit saja dalam ukuran eksperimen) hanya saja dilakukan oleh hampir lebih dari setengah responden.

Hampir lebih dari setengah responden... Bayangkan...!

Eksperimen Lanjutan

Dan Ariely bersama rekannya kemudian memodifikasi eksperimen mereka selanjutnya.

Sebagian responden diberi variasi terhadap banyaknya uang yang bisa didapatkan bila mereka menjawab benar.

Kita akan bayar mereka 10 sen, 50 sen, $1, $5 dan $10 untuk setiap soal yang benar, begitu kata Dan Ariely.

Bagaimana menurut pendapat Anda? Apakah yang akan terjadi?

Anda mungkin mengira bahwa ketika jumlah uang ditambah, para responden akan semakin tidak jujur, tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian.

Hasilnya masih konsisten, hampir sebagian besar orang melakukan kecurangan kecil-kecilan saja dan tidak sensitif terhadap kenaikan imbalan yang akan diperoleh.

Dengan kata lain, faktor besaran yang bisa didapat tidak begitu dominan mempengaruhi orang untuk berbuat curang dan mengambil keuntungan lebih banyak.

Lalu bagaimana dengan faktor kemungkinan tertangkap atau ketahuan?

Eksperimen Lagi

Dalam percobaan lain Dan Ariely juga memodifikasi eksperimennya.

Dia meminta responden untuk menghancurkan kertas jawaban mereka hanya sebagian saja tidak seluruhnya.

Tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah bila orang tahu kalau kertas jawaban mereka tersisa (yang nanti bisa dijadikan barang bukti) akan menimbulkan perbedaan pada tingkat keinginan untuk berbuat curang?

Pada kesempatan lain malah sempat dicoba bagaimana bila pengawasnya diganti oleh seorang yang tidak memiliki kemampuan melihat. Apakah responden akan semakin banyak berbuat curang?

Hasilnya tetap konsisten bahwa sebagian besar orang melakukan kecurangan, tetapi hanya kecil-kecilan saja meskipun kemungkinan tertangkapnya juga kecil.

Pembohongan Diri (Fudge-Factor)

Berdasarkan eksperimen-eksperimen tersebut, Dan Ariely kemudian mengajukan teori bahwa "our behavior is driven by two opposing motivations".

Tingkah laku kita dalam hal ini ditentukan oleh 2 bentuk motivasi berbeda.

Satu sisi, kita ingin melihat diri kita sendiri sebagai orang yang jujur dan terhormat dan ingin melihat diri kita di cermin dan merasakan diri ini adalah baik (ego motivation).

Di sisi lain, kita boleh melakukan sedikit kecurangan sepanjang masih bisa merasa nyaman terhdap diri kita sendiri (financial motivation).

Jadi, ada semacam tingkat kecurangan yang masih bisa kita terima dimana kecurangan boleh kita lakukan pada level ringan, selama itu tidak mengubah gambaran kita terhadap diri kita sendiri.

Dan Ariely mengistilahkannya sebagai faktor pembohongan diri (Fudge Factor)

Agak-agak gimana gitu membaca perihal 2 motivasi ini.

Mari Kita Simak Lagi

Dengan bahasa sederhananya, kecurangan akan cenderung Anda lakukan sepanjang hal tersebut tidak mengubah gambaran perihal diri Anda sendiri sebagai orang yang baik.

Dan yang lebih menarik adalah bahwa kecurangan Anda itu akan bertambah ketika Anda melihat kecurangan di sekitar Anda, utamanya jika itu berasal dari kelompok Anda.

Kecurangan juga akan bertambah ketika Anda dihadapkan pada objek yang bukan uang (benda lain yang bisa diuangkan atau bentuk-bentuk pembayaran online yang zama sekarang sudah jadi kebutuhan).

Semakin gimana perasaan ini membaca penjelasan tersebut.

Bayangkan saja, sekarang ini apa-apa bisa dilakukan dengan sistem transfer antar bank dan tidak heran bila kecurangan akan semakin bertambah seiring dengannya.

Lalu apakah yang bisa menguranginya?

Moral, Etika dan Agama

Ketika orang diingatkan tentang moral, etik dan agama sampai level tertentu bisa membuat orang tidak ingin berbuat curang. 

Sedikit bisa dibahas perihal kode etik yang juga sempat dilakukan test oleh Dan Ariely.

Pada satu kesempatan, para responden diminta untuk menandatangani semacam kode kehormatan (honor of code). Semacam pernyataan bahwa test akan dilakukan berdasarkan panduan kode kehormatan universitas.

Para responden yang menandatangani kode kehormatan tidak ada yang berbuat curang (meskipun kode kehormatan itu cuma diada-adakan saja, sesungguhnya tidak ada).

Lalu bagaimana bila terrnyata kode kehormatan itu memang ada?

Dari berbagai percobaan lain di suatu universitas yang memang memiliki semacam kode kehormatan tertulis dan setiap tahun selalu ada program training untuk mengingatkan kembali kode kehoarmatan tersebut.

Apakah para responden yang ikut eksperimen dan mengerti benar bahwa mereka punya kode kehormatan tidak melakukan kecurangan?

Ternyata walalupun mereka sadar mereka punya kode kehormatan yang selalu diingatkan setiap tahun, tetap saja mereka melakukan kecurangan.

Kecuali itu tadi mereka diminta untuk menandatangani kode kehormataan terlebih dulu sebelum melakukan test. Baru deh mereka tidak akan melakukan kecurangan.

Silahkan bila Anda berminat, Anda bisa membaca lebih lanjut di bukunya Dan Ariely yang berjudul "The (Honest) Truth About Dishonesty Book"

Mengetahui hasil eksperimen ini, anjuran dari beberapa orang arif agar kita selalu ingat pada Tuhan dan selalu memohon perlindunganNya menjadi benar adanya.

Andapun bisa menyaksikan penjelasan singkat perihal eksperimen diatas dalam presentasinya Dan Ariely di Ted.com

Kesimpulan

Dalam eksperimen yang dilakukan oleh Dan Ariely, ditemukan bahwa kebohongan atau perilaku tidak jujur sering kali terjadi dalam skala kecil dan tidak signifikan.

Konsep "fudge factor" mengacu pada kecenderungan seseorang untuk melibatkan diri dalam perilaku tidak jujur ketika keuntungan yang mungkin diperoleh lebih besar daripada kerugian yang mungkin didapat.

Teori yang dikemukakan oleh Ariely menyatakan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh dua motivasi yang saling bertentangan:

  • Motivasi untuk mendapatkan keuntungan dan
  • Motivasi untuk mematuhi norma dan etika.

Eksperimen yang dilakukan Ariely menunjukkan bahwa sebagian besar orang cenderung melakukan kecurangan dalam skala kecil meskipun kemungkinan tertangkap atau hukuman yang diterima kecil.

Faktor imbalan yang bisa diperoleh tidaklah begitu dominan mempengaruhi perilaku kecurangan, yang lebih berperan justru kemungkinan tindakan curang tersebut ketahuan.

Ada kecendrungan kecurangan masih dapat diterima dan dilakukan oleh individu, selama itu tidak mengubah gambaran terhadap diri mereka sendiri sebagai orang yang baik.

Selain itu, kecurangan juga cenderung meningkat ketika individu melihat kecurangan di sekitar mereka atau jika itu dilakukan oleh kelompok mereka.

Inilah pentingnya moral, etika, dan nilai-nilai agama untuk dapat mengurangi kecenderungan melakukan kecurangan.

Namun, penekanan terhadap kode etik atau peraturan tertulis saja tidak cukup efektif dalam mengurangi kecurangan, kecuali jika individu diminta untuk menandatangani pernyataan kehormatan sebelumnya.

Mengetahui hasil eksperimen ini, penting bagi kita untuk selalu mengingat nilai-nilai moral, etika, dan mengandalkan perlindungan Tuhan dalam menjaga integritas diri.

Dengan pemahaman ini, kita dapat lebih waspada terhadap perilaku kebohongan dan berupaya menjaga kejujuran dalam tindakan sehari-hari kita.

Semoga Tuhan selalu berikan rahmatnya untuk kita semua.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun