Tertulis “gw” bukan “Gw” padahal di awal kalimat.
Kemudian, apakah selama ini istri saya itu menulisnya dalam bentuk “gw” apa “gue” atau “loe” atau ”lu”, saya juga kurang paham, tetapi sahabat istri saya pasti bisa membedakan. Makanya, saya sering males kalau dimintakan bantuan membalas sms di HP istri saya. Masing-masing orang berbeda gayanya dan lambat laun Anda bisa hapal serta bisa mampu membedakannya. Ini bisa menjadi deteksi dini dalam mengidentifikasi ada kebohongan atau tidak.
3. Cara memanggil seseorang (Social introduction)
Cara memanggil atau menyebutkan seseorang juga bisa dijadikan indikasi ada tidaknya kebohongan dalam hal ini. Contohnya, Istri saya tidak pernah bila “saya” atau “aku” setiap kali chatting dengan saya. Dia lebih sering menyebut nama dalam memanggil diri nya sendiri ketika sms.
Itulah cara panggil atau social introduction yang khusus biasanya untuk setiap orang. Cara memanggil seseorang pada kadar tertentu bisa mengindikasikan kedekatan bisa juga mengindikasikan bahwa seseorang itu tidak ingin dianggap dekat dengan orang lain.
Contoh:
“Kamu kenal sama si Amin?”
“Saya tidak kenal dengan orang itu!”
Di sini si pemberi jawaban menghindari kata “Amin” dalam kalimatnya. Dia menganti “Amin” dengan “orang itu“. Kenapa begitu? Bisa jadi dia sedang berusaha untuk tidak dikaitkan dengan si Amin. Makanya dia tidak lagi menggunakan kata “Amin” melainkan menggunakan “orang itu” dalam jawabannya.
Begitu kira-kira 3 teknik Scan yang diuraikan pak Handoko Gani. Sisanya nanti kita bahas lain waktu. Insha Allah. Sekali lagi sahabatku, bahwa untuk mendeteksi seseorang itu berbohong atau tidak bukanlah cara mudah untuk dilakukan.
Para pakar deteksi kebohongan adalah orang-orang yang terlatih dan terus berlatih secara kontinyu untuk bisa mahir dalam mendeteksi kebohongan. Artikel kali pun bukan alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi bohong seseorang. Sekedar untuk berhati-hati dan menambah wawasan kita semua. Dan, saya pun bukan pakar deteksi kebohongan, cuma seorang peminat dan pengamat saja.