Asal-usul dunia selalu menjadi misteri yang memikat hati dan pikiran manusia. Dalam upaya memahaminya, agama dan sains memberikan perspektif yang berbeda namun saling melengkapi. Agama menawarkan makna dan tujuan penciptaan, sedangkan sains mengungkap mekanisme dan prosesnya. Meskipun sering dianggap bertentangan, kedua pandangan ini sebenarnya dapat berjalan beriringan, menyatu dalam harmoni pencarian kebenaran.
Pandangan Agama tentang Penciptaan Dunia
Bagi umat beragama, penciptaan dunia merupakan tindakan ilahi yang penuh makna. Setiap agama memiliki narasi penciptaannya masing-masing, yang menggambarkan hubungan erat antara Tuhan, alam semesta, dan manusia.
Dalam Islam, Al-Qur'an menjelaskan bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi dalam enam masa:
"Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy." (QS. Al-A'raf: 54)
Narasi ini menggarisbawahi kekuasaan Allah SWT sebagai pencipta yang Maha Agung. Hal serupa juga ditemukan dalam ajaran Kristen. Dalam Kitab Kejadian, dunia diciptakan dalam enam hari, dengan manusia sebagai puncak penciptaan. Teolog terkenal, Thomas Aquinas, menyatakan:
"Creation is the foundation of all God's saving plans, the beginning of the history of salvation."
Hindu menawarkan perspektif yang berbeda melalui konsep siklus penciptaan, pelestarian, dan kehancuran yang diatur oleh Trimurti: Brahma sebagai pencipta, Vishnu sebagai pemelihara, dan Shiva sebagai penghancur. Semua ini menggambarkan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek keberadaan.
Pandangan Sains tentang Penciptaan Dunia
Di sisi lain, sains menjelaskan penciptaan dunia melalui pendekatan empiris yang didukung bukti. Teori Big Bang, yang menjadi dasar kosmologi modern, mengungkap bahwa alam semesta bermula dari singularitas kecil yang sangat panas dan padat sekitar 13,8 miliar tahun lalu. Ledakan dahsyat ini memicu perluasan alam semesta yang terus berlangsung hingga saat ini.
Fisikawan terkenal Stephen Hawking menjelaskan: