“no siapa? Iya ni no mytha” ranipun memastikan kalo dia tidak salah sebut.
Dengan wajah penuh amarah Andrepun menatap tajam ke arahku, seolah harimau yang kelaparan dan siap memangsa siapa saja yang ada di hadapnya.
“ heh pincang, anjing lu.. Taik lu, jadi selama ini lu menipu gue.? Bisa-bisanya lu mengaku sebagai orang lain dan mendekati gue.! Ga sudi gue berpacaran ma lu. Najis gue berpacaran ma orang cacat kaya lu” Andrepun membentak ibarat Bom yang sedang meledak meluapkan semua kebenciannya padaku, sumpah-serampah, cacian, hinaan yang bertubi-tubi dikeluarkan mulutnya.
“maaaaf ndreee” air matapun tak henti-hentinya mengucur dari mata ini dengan penuh sesal dan malu aku tertunduk kaku
“heh Ndre jaga mulut lu, ada apa lu segitunya marah ma sahabat gue?” icha mecoba menanyakan sebenarnya apa yang terjadi
“Tanya sendiri ama si pincang” Andrepun bergegas meninggalkan ruangan
“ada apa myth? kenapa Andre segitu sewotnya? Ada hal yang kamu sembunyiin dari kita ya” sambil memeluk aku ichapun mencoba mencari jawaban atas apa yang terjadi barusan.
“nanti aku cerita ya, aku mau sendiri” akupun meninggalkan ruangan.
Kini ku menyadari akan satu hal, bahwa segala sesuatu yang berawal dari kebohongan itu tak kan pernah mendapatkan kebahagiaan kelak, karena suatu saat kebohongan itu akan terkuak, ini langkahku yang salah dalam mengejar cinta. Aku tak akan pernah menjadi lemah karena keadaanku, aku akan berusaha tetap menjadi hebat minimal buat diri sendiri, keluarga serta sahabatku. Keyakinanku akan seseorang yang menerimaku apa adanya tetap tertanam rapih dalam benak ini, karena Tuhan telah menjanjikan pasangan buat umat-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H