Jadi setiap kita (baik kaya atau miskin) bisa terjerumus pada hubud-dunya, maka dari itu kita harus senantiasa bijak dalam menyikapi dunia (harta dan lainnya yang dipunyai).
Hawa nafsu yang tidak terkendali
"Hawa nafsu adalah kecondongan jiwa kepada sesuatu yang selaras dengan keinginannya" (Asbabut Takhallaush minal hawa, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, hal. 3)Â
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah menjelaskan dalam kitab tersebut bahwa nafsu diciptakan ada pada diri manusia guna menjaga kelangsungan hidupnya. Sebab, kalaulah tidak ada nafsu makan, minum dan nikah, tentulah manusia akan mati dan punah, karena tidak makan, minum dan menikah. Nafsu mendorong manusia meraih perkara yang diinginkannya, sedangkan marah mencegahnya dari perkara yang mengganggunya dalam kehidupannya. Maka tidak selayaknya nafsu dicela atau dipuji secara mutlak tanpa pengecualian. Sebagaimana marah tidak boleh dicela atau dipuji secara mutlak pula.
Sumber: https://muslim.or.id/24461-hawa-nafsu-lawan-atau-kawan.html
Copyright 2024 muslim.or.id
Hawa nafsu akan dipandang terpuji jika kita bisa mengandalikannya dengan bijak (menggunakannya sesuai dengan batasan syariat) dan  akan dipandang tercela jika kita menggunakannya dengan berlebihan/tidak terkendali.
Godaan Setan
Setan adalah musuh nyata bagi manusia, godaannya sangat dekat bahkan erat dengan manusia. Setan berusaha mendustakan hal yang pasti dan berusaha memastikan hal yang belum pasti.
Setan berusaha mendustakan hal yang pasti adalah dengan menggoda manusia bahwa kematian masih lama bagi yang usia muda, padahal mati itu tidak melihat muda atau tua. Mati/maut adalah haq bagi manusia baik dalam keadaan muda, tua, sehat, sakit, sadar dan tidak sadar.
Setan berusaha memastikan hal yang belum pasti, menggoda manusia dengan mengejar kekayaan dunia dengan cara yang tidak sesuai kaidah-kaidah dan aturan syariat (judi, menipu, bekerja lupa waktu ibadah, dll) padahal kekayaan beum tentu bisa diraih dan walaupun bisa diraih tapi tidak akan ada keberkahan karena didapat dengan cara yang tidak sesuai dengan syariat.
Demikian tulisan ini, mohon maaf jika ada kesalahan/kekeliruan, semoga bermanfaat.Â
