"Al, apa kamu percaya dengan namanya cinta sejati?" aku kok gak ya.. Adysa bertanya namun dia jawab sendiri pertanyaanya.
"Aku percaya" kata Al spontan.
"Mamih adalah cinta sejatinya papihku. Mereka menjalin kasih dari semenjak kelas 3 SMP, berapa puluh tahun cinta mereka hidup, papih tidak pernah meninggalkan mamih. Papih selalu ada disamping mamih saat mamih membutuhkannya. Aku sering  berimajinasi ingin memiliki suami seperti papih". Kata Alya.
" Iya Al, aku juga lihat cinta di mata papihmu sama mamih itu luar biasa, papihmu sangat mesra dan sayang banget sama mamih. Coba ayahku bisa seperti itu ya Al". Ucap Alya sambil merebahkan dirinya dan menatap langit-langit kamarnya.
"Ya sudahlah Al, mungkin mamahmu punya pertimbangan lain ketika ia tidak  mau cerai".  Jawab Alya sambil menatap Adysa dari samping.
"Coba kamu bayangkan, jawaban apa yang aku dapet ketika aku tanya mamah tentang masalah ini. "Kenapa mah, kenapa mama gak mau cerai sama papah?, apa yang mamah cari, apa yang mamah dapet?, apa coba jawaban mamah Al?, bisa kamu tebak?  Alya hanya  menggelengkan kepalanya, karena memang dia tidak pernah punya jawaban andai pertanyaan itu disampaikan padanya.
Mamah bilang, "Biarkan mamah mencintai papah dengan cara mamah, papah adalah dunia akhirat  mamah. Mamah gak tahu harus bagaimana kalau mamah harus cerai sama papah. Mamah rasanya tidak bisa hidup tanpa papah." Ucap Adisya sambal menarik nafas panjang.
"Coba Al, bisa kamu bayangkan betapa prustasinya aku sama sikap mamah". Padahal udah jelas-jelas ayah nikah lagi tanpa sepengetahuannya. Apa ini yang namanya cinta sejati? teriak Adysa sambil mengguncang-guncangkan bahu Alya.
Alya memeluk  Adysa yang terus menangis di pundaknya. Alya tidak menyangka kalau masalah Adysa serumit ini. Alya membiarkan Adysa menangis dipundaknya sampai tak terdengar lagi isakannya. "Ya sudah, hari ini kamu cukup nangisnya ya,  lihat tuh matamu sembab, bisa-bisa besok kamu gak bisa ke kantor, karena matamu bengkak." Ucap Alya. "Aku pamit ya Dys". Kata Alya sambil berdiri.
"Memang kamu gak mau tanya lelaki yang kutabrak tadi?" kata Adysa sambil menatap Alya dengan ujung bibirnya yang naik ke atas, memperlihatkan barisan gigi kelincinya yang rapi.
"OMG Disya, aku lupa. Abis kamu sih tiba-tiba nangis.  Sini duduknya di kursi ,  biar kita nobrol  sambil ngemil, kebetulan masih ada coklat dari Andi kemarin, oh iya salam dari Andi, dia udah pulang tugas dari Singapore".  Ajak Alya sambil menarik Adysa ke kursi.  Alya adalah pacarnya Andi, sahabat satu kelas Adysa saat kuliah dulu. Jadi mereka berteman akrab.