Mohon tunggu...
Dedeh Rohilah Azhari
Dedeh Rohilah Azhari Mohon Tunggu... Guru - Menulis menjadi awet muda

work hard for better life

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keikhlasan, Soul in Teaching

19 Agustus 2021   13:58 Diperbarui: 19 Agustus 2021   13:58 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

At-thariqah ahammu minal-maddah, wa almudaris ahammu minat-tariqah,wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris nafsihi.

                                                                       Mahfudhat- no name

Mau Jadi  guru favorit ? Mau dong. Tapi gimana caranya?  Memang ada ya guru favorit? Rasanya susah ya mendeskrifsikannya ? apalagi kalau di tanya definisinya wah pasti jawabannya akan sangat beragam dan subjektif. Namun, apabila kita mengingatnya dengan perlahan maka kita akan menemukan benang merah dari berbagai pandangan tentang guru yang baik atau favorit itu. Ternyata mereka itu adalah guru yang mengajar dengan 'jiwa'. Jiwa  mereka hadir. 'Soul in teaching' terimplementasi di kelas.  Mungkin dalam bahasa agama "keikhlasan" guru ketika mengajar membuat proses pembelajaran lebih bermakna. Senada dengan salah satu kalimah bijak dalam bahasa arab. At-thariqah ahammu minal-maddah, wa almudaris ahammu minat-tariqah,wa ruhul mudarris ahammuminal mudarris nafsihi. Metode pembelajaran lebih penting daripada materi, guru lebih penting dari metode dan ruh (soul) guru lebih penting dari keduanya.  Pendidik seperti ini  mampu memperlakukan siswa dengan rasa hormat dan mencintai mereka tanpa syarat (respect and unconditional love ). Mencintainya hanya karena Allah SWT.

Mendidik dan mengajar itu seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, melainkan harus bersinergi agar mampu memberikan suatu 'nilai'. Ketika selembar uang hanya memiliki satu sisi maka yang disebut uang itu  tidak memiliki 'nilai' lagi. Begitupun dengan mengajar dan mendidik. Ketika salah satunya tidak hadir dalam proses belajar-mengajar, maka value dari sebuah pendidikan sudah kehilangan 'nilai'nya. Kegiatan belajar-mengajar tidak hanya sebuah proses mentransfer ilmu tetapi ada yang lebih bermakna dari itu, yakni memberikan ilmu atau mengajarkan makna dari ilmu itu sendiri. Selayaknya sebagai seorang guru,  memiliki pemahaman yang mendalam tentang Tarbiyah wa Ta'lim yakni tentang pendidikan dan pengajaran. Karena Tarbiyah wa ta'lim itu merupakan core dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Kadang kita  merasa ada saat-saat ketika kita belajar/mengajar di kelas merasa enjoy dan anak menemukan makna dari pembelajaran yang kita laksanakan. Namun tidak jarang juga kita merasa sangat tidak berdaya dan hopeless terhadap pembelajaran yang kita lakukan. Penyebabnya sangat beragam; kondisi kesehatan yang sedang menurun, kesibukan pekerjaan yang sedang menumpuk, ketidaksiapan materi  atau bahkan ketidaksiapan siswa pun kadang membuat hati kita tidak 'hadir' di kelas tersebut. Berusaha, belajar,  dan terus belajar adalah langkah tepat untuk dapat selalu menghadirkan 'soul' dalam setiap pembelajran. Tidak pernah berhenti membaca juga adalah salah satu cara untuk meng update pembelajaran yang kita laksanakan agar selalu kekinian dan dapat dikonsumsi dengan renyah untuk anak-anak zaman milenial ini.

Pendidikan adalah salah satu rekayasa sosial. Sekolah salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai kekuatan untuk merancang bangun masyarakat terdidik (well educated). Guru adalah garda terdepan yang dituntut mampu berperan sebagai perencana (designer) program pembelajaran, pelaksana (implementor) program yang telah disusun, dan penilai (evaluator) hasil yang telah dicapai oleh siswa.  Pembelajaran yang well prepared akan membuat murid dapat menemukan kegembiraan dalam belajar (joyfull learning) sehingga mereka mampu  membangun (to construct) pengetahuannya sendiri yang ditandai dengan bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh,  terciptanya makna,  pemahaman yang baik dan nilai yang membanggakan. Dalam pembelajaran, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi pengetahuan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru menjadikan siswa paham tentang belajar bagaimana belajar          ( learn how to learn ).

Menjadi guru hebat (inspiring teacher) adalah impian semua guru. Imam Syafii mengatakan bahwa guru yang hebat itu adalah yang mampu menyembunyikan kemarahan, kemelaratan dan kesusahan diri. Mewujudkannya bukanlah sesuatu yang semudah membalikkan telapak tangan. Perlu perjuangan dan 'keikhlasan' tanpa batas. Keikhlasan tidak dapat dibayar dengan uang.  Ukuran keikhlasan tidak terletak pada nilai materi. Sangat tidak tepat, ketika mengajar atau mendidik anak di sekolah mengatasnamakan keikhlasan dengan dibayar semaunya.

Imbalan bernilai materi atau uang adalah professional dan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang layak yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Kata pofesional dalam bahasa Inggris adalah akar kata dari profess yang berarti panggilan dari Tuhan, maka ketika kita telah memutuskan untuk menjadi seorang guru maka kita harus siap untuk menjadi guru professional, karena itu merupakan sebuah panggilan Tuhan, kita harus all out at all risk. Ketika mencampuradukkan antara professional dan ikhlas, pasti tidak akan bertemu, karena keduanya berada pada frekuensi yang berbeda.tetapi bukan berarti yang profesional itu tidak memiliki keikhlasan, yang terbaik adalah bekerja selalu profesional dalam bingkai keikhlasan.

Guru zaman milenial ternyata dituntut untuk memiliki berbagai kecerdasan layaknya seorang pemimpin atau dirigen yang menyuguhkan harmoni keindahan musik dalam suatu pertunjukan.  Guru memfasilitasi, mewarnai, dan memberi harmoni  pada pembelajaran. Sehingga akan tercipta proses pembelajaran yang  penuh makna dan akan bermanfaat bagi kehidupan (meaningfull). Mendidik dan mengajar dengan 'soul' akan berdampak baik pada pembentukkan karakter anak didik. Pendidikpun dapat menikmati salah satu warna kehidupan  dan bergerak nenuju warna kehidupan lain. Memberi warna dalam kehidupan anak adalah suatu kebahagiaan,  asal kita tidak salah mewarnai kehidupan mereka.

Guru juga dituntut untuk mampu mendesain karakter anak zaman millenia di sekolah melengkapi pendidikan karakter yang diberikan orang tuanya di rumah. Sehingga guru memiliki tanggung jawab yang sangat berat di hadapan orang tua, masyarakat, dan tentu saja dihadapan sang Khaliq. Pembelajaran yang berbasis pada pembentukan karakter adalah  pembelajaran yang tidak akan pernah selesai  yang  dilakukan guru. Membentuk karakter anak tidak hanya sekadar melalui ceramah dan kata-kata, namun dibutuhkan keteladanan yang konsisten dari seorang pendidik. Sebuah keniscayaan apabila seorang guru ingin mengajarkan karakter baik kepada muridnya, maka sang guru itupun harus memiliki karakter baik terlebih dahulu. Begitupun dengan hal membaca,guru  memnginginkan muridnya  untuk rajin membaca, namun guru sendiri sudah lupa kapan dia terakhir membaca buku.

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah "bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, temperamen, dan watak". Sedangkan berkarakter adalah berkpribadian, bertabiat dan berwatak. Menurut Tadkirotun Musfiroh (UNY, 2008) Karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku ( behaviors), motivasi ( motivations), dan keterampilan (skill). Good character consist of knowing good, desire the good, and doing the good ( Lickona, 1989). Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang dirinya, memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik, dan mampu bertindak sesuai dengan potensi dan kesadarannya tersebut. Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Allah Yang Maha Esa, dirinya, sesamanya, lingkungan, bangsa dan dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi dirinya disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun