Mohon tunggu...
dedeattinmargatati22upiedu
dedeattinmargatati22upiedu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Saya orang nya berbakat dalam bidang public speaking, semisal membaca puisi, menjadi master of ceremony, pidato. dan hobi aku menulis, membaca dan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengubah Stigma Terhadap Jurusan IPS Di Sekolah Menengah Atas

19 Desember 2024   23:01 Diperbarui: 19 Desember 2024   23:01 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaksanaan program penjurusan di sekolah tidak hanya berdasarkan atas nilai rapot yang dimiliki oleh seorang siswa. Minat atau keinginan dari seorang siswa turut menentukan jurusan yang akan mereka ambil. Guru merupakan pihak yang berperan dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu yang selalu berinteraksi dengan para siswa. Selain itu, terkadang guru juga memberikan anjuran kepada siswanya untuk masuk ke salah satu jurusan dengan alasan tertentu.

Menurut data yang diperoleh, untuk dapat masuk baik ke jurusan IPA maupun IPS seorang siswa harus memenuhi syarat–syarat yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah, salah satunya yaitu melalui nilai rapot. Siswa di evaluasi oleh sekolahnya melalui nilai rapot. Proses evaluasi tersebut dilaksanakan setelah siswa menjalani proses pembelajaran yang berlangsung selama satu tahun atau dua semester pada setiap tingkatan pendidikan. Penjurusan sendiri dilaksanakan ketika seorang siswa naik ke kelas 11. Nilai rapot yang diperoleh siswa saat kelas 10 merupakan acuan atau pedoman bagi sekolah dalam melaksanakan program penjurusan. Menurut para informan, nilai yang mereka peroleh berpengaruh dalam penentuan jurusan seorang siswa. Siswa dengan nilai bidang studi IPA yang bagus maka akan masuk jurusan IPA, sedangkan siswa dengan nilai bidang studi IPS yang bagus maka akan masuk jurusan IPS.

Menurut informan di sekolah menengah atas yaitu mengapa pandangan negatif orang lain terhadap siswa jurusan IPS, yaitu diantaranya karena gurunya memberikan prilaku yang berbeda antara siswa jurusan IPA dan IPS, guru memberikan perlakuan yang lebih baik kepada siswa jurusan IPA daripada jurusan IPS, siswa jurusan IPA mendapatkan perhatian lebih dari guru, seperti perilaku guru saat mengajar, guru selalu datang tepat waktu ketika mengajar di jurusan IPA. Sedangkan kalo di jurusan IPS guru nya lebih sering gak masuk kelas, sehingga ke murid nya juga sering bingung kalo mau ulangan, hal tersebut terjadi karena kurangnya materi yang di sampaikan oleh guru ke siswa jurusan IPS. Dan kadang guru di jurusan IPS itu lebih memperlakukan dengan berbeda terhadap siswa jurusan IPS yang beda kelas, satu jurusan juga di perlakukan berbeda apalagi kalo beda jurusan, yang menyebabkan jurusan IPS itu memang dipandang tidak se baik jurusan IPA. Di sekolah menengah atas jurusan IPS juga masih terlihat beberapa fasilitas yang tidak memadai untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Mulai dari kelas yang bocor, kursi belajar yang tidak cukup untuk seluruh siswa, keramik lepas dan potongannya berserakan dimana-mana, kursi belajar yang sudah dimakan rayap sehingga dapat ambruk sewaktu-waktu, dan juga atap plafon yang sudah lapuk sehingga dapat ambruk sewaktu-waktu. Hal ini tentu saja dapat membahayakan nyawa semua orang. Tetapi menurut salah satu guru yang mengajar di IPS, fasilitas belajar dirusak oleh mereka sendiri.

Tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh pihak sekolah atau guru merupakan reaksi yang muncul akibat tindakan siswa IPS yang dianggap menyimpang dari peraturan yang berlaku. Menurut para informan, siswa IPS di sekolah menjadi terpinggirkan dengan tindakan yang dilakukan oleh para guru. Siswa jurusan IPS diperlakukan secara berbeda oleh guru. Siswa IPS menjadi kelompok nomor dua setelah siswa IPA dalam berbagai kegiatan yang berlangsung di sekolah, yang semakin membuat posisi siswa jurusan IPS terpojokkan atau terpinggirkan. Pandangan tersebut bukan hanya dari siswa IPS nya sendiri, tetapi banyak juga dari guru nya sendiri yang berpandangan gak baik terhadap siswa IPS, hal ini juga menyebabkan adanya stigma negatif pada jurusan IPS. Seorang siswa di sekolah menengah atas jurusan IPS juga berharap untuk para guru IPS nya harus lebih bisa menjaga nama baik IPS, jangan terlalu menjelek-jelekan nama IPS sehingga bikin sakit hati. Dan di sertai juga untuk guru IPS nya harus masuk ke kelas untuk mengajar, jangan bolos dalam mengajar atau absen terus dengan cara cuma memberikan tugas saja tanpa datang ke kelas, karena hal ini juga yang menjadi salah satu adanya stigma buruk terhadap jurusan IPS.

Secara umum jurusan IPA memang selalu mempunyai stigma atau stereotipe yang positif dari masyarakat khususnya guru, dikarenakan jurusan IPA sering kali memiliki prestise akademik yang tinggi. Hal ini juga yang membuat guru bangga dengan siswa jurusan IPA karena prestasinya yang mengharumkan nama sekolah. Jurusan ini cenderung menuntut dalam hal kurikulum, keterampilan, dan kecerdasan. Selain itu juga jurusan IPA memiliki keterkaitan yang kuat dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat modern. Jurusan IPA mempersiapkan siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berkontribusi dalam berbagai bidang, seperti teknologi, kedokteran, sains, dan lingkungan. Masyarakat menghargai jurusan IPA karena lulusannya memiliki potensi untuk memecahkan masalah nyata dan menghadapi tantangan dalam bidang yang kritis dan penting. Penghargaan positif tersebut lah yang membantu menumbuhkan rasa percaya diri yang berakibat baik pada Self Esteem yang tinggi. Selanjutnya jurusan IPS pun tidak kalah hebatnya dengan jurusan IPA, karena mereka juga mempelajari berbagai ilmu multidisiplin dengan menggabungkan disiplin ilmu sosial dan humaniora. Dalam praktiknya siswa jurusan IPS dapat memahami tentang masyarakat, budaya, politik, ekonomi sampai keterampilan analisis dan komunikasi. Sayangnya, masyarakat mungkin kurang mendapatkan informasi yang akurat dan menyeluruh mengenai potensi dan peluang karir jurusan IPS sehingga mereka menganggap prestise dan statusnya kurang bergengsi. Selain itu juga siswa terkadang mendapatkan perlakuan yang berbeda dari oknum guru dilingkungan sekolah tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi Self Esteem siswa karena siswa mendapatkan penghargaan negatif yang mengakibatkan rendahnya Self Esteem. Jadi tingkat Self Esteem itu dipengaruhi oleh penerimaan dan penghargaan dari lingkungannya.

Perilaku menyimpang merupakan tindakan yang dianggap melanggar aturan masyarakat. Label kemudian muncul sebagai sanksi yang diberikan kepada mereka yang dianggap menyimpang. Label yang diberikan kepada kelompok yang menyimpang akan mempengaruhi tindakan dari kelompok tersebut; mereka akan cenderung melakukan penyimpangan yang lebih besar. Namun, tidak selamanya kelompok menyimpang terus melakukan pelanggaran. Kelompok menyimpang juga berusaha untuk memperbaiki tindakan yang mereka lakukan. Mereka pasti tidak ingin menjadi seorang penyimpang selama hidupnya, karena mereka akan menghadapi sanksi–sanksi dari masyarakat yang merugikan siswa IPS dianggap sebagai kelompok yang menyimpang karena dalam interaksi yang mereka jalani dengan lingkungan sekolah, tindakan mereka ternyata bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Hal tersebut menyebabkan label negatif melekat pada jurusan mereka, yang mengakibatkan jurusan IPS menjadi dikucilkan di sekolah. Melihat kondisi tersebut, siswa jurusan IPS melakukan upaya atau perlawanan untuk menghilangkan label negatif yang melekat pada jurusan mereka. Menurut data yang diperoleh di lapangan, upaya atau perlawanan tersebut dijalani melalui keikutsertaan mereka dalam kegiatan bimbingan belajar dan mengadakan kerja kelompok. Label yang diterima oleh siswa IPS telah menimbulkan berbagai macam kerugian bagi mereka. Keadaan tersebut mendorong siswa IPS untuk melawan karena setiap individu atau kelompok pasti tidak ingin dirinya mendapatkan label negatif dari lingkungannya. Usaha yang mereka lakukan merupakan upaya untuk mensejajarkan diri dengan siswa jurusan IPA yang prestasinya lebih baik. Siswa jurusan IPS merasa bahwa mereka juga memiliki potensi yang patut untuk diapresiasi.

Adapun cara mengubah stigma negatif tersebut adalah dengan cara adanya kesadaran dari siswa dan guru IPS, yaitu kalau untuk guru IPS nya harus jadi guru panutan bagi siswa-siswanya, bisa merangkul siswa nya dengan baik, jangan sampai memojokkan siswanya karena bandal atau kurang pinter jadi anak IPS, karena pada hakikatnya seseorang itu kalo sudah di lebel tidak baik, maka dia akan menjadi tidak baik dan akan melakukan sikap lebel dari seseorang tersebut,  ya meskipun sudah ada niatan menjadi orang yang lebih baik lagi, maka jadi guru nya juga harus bisa merangkul dengan baik dan kepekaan guru tersebut harus tinggi. Guru juga harus terus bimbing anak jurusan IPS nya dengan cara masuk ke kelas dan tidak absen terus tidak masuk kelas, karena hal ini juga yang akan menjadi salah satu pandangan gak baik orang lain ke jurusan IPS, yaitu pandangan anak IPS yang gak pernah belajar. Dan untuk siswa IPS nya juga kalau ingin gak ada stigma negatif dari orang lain, harus bisa menjadi siswa yang turut kepada guru, apa yang guru sampaikan dan berikan manfaatkan dengan baik, dan apa yang dilarang dan tidak di berikan oleh guru jangan dilaksanakan.

 Jurusan IPS mungkin terkenal dengan kebiasaan malas, suka menunda, lebih sulit diatur, dan lebih bodoh dari jurusan IPA, tentu juga dengan pertimbangan yang beredar di masyarakat mengingat bahwa pelajaran IPA dianggap lebih sulit daripada pelajaran IPS yang lebih banyak menghafalkan teori, tapi pada kenyataannya hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena banyak juga anak jurusan IPS yang rajin, tepat waktu, dan bisa menyaingi kemampuan anak jurusan IPA. Banyak juga anak jurusan IPA yang tidak mampu mempelajari pelajaran yang ada di jurusan IPS karena memang bukan disitu keahliannya dan begitu juga sebaliknya.Banyak ide-ide kreatif yang bisa ditemui dari anak jurusan IPS. Pelajar jurusan IPS juga mempunyai kecerdasan sendiri yang tidak bisa dibandingkan dengan jurusan lain. Perlu digaris bawahi juga kalau setiap jurusan pasti memiliki sisi baik dan sisi buruk yang tidak kita ketahui. Jadi sekali lagi, IPA atau IPS bukanlah suatu jelek atau bagus, anak buangan atau pilihan, masa depan suram atau masa depan cerah dan sebagainya. Melainkan IPA atau IPS merupakan konsentrasi pendidikan yang berlandaskan dari kemampuan, minat, bakat, dan juga cita-cita. Maka dari itu, mulai dari sekarang kita coba untuk menghilangkan stereotip antara jurusan IPA dan IPS.

                                                                 

PENUTUP

Inti dari artikel popular ini adalah apapun pilihan jurusan yang anda atau anak anda pilih itu baik, karena tidak ada jurusan yang buruk. Setiap orang pasti memiliki alasan tersendiri mengapa memilih dan anda yang tidak tahu alasannya tidak berhak menilai pilihan itu baik atau buruk untuk seseorang. Metode ini bermanfaat dalam meningkatkan daya anailisa murid, meningkatkan pemikiran kritis murid, membuka wawasan dan pemikiran murid, dan mempertajam kepekaan sosial seorang murid serta menambah kreatifitas berpikir dalam memecahkan masalah sosial. Jika menurut anda salah satu jurusan lebih menjamin untuk masa depan di banding jurusan yang lain, hal itu adalah salah satu yang besar, karena tidak ada manusia yang bisa menjamin kesuksesan orang lain, yang bisa menjamin kesuksesan orang lain hanyalah usaha dan seberapa keras kemauan dan kemampuan orang lain itu dalam berusaha dan berpikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun