Mohon tunggu...
sella Nur Fauziah
sella Nur Fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - menulis adalah suatu kewajiban

leterasi merupakan makanan pokok mahahsiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam oleh KH. Ahmad Dahlan

21 Juli 2021   15:16 Diperbarui: 21 Juli 2021   15:41 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KH. Ahmad Dahlan putra pribumi asli kelahiran Yogyakarta, 1868. Nama kecilnya adalah Muhammad Darwis. Ia adalah putera keempat dari K.H. Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu. 

Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. 

Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan). (Noer, 1995: 48). 

Pada usia ke-15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode inilah Muhammad Darwis muda mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.

Gagasan-Gagasan K.H.Ahmad Dahlan, Tujuh Falsafah Ajaran :

Kita manusia ini, hidup di dunia hanya sekali, untuk bertaruh: sesudah mati, akan mendapat kebahagiaankah atau kesengsaraan? Dan ulama-ulama itu dalam kebingungan, kecuali mereka yang beramal. Dan mereka yang beramalpun semuanya dalam kekhawatiran, kecuali mereka yang ikhlas atau bersih.

Artinya : Ilmu tanpa amal melahirkan kebingungan dan keduanya tanpa ke ikhlasan tiada artinya. Kunci kebahagiaan dunia dan akhirat adalah Ilmu, Amal dan Ikhlas.

Kebanyakan diantara manusia berwatak angkuh dan takabur, mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri. Merasa egois dan selalu merasa bisa sendiri.

Manusia itu kalau mengerjakan apapun sekali, dua kali, berulang-ulang, maka kemudian jadi biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan yang dicintai, maka kebiasaan yang dicintai sukar untuk dirubah. 

Sudah menjadi tabiat, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang telah diterima, baik itu dari sudut keyakinan atau itiqad, perasaan kehendak maupun amal perbuatan. Kalau ada yang akan merubah, mereka akan sanggup membelanya dengan mengorbankan jiwa raga.demikian itu karena anggapannya bahwa apa yang dimiliki adalah benar.

Artinya : Kita harus mampu membuka diri, tetap kritis mana tau ada yang lebih baik atau benar karena manusia di tuntun oleh kecendrungan jiwanya yang dibentuk oleh apa yang biasa dikerjakan.

"Adakah engkau menyangka, bahwasanya kebanyakan manusia suka mendengarkan atau memiki-mikir mencari lmu yang benar?" (Al Furqon: 44)

Al Qur'an mengatakan manusia akan lebih sesat daripada binatang jika mempertuhankan hasrat atau hawa nafsunya saja.

"Manusia tidak menuruti, tidak memperdulikan sesuatu yang sudah terang bagi dirinya. Artinya, diri sendiri, pikiran sendiri, sudah mengatakan itu benar, tetapi ia tidak mau menuruti kebenaran itu karena takut kepada kesukaran, takut berat dan macam-macam yang dikhawatirkan, karena nafsu dan hatinya sudah terlanjur rusak, berpenyakit akhlaq, hanyut dan tertarik oleh kebiasaan buruk."

"Kebanyakan pemimpin-pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat islam dalam kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan, memperalat manusia yg bodoh-bodoh dan lemah."

"Pelajaran terbagi dua bagian : 1. Belajar ilmu (pengetahuan dan teori) 2. Belajar amal (mengerjakan, memperaktikkan). Semua pelajaran harus sedikit-sedikit, setingkat demi setingkat, demikan pula dalam belajar amal, harus dengan cara bertingkat. Kalau setingkat saja belum dapat mengerjakan, tidak perlu ditambah."

Filsafat Pendidikan K.H.Ahamad Dahlan : "Dadiho kijahi sing kemadjoen, adja kesel anggonmu njamboet gawe kanggo moehammadijah."

Kalimat ini memiliki tiga makna :

  1. Keshalehan
  2. Kemajuan keilmuan ('alim)
  3. Pengabdian ('amil)

Mengabdikan ilmu dengan dasar kemajuan dengan basis kekiayian. Kunci pendidikan adalah dilandasi dengan kesholehan, akhlak yang baik, kemudian penguasaan keilmuan, disitulah lahir kemajuan, setelah itu pengabdian

Pemikiran-pemikiran pembaharuan dalam Islam KH. Ahmad Dahlan itu yang menjadi awal mulai pembaharuan khususnya pendidikan, dimana K.H.Ahmad Dahlan gelisah terhadap umat islam di jaman penjajahan . 

Umat islam di masa itu memiliki teologi pasrah, mental fatalistik ialah mudah menyerah dengan dunia nyata atau keadaan, lalu mencari solusi dengan keyakinan supranatural seperti tahayul, bidah, khurofat dll. Contohnya : orang belanda sakit periksa dan berobat ke dokter sedangkan orang pribumi sakit pergi ke dukun, mencari kekuatan supranatural yang mengganggunya. Menurut K.H.Ahmad Dahlan ini disebabkan oleh kurangnya ilmu dan solusinya adalah Pendidikan. 

Menurut K.H.Ahmad Dahlan ini disebabkan oleh kurangnya ilmu dan solusinya adalah Pendidikan. Ada asumsi yang harus di pahami dengan cerdas, rasa ketidaksukaan terhadap belanda harus kita filter, memang sikap penjajahan sangatlah tidak baik tapi ada hal baik yang dapat kita ambil (almuhafadzah ala al-qadiim as-shaaih wa al-akhdzu bi al-jadiid al-ashlah). yaitu masa di mana KH Ahmad Dahlan berusaha mencari konsepsi baru sistem pendidikan alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan kehidupan kaum pribumi yang berupa kesialan, kemelaratan, dan kemunduran. 

Tonggak awal berdiri sekolah Muhammadiyah pada saat KH Ahmad Dahlan (1868-1923) merintis dan membuka Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI), pada tanggal 1 Desember 1911 di ruang tamu rumah beliau. Setahun kemudian, tepatnya 18 Nopember 1912 berdiri Persyarikatan Muhammadiyah, yang pada awalnya dibangun untuk menjamin keberlangsungan lembaga pendidikan yang baru didirikan itu.

Perlu ditambahkan bahwa sebelum pelaksanaan MIDI, sebenarnya pada tahun 1904-1905 KH Ahmad Dahlan berusaha memperbaharui Pondok Langgar Kidul dengan memasukkan kitab-kitab karya pembaharu Islam, seperti Muhammad Abduh (1849-1905) dan M. Farid Wajdi (1875-1958) sebagai referensi dan kurikulum pondok (Ali, 2017, h. 178-198). 

Bahkan, bila dirunut ke belakang lagi, prakarsa berawal ketika mencetuskan gagasan memperbaiki arah kiblat shalat. Memperhatikan kompleksitas kesejarahan tersebut, tonggak awal masaperintisan dimulai sejak tahun 1900, yaitu tatkala KH Ahmad Dahlan berusaha mengamalkan dan menerapkan ilmu yang diperoleh untuk memperbaiki dan memajukan kehidupan kaum pribumi. Periode perintisan berakhir saat pendiri Muhammadiyah wafat, 1923.

Masalah yang dihadapi kaum pribumi pada perguliran awal abad ke-20 adalah peminggiran dan penyingkiran kaum pribumi dari arus kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan pendidikan sedemikian rupa, sehingga dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda. Melalui Politik Etis, kolonialis Belanda menempatkan pendidikan Barat sebagai penjajahan baru. 

Sementara itu, kaum santri tetap bertahan dengan pondok pesantren sembari menolak dan mengharamkan pendidikan Barat. Oleh karena itu, dualisme sistem pendidikan tidak bisa dihindarkan: pendidikan sekuler berhadap-hadapan dengan pendidikan agama. Secara sosiologis sekolah Barat-Belanda berhadap-hadapan dengan pondok pesantren-pendidikan kaum pribumi.

Dihadapkan pada situasi sosio-kultural yang dikotomis ini dan dualisme yang kritis, KH Ahamd Dahlan mencari jalan keluar dengan eksperimen sistem pendidikan Islam baru, yaitu dengan mendirikan "Sekolah Agama Modern" bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah(MIDI), pada 1 Desember 1911, dengan cara mencangkok sistem persekolahan Barat-Belanda untuk mendinamisir lembaga pendidikan Islam. 

Pada tahun 1918 merintis sekolah menengah bernama Al-Qismul Arqo, tahun 1920 berubah nama menjadi Pondok Muhammadiyah yang merupakan cikal bakal pendidikan kader Muhammadiyah Mualimin dan Mualimat. Berani meminjam sistem klasikal dan piranti atau unsur-unsur pendidikan Belanda, termasuk mengintegrasikan ilmu-ilmu sekuler dan ilmu-ilmu agama sekaligus. Eksperimen pendidikan Islam baru ini awalnya mendapat reaksi keras dari kaum santri, karena dianggap "kebelanda-belandaan" dan dapat merusak struktur pendidikan Islam.

Penolakan keras dari sebagian internal umat Islam atas eksperimen pendidikan baru ini tidak membuat KH Ahmad Dahlan bergeming, apalagi menyurutkan langkah. 

Akan tetapi, justru menjadi energi tambahan untuk menggerakkan dan memperluas kancah dakwahnya. Dalam pandangan KH Ahmad Dahlan, eksperimen "Sekolah Agama Modern" yang dirintisnya merupakan senjata pamungkas untuk mengemansipasi dan memajukan kaum pribumi agar dapat keluar dari pusaran kebusukan, kemelaratan, dan keterbelakangan.

Jadi, cita-citanya K.H.Ahmad Dahlan adalah Pendidikan Integral, ialah pendidikan antara umum dan agama saling berkaitan.

K.H.Ahmad Dahlan juga sangat mendukung pendidikan untuk kaum perempuan agar menjadi pribadi yang mandiri, dan kuat. Seperti menjadi seorang dokter dan bidang lainnya.

Materi Pendidikan Menurut K.H.Ahmad Dahlan Harus Mencakup 3 Wilayah :

  1. Pendidikan Moral, akhlak sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al qur'an dan As sunnah.
  2. Pendidikan Individu, sebagai bentuk professional atau ahli dalam bidang keilmuannya.
  3. Pendidikan Kemasyarakatan, ialah bagaimana membawa efek ilmu, manfaat, kontribusi positif bagi masyarakat tersebut sesuai dengan tingkat kepahaman masyarakat.

Metode Pendidikan K.H.Ahmad Dahlan :

  1. Metode Kontekstual, yaitu menjelaskan materi dengan dalam, menambahkan referensi pendukung yang lain dan menjelaskan relevansinya dengan keadaan pada saat itu.
  2. Metode 'Amal Ilmiah, ialah mengajar dengan melihat situasi konkrit yang terjadi pada saat itu. Seperti pengajaran pada surat Al Ma'un.
  3. Metode Dialog, ialah mengajar yang dimulai dengan materi yang ingin di bahas oleh siswa. Diikuti tanya jawab, atau dialog antar guru dan siswa.

Etos Guru dan Etos Murid

  1. Etos guru adalah kesediaan untuk memberikan ilmu dan teladan yang baik.
  2. Etos murid adalah kesediaan untuk selalu terbuka agar mau dan menerima atau bisa mengakui dan belajar pada kebaikan orang lain.

 REFERENSI 

  1. Abdul Mu'th. Abdul Munir Mulkhan, .Djoko Marihandono, Tim Museum Kebangkitan Nasional .2015. Biografi Ahmad Dahlan.Jakarta
  2. Website dikdasmenppmuhammadiyah (diakses 21 juli 2o21 )
  3. Resume Ngaji Filsafat 256 : K.H. Ahmad Dahlan Pendidikan Edisi : Filsafat Pendidikan
    Narasumber : Dr. Fahruddin Faiz,M.Ag Pada tanggal 5 febuari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun