Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menyerah Bukan Pilihan, Pilihannya adalah Lakukan, Lakukan dan Menang

21 Desember 2023   07:09 Diperbarui: 21 Desember 2023   07:23 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Prinsip saya, apa yang diamanahkan pimpinan, ya saya jalankan semampu saya.
Saya tidak memikirkan "apa untungnya buat saya", yang saya tau adalah pemimpin sudah mempercayakan saya melakukan pekerjaan itu. Ya saya lakukan dengan totalitas"

Sepenggal kalimat yang disampaikan oleh figur pemimpin yang saya kagumi, sosok wanita tangguh yang meniti karir dari bawah, seorang banker yang sangat reputable, yaitu Ibu Adi Sulistyowati, kami biasa memanggil beliau Ibu Susi, Wakil Direktur Utama salah satu Bank BUMN.

Pertemuan yang hangat, tidak teragendakan sedemikan rupa. Kami beruntung, karena beliau punya waktu longgar menemui kami.
Tidak terasa 2 jam pertemuan kami di sela waktu makan siang beliau.
Meskipun saya hanya menjadi pendamping Coach Jaja, tapi kesempatan bisa ngobrol dengan orang hebat menjadi berkah atas pekerjaan ini.  Saya ikut mendengar, menyimak dan belajar bagaimana seorang pemimpin berbicara dan berinteraksi. Kisah inspiratif yang mungkin tidak banyak beliau ceritakan ke orang lain, termasuk kepada timnya.

Bagi saya pribadi, Ibu Susi adalah sosok pemimpin yang sangat goal oriented, namun sisi humanity nya sangat kuat. Kualitas banker profesional dan kelembutan seorang Ibu menyatu jadi satu. 

Beliau sangat goal oriented, mengapa saya bisa katakan itu, karena saya merasakan energi beliau ketika membahas pekerjaan. Beliau sangat detail dan paham betul organisasi. Energi ini terpancar dari air muka, tatap mata dan bahasa tubuh yang sangat bersemangat ketika bercerita tentang kunjungan atau kerjasama antar instansi yang beliau pimpin. Di satu sisi, ketika membahas tim, beliau bisa dengan sangat lembut dan detail menjelaskan timnya yang telah mentas menjadi pemimpin, baik memimpin di perusahaan yang sama dengan beliau, ataupun di tempat lain. Ada kebanggaan beliau ketika timnya berhasil menjadi pemimpin.

Perjalanan karir beliau yang panjang, dan sering tidak mulus membuat mental beliau menjadi kuat. Beliau harus menerima situasi yang tidak ideal, beban tanggung jawab pekerjaan yang besar, dan masih banyak kondisi lain, yang dimana justru semua itu justru menjadikan beliau pemimpin yang paham lapangan. Bahkan ada gurauan di kalangan internal perusahaan beliau, kalau Ibu sudah kunjungan ke daerah atau ke lapangan, pasti kekusutan internal selesai. 

"Karena saya besar di lapangan, jadi ketika ada masalah, sebisa mungkin saya selalu kumpulkan pemimpinnya untuk segera cari solusi, jangan ditunda atau dibiarkan berlarut-larut" Beliau menjelaskan betapa gemasnya beliau kalau ada pemimpin cabang yang bertele-tele menunggu instruksi kantor pusat. 

Bagi beliau, peran pemimpin bukan hanya memberikan target kepada tim, tapi ikut mencapai target bersama tim.Pemimpin juga wajib gaul, jangan duduk manis di kantor.

Menjadi Sahabat Milenial

Salah satu keunikan Ibu Susi menurut saya adalah beliau tidak jaim (jaga image), beliau apa adanya, natural, tidak dibuat-buat. Ketika harus tertawa, ya beliau tertawa, tidak menahan tawa agar terlihat berwibawa. Sikap natural ini yang membuat para milenial dekat dengan beliau. Kehangatan ketika berbicara dan kesediaan waktu beliau berinteraksi, dengan generasi milenial, bahkan membuat konten media sosial bareng menjadi daya tarik yang genuine. 

Tidak banyak pemimpin yang berbesar hati melakukan hal itu, mungkin ada beberapa, tapi itupun harus diatur secara protokoler. Berbeda dengan Ibu Susi, beliau melakukannya secara totalitas.
"Kalaupun harus berjoget bareng anak-anak, ya sudah saya lakukan. Tujuan saya adalah bisa menjadi teman bagi mereka, sehingga mereka terbuka jika ada kendala di Cabang dan saya bisa bantu eksekusi cepat."

 "Perusahaan ini terlalu besar jika lampu sorot hanya ke saya atau direksi, harus diberikan kesempatan anak-anak memimpin. Dan untuk mempersiapkan itu, kita sebagai Top Manajemen harus meluangkan dan menginvestasikan waktu untuk mereka"

 Saya teringat sebuah kutipan dari buku yang saya baca; kepemimpinan yang baik bukan lagi berpusat pada diri pemimpin itu sendiri (prestasi pemimpin, kepopuleran pemimpin) tapi kesediaan pemimpin mengalihkan kepada timnya. Karena ketika tim anda bertumbuh, otomatis pemimpin bertumbuh.

  

Pemimpin Hebat juga Manusia

Bagi saya yang tidak mencapai Pendidikan tinggi, dan datang dari orang kebanyakan, bisa berbicara dan mendengarkan seorang pemimpin perusahaan BUMN adalah sebuah berkah. Apalagi satu meja makan dan ngobrol santai sepanjang 2 jam, menjadi anugerah bagi saya. Kadang saya hanya bisa melihat orang-orang hebat itu di televisi, majalah atau media sosial, kali ini saya berkesempatan jumpa dan ngobrol langsung.. waah betapa beruntungnya saya.. 

Dan.. para pemimpin hebat itu pun sama seperti kita, mereka juga manusia. Kadang mereka jatuh, kadang mereka terluka, sedih dan menangis, namun mereka bangkit. Mereka memutuskan untuk segera bangkit dan menjauh dari keterpurukan. 

Nah inilah bedanya.. kebanyakan dari kita, saya dan beberapa sahabat.. kita suka mendramatisasi situasi, merasa larut dan tenggelam dalam situasi, dan mengharapkan orang lain mengangkat kita. Padahal kita jatuh tidak terlalu dalam, harusnya kita bisa segera bangun. Orang-orang yang hebat tergerak dari dalam, mereka tidak bergantung pada orang, mereka bergantung pada diri mereka. Mereka melawan dirinya dan menang.

"Ada titik saya ingin menyerah, ada titik dimana rasanya ingin saya akhiri, tapi ketika saya tau bahwa ada banyak orang yang bergantung pada saya, saya buang jauh-jauh pikiran itu, saya bangkit, dan saya buktikan bahwa saya layak untuk posisi itu".

Sama kan dengan kita? Kadang kalau lagi datang masalah, datang tagihan, pas uang ga ada, bawaannya mau nyerah aja, mau udahan, mau bilang.. udah ya Allah.. tapi apakah kita sendiri sudah berjuang? Kita meraung-raung seolah kita yang paling menderita, tapi apakah upaya kita sudah habis-habisan?

Jangan-jangan kesempitan versi kita adalah kelapangan versi orang lain.
Jangan-jangan kesulitan yang kita rasakan itu adalah kenikmatan bagi orang lain.
Jangan-jangan masalah pekerjaan yang kita keluhkan adalah impian mereka yang sedang butuh pekerjaan.

Bagi seorang Ibu Susi, menyerah itu bukan pilihan. Pilihannya hanya lakukan, lakukan dan menang!.

Yuk belajar dari Ibu Susi, beliau berhasil mendobrak keterbatasannya, mematahkan stigma bahwa wanita tidak bisa menjadi pemimpin perusahaan besar. Semua cibiran itu beliau mampu buktikan dengan prestasi. Beliau mampu menunjukan kualitas diri pemenang, dan kini, beliau tengah menciptakan pemenang-pemenang lain di organisasi beliau. 

Terima kasih Ibu Susi, sudah mengizinkan saya untuk belajar dari kegigihan dan presistensi Ibu.
Semoga Allah senantiasa memberikan Ibu Kesehatan dan Kebahagiaan.


Semoga tulisan ini bermanfaat bagi sahabat semua,

Salam
Dedy Wijaya

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun