Tidak banyak pemimpin yang berbesar hati melakukan hal itu, mungkin ada beberapa, tapi itupun harus diatur secara protokoler. Berbeda dengan Ibu Susi, beliau melakukannya secara totalitas.
"Kalaupun harus berjoget bareng anak-anak, ya sudah saya lakukan. Tujuan saya adalah bisa menjadi teman bagi mereka, sehingga mereka terbuka jika ada kendala di Cabang dan saya bisa bantu eksekusi cepat."
 "Perusahaan ini terlalu besar jika lampu sorot hanya ke saya atau direksi, harus diberikan kesempatan anak-anak memimpin. Dan untuk mempersiapkan itu, kita sebagai Top Manajemen harus meluangkan dan menginvestasikan waktu untuk mereka"
 Saya teringat sebuah kutipan dari buku yang saya baca; kepemimpinan yang baik bukan lagi berpusat pada diri pemimpin itu sendiri (prestasi pemimpin, kepopuleran pemimpin) tapi kesediaan pemimpin mengalihkan kepada timnya. Karena ketika tim anda bertumbuh, otomatis pemimpin bertumbuh.
 Â
Pemimpin Hebat juga Manusia
Bagi saya yang tidak mencapai Pendidikan tinggi, dan datang dari orang kebanyakan, bisa berbicara dan mendengarkan seorang pemimpin perusahaan BUMN adalah sebuah berkah. Apalagi satu meja makan dan ngobrol santai sepanjang 2 jam, menjadi anugerah bagi saya. Kadang saya hanya bisa melihat orang-orang hebat itu di televisi, majalah atau media sosial, kali ini saya berkesempatan jumpa dan ngobrol langsung.. waah betapa beruntungnya saya..Â
Dan.. para pemimpin hebat itu pun sama seperti kita, mereka juga manusia. Kadang mereka jatuh, kadang mereka terluka, sedih dan menangis, namun mereka bangkit. Mereka memutuskan untuk segera bangkit dan menjauh dari keterpurukan.Â
Nah inilah bedanya.. kebanyakan dari kita, saya dan beberapa sahabat.. kita suka mendramatisasi situasi, merasa larut dan tenggelam dalam situasi, dan mengharapkan orang lain mengangkat kita. Padahal kita jatuh tidak terlalu dalam, harusnya kita bisa segera bangun. Orang-orang yang hebat tergerak dari dalam, mereka tidak bergantung pada orang, mereka bergantung pada diri mereka. Mereka melawan dirinya dan menang.
"Ada titik saya ingin menyerah, ada titik dimana rasanya ingin saya akhiri, tapi ketika saya tau bahwa ada banyak orang yang bergantung pada saya, saya buang jauh-jauh pikiran itu, saya bangkit, dan saya buktikan bahwa saya layak untuk posisi itu".
Sama kan dengan kita? Kadang kalau lagi datang masalah, datang tagihan, pas uang ga ada, bawaannya mau nyerah aja, mau udahan, mau bilang.. udah ya Allah.. tapi apakah kita sendiri sudah berjuang? Kita meraung-raung seolah kita yang paling menderita, tapi apakah upaya kita sudah habis-habisan?
Jangan-jangan kesempitan versi kita adalah kelapangan versi orang lain.
Jangan-jangan kesulitan yang kita rasakan itu adalah kenikmatan bagi orang lain.
Jangan-jangan masalah pekerjaan yang kita keluhkan adalah impian mereka yang sedang butuh pekerjaan.