Leader Walk The Talk, Leader Make Vision into Action.
Terdengar familiar dengan quotes-quotes itu? Sering kita temui dibanyak tulisan caption sosial media, ataupun seminar motivasi.
Quote-quotes pamungkas yang seolah menyindir pemimpin untuk bisa melakukan dan memimpin dengan tindakan, tidak lagi dengan nyuruh-nyuruh, atau asal perintah.
Pemimpin, apapun yang ia pimpin; organisasi, lembaga, pemerintahan atau sekedar Team Leader dari kelompok olahraga, memiliki otoritas yang diberikan dengan sadar, yaitu kekuatan memerintah atau Power. Perintah pemimpin bisa menggerakan tim, ke kanan, ke kiri, bertahan atau menyerang. Melalui perintah, seorang pemimpin bisa membawa perubahan. Sejarah sudah mencatat, perintah pemimpin yang hebat mampu menjadi kisah inspirasi yang luar biasa.Â
Contohnya Raja Lionidas dari Sparta Yunani, yang dengan gagah berani mengacaukan serangan Kekaisaran Persia yang saat itu dipimpin raja Xerxes selama 3 hari. Raja Lionidas memerintahkan pasukannya yang hanya berjumlah 300 orang melawan pasukan Persia yang berjumlah 150,000 pasukan. Pertempuran yang jelas-jelas tidak seimbang ini menjadi catatan sejarah, disebut sebagai Pertempuran Thermopilai.
Raja Lionidas tidak asal perintah, tidak asal nyuruh, ia terlibat langsung. Turun langsung bersama pasukannya, merancang strategi dan mengeksekusinya bersama. Bahkan Raja Leonidas mati di medan pertempuran bersama timnya.Â
Yuk kita tilik ke organisasi atau perusahaan kita saat ini. Jika anda memiliki pemimpin yang turun dan berinteraksi langsung dengan anda di lapangan, anda beruntung. Tapi sayangnya, banyak sekali pemimpin perusahaan yang hanya asal nyuruh, asal minta, dan asal tagih. Parahnya tidak disampaikan secara langsung, hanya melalui chat WA. Betul teknologi memudahkan komunikasi, tapi tidak semua hal bisa selesai disampaikan dengan chat. Pemimpin harus hadir nyata bersama timnya.
"Hallooo.. Besok sudah tanggal 20, mana progress klien??"Â Pesan chat yang masuk hari ini jam 15.33.
"HALOOOO!!!" disusul jam 15.42.
Saya yakin, WA ini dibaca oleh sebagian tim yang ada di WA Group itu, tapi tidak ada satupun yang menjawab.
Ada yang sengaja mengabaikan, ada yang menghardik pimpinannya, mungkin juga sumpah serapah yang keluar, ada juga yang buru-buru mengarsip dan menonaktifkan notif.Â
Mari kita tela'ah lagi peran dan fungsi sebagai pemimpin, mau anda jabatannya Owner, Founder, Dirut atau apalah, pemimpin itu adalah PELAKU. Pemimpin adalah orang yang melakukan, atau pernah melakukan, sehingga bisa memberikan strategi menuju goal yang dituju serta mengantisipasi kegagalan. Lalu kalau cuma teriak-teriak atau kirim chat huruf kapital anda mengharapkan apa? Kredibilitas apa yang pemimpin ingin tunjukan? apa sebagai pemimpin, anda mau menunjukan bahwa perusahaan ini milik anda?Â
Pasukan Sparta rela mati bersama rajanya karena mereka tau apa yang mereka perjuangkan, kebebasan dan kemerdekaan.
Pasukan Sparta bahkan berbangga diri bisa berjuang di medan perang bersama rajanya.
Lalu, kebanggaan apa yang dilihat dari tim anda dari anda? Adakah jiwa ksatria itu? Â
Tujuan apa yang ingin diraih oleh tim anda? Target yang anda tetapkan? itu sih kepentingan anda.
Akhir tahun memang menjadi hal yang penting, banyak yang dipertaruhkan, termasuk reputasi pemimpin.
Pahami, bahwa tidak bisa dan tidak lagi zamannya memimpin dengan teriak-teriak, atau mengirim energi negatif di WA. Tim anda punya keluarga, punya pasangan, punya anak. Perlakukan mereka layaknya orang dewasa.
Jikapun ingin memotivasi tim, tidak dengan cara norak seperti itu. Lebih elegan memilih kata. Cari waktu untuk mengumpulkan tim, lakukan komunikasi 2 arah, tatap mata mereka, tanya apa yang mereka butuhkan untuk bisa mencapai target yang diharapkan.
Terapkan ABC.
ATMOSFIR. Saya orang yang percaya, bahwa suasana hati menentukan segalanya. Maka penting bagi pemimpin membangun atmosfir kerja yang positif. Jauhkan kata-kata yang merendahkan atau menghakimi tim. Bisa jadi mereka yang belum tercapai targetnya hanya butuh sekali atau dua kali pertemuan lagi.
BANTUAN. Ajak ngobrol mereka. Ingat, setiap orang memiliki medan perang dalam diri mereka sendiri-sendiri, setiap orang memiliki problematika yang harus dihadapi, masalah keluarga, keuangan, anak-anak dll. Jika sebagai pemimpin anda tidak mengetahui itu, its OK. Minimal jangan rendahkan tim anda. Tawarkan bantuan yang bisa anda berikan.
CEK. Ketika ada permasalahan di lapangan, pemimpin harus cek, turun tangan. Segera bereskan dengan kapasitas anda sebagai pemimpin. Putuskan dengan cepat, jangan menggantung, sehingga tim bisa bergerak cepat.
Pemimpin haruslah menjadi pemberi energi. Asumsi anda yang negatif buang jauh-jauh. Sebagai pemimpin mungkin anda merasa tim anda malas, tidak gercep, atau klemar-klemer. Tapi pernah anda bertanya dan ajak ngobrol mereka?
Tim anda adalah manusia yang punya hati.
Mungkin bagi tim anda, bekerja di perusahaan menjadi sarana penghidupan keluarga.
Namun bukan satu-satunya.
Jika tidak bisa bijak sebagai pemimpin,
setidaknya bijaklah sebagai manusia
Salam,
DW
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H