Obrolan makin lama makin membahas biaya, budget dan ongkos. Terbayang jika satu orang saja ke Bromo dengan paket wisata 1 hari Rp. 400,000 sedangkan sekeluarga ada 5 orang sudah 2 juta sendiri. Belum hotel, makan, dan ongkos PP nya.
Ada apa dengan long weekend.. mengapa ada stigma kalau long weekend itu menjadi ajang liburan keluarga?
Apa kabar aku yang gak kemana-mana ini..?
"Kopi pak?" tanya Mas Jamal marbot masjid kami yang dengan sigap menawarkan kopi memecah kebengonganku..Â
"oh ya boleh deh om.." Â Mas Jamal memang menyambi menjual aneka minuman termasuk kopi, dia paham betul kapan harus menjual produknya.
"Sekarang tinggal balik ke dunia nyata Pak, kerja lagi, karena tagihan kartu kredit dan paylater bulan depan sudah menanti" senyum tetangga yang seolah menyadarkan kami bahwa ada extra cost yang harus ditanggungnya.
Oh ternyata dunia ini begitu konsumerisme, ada demand yang dibangun seolah long weekend itu wajib jalan-jalan.Â
Ada barisan Paylater dan cicilan yang memudahkan kita merasakan itu semua, dan bayar belakangan.Â
Godaan itu begitu mempesona dan terkesan solusi. Buat mereka yang memiliki finansial yang kuat mereka tidak perlu pikir panjang, namun buat saya dan keluarga, sebaiknya jangan ikut-ikutan. Bisa-bisa salah kaprah dan tergoda pakai semaunya.
Dunia ini terlalu bising jika kita dengarkan, banyak ajakan, banyak rayuan, banyak penawaran. Iming-iming point rewards, atau diskon khusus hanya menjadi jebakan bagi orang-orang yang tidak kuat finansial. Sekali kita merasakan, kita akan menggampangkan semua..Â
Ah gampang bayar belakang.. ah gampang nilainya cicilannya cuma sejutaan.. yang penting anak istri jalan-jalan..
Sederet pembenaran dan alasan diri yang menutup logika berpikir kita.
Memang akan mendatangkan kekaguman, acungan jempol dan like yang banyak ketika kita posting di media sosial.Â
Memang akan menjadi buah cerita si anak ketika bermain dengan teman kompleksnya kalau dia sudah kesana kesini, tapi apakah berbanding lurus dengan sesaknya dompet diakhir bulan nanti.
"Ayah minta uang buat jajan" celetuk anakku seraya menarik sarungku, ternyata marbot kami pun sekarang jualan cilok dan telur gulung buat menarik anak-anak jajan.
"Yaah ayah cuma bawa uang Rp. 5000 buat bayar kopi nak, pulang dulu deh minta sama bunda.."Â
"Coba tanya Om Jamal dia bisa Paylater gak..?" Kelakar ku sambil mencari sandal sebelah kiri bergegas pulang dengan alasan ambil uang buat jajan si bocah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H