Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sukses Itu Usianya Pendek

19 Juni 2023   14:20 Diperbarui: 19 Juni 2023   16:19 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://insight.kontan.co.id/news/strategi-perusahaan-transportasi-genjot-layanan-logistik

"Sukses itu usianya pendek.." Kalimat simple yang keluar dari seorang mentor yang saya temui kemarin.
"Ya sukses itu usianya pendek, kalau tidak bisa dijaga dengan hal lain, apa hal lain itu simple, yaitu pelayanan".

Setuju sekali, mencapai kesuksesan itu memang tidak gampang, dan ketika kita (merasa) ada di level itu, sering sekali dengan mudah hilang dan tenggelam. Contohnya para pesohor yang viral, mereka wira wiri ada dimana-mana, di TV, di Youtube, dan kanal-kanal lainnya, tapi hanya sesaat, setelah itu redup dan menghilang.

Terlepas level kesuksesannya dicapai dengan prestasi atau sensasi, namun ketika mereka ada di titik itu, hanya dalam hitungan minggu sudah hilang dari peredaran, tenggelam dan tidak lagi menjadi pembicaraan yang menarik.

"Mengapa pelayanan menjadi sedemikian penting?"
"Makna pelayanan yang dimaksud apakah dengan menjadi "nice person" pada semua orang?"
"Perilaku dan bentuk pelayanan seperti apa yang bisa menjadi penyangga kesuksesan seseorang?"

Saya kejar beliau dengan pertanyaan..

"Ini esensi yang harus dibedah dan dipahami, sehingga kita paham bahwa sukses itu bukan akhir dari perjalanan, bisa jadi sukses adalah titik awal sesungguhnya." Jawab mentor saya.

Beliau menarik ke kehidupan kita sehari-hari. Dalam dunia kerja, kita sering diperhadapkan oleh deadline, target KPI atau target produksi yang harus dikejar. Sering sekali kita berjibaku mencurahkan energi dan perhatian untuk bisa mencapai semua target tersebut.
Dan ketika kita sudah mencapainya tentu akan ada perasaan puas, rasa bangga bahwa kita mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan tidak jarang tepuk tangan serta acungan jempol orang lain yang kagum dengan kinerja kita, hal itu membuat kita terlena.
Tapi apakah itu semua sudah selesai? Apakah pujian dan tepuk tangan itu membuat kita tetap ada di level itu untuk esok hari? Inilah pertanyaan besarnya..

Kecenderungan kita merasa eforia nya kelamaan, kita terngiang-ngiang dengan gemuruh tepuk tangan dan bos yang tersenyum manis, namun ketika kita diperhadapkan dengan tantangan lain atau target lain, kesuksesan itu tidak berulang. Akibatnya siklusnya tidak selalu naik, tapi naik turun. 

"Mencapai sukses itu butuh kerja keras, tapi mempertahankan sukses butuh kerja lebih keras lagi"..
"Kalau hanya sukses di satu proyek, itu bukan DNA pemenang, itu mah kebetulan"

Ucap mentor saya seraya menatap mata saya serius.

Menjadikan Pelayanan sebagai Tulang Punggung

Saya mengambil 2 contoh sederhana saja, contoh sebuah institusi dan contoh pribadi atlet.


Untuk contoh institusi, saya menaruh hormat dan kagum dengan Blue Bird Group, sebuah perusahaan taksi dan penyedia armada yang mampu bertahan puluhan tahun dan mampu melewati banyak badai disrupsi dengan strategi yang sama yaitu pelayanan.
- 2016 ketika industri taksi harus berhadapan dengan hadirnya Taksi Online, tentu hal ini berdampak pada bisnis Blue Bird, sempat terjadi penolakan dan demo besar-besaran, namun dengan legowo manajemen Blue Bird membuka diri atas perubahan tersebut dan beradaptasi dengan cepat. 

- Kemudian 2020 - 2021, ketika ada badai Pandemi, kondisi berat ini pun membebani Blue Bird dan menggerus revenue Blue Bird secara keseluruhan. Namun strategi pelayanan yang dikedepankan mampu menyelamatkan perusahaan ini dan malah semakin membuat konsumen loyal. 

Ketika disrupsi taksi online, Blue Bird dengan sadar tidak mampu bersaing secara harga, mereka bertahan dengan harga mereka sambil terus meningkatkan kualitas layanan mereka. Perlahan, pelayanan inilah yang menjadikan turning point konsumen.
Ketika dibajiri oleh taksi online yang (mohon maaf) kebanyakan driver nya jauh dari standar layanan, Blue Bird hadir mengisi kekurangan itu. Tidak perlu diragukan lagi interaksi drivernya, termasuk ketika ada barang yang tertinggal di kendaraan, bisa dipastikan barang itu akan kembali kepada konsumen dengan utuh.

https://insight.kontan.co.id/news/strategi-perusahaan-transportasi-genjot-layanan-logistik
https://insight.kontan.co.id/news/strategi-perusahaan-transportasi-genjot-layanan-logistik

Hal yang sama pun dilakukan ketika pandemi, saya masih ingat ketika Varian Delta (2021) menyerang, masyarakat heboh dengan oksigen, Blue Bird membuka layanan untuk membantu membawakan oksigen tersebut dengan armada mereka. Lagi-lagi pelayanan yang menjadi pembeda dan membawa perusahaan menjadi "top of mind".

Untuk contoh Atlet, jujur usia kebintangan atlet secara umum memang singkat, rata-rata 5 sd 10 tahun.
Mereka menjadi idola, dan kemudian redup. Ada banyak atlet yang ketika kebintangannya redup mereka tersisih, terpinggirkan dan menghilang. Namun ada juga ketika mereka berjaya, mereka berfokus pada pelayanan, mereka membuka Coaching Clinic, terlibat dalam pengembangan talenta muda, dan mereka memberikan energi dan perhatian kepada orang lain, mereka tetap eksis sampai dengan saat ini. Salah satu panutan dan legenda hidup yang mampu tetap eksis sampai dengan saat ini adalah Ibu Susi Susanti.

https://sport.detik.com/
https://sport.detik.com/

Secara karir olahraga, karir beliau begitu singkat. Namun berkat pelayanan dan keinginan membantu orang lain, namanya tetap ada di benak masyarakat.

Saya beruntung mendapatkan pelajaran penting ini, meskipun saya belum menyentuh level sukses, tapi saya paham bahwa sukses itu bukan akhir dari perjalanan, itu adalah titik awal. Strategi kita ketika kita mencapai sukses dan mempertahankan sukses harus berbeda, namun benang merahnya adalah sama, yaitu PELAYANAN.

"People don't care how much you know, until they know how much you care"

Salam,
DW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun