Barusaja saya selesai mengikuti workshop bagi para pelaku UMKM yang newbie, saya ijin share disini ya, supaya bisa menjadi manfaat buat yang lain.
Ketika kita memulai sebuah usaha atau bisnis, pasti kita berangkat dari keinginan menyelesaikan masalah. Nah pertanyaannya, masalah itu datang dari mana? Apakah lebih kepada masalah anda atau masalah di market?
Banyak pelaku usaha yang merintis usaha dengan impian agar tidak lagi terkekang oleh jam kerja. Hal ini tidak salah sih, karena memang salah satu benefit memilih jalan hidup sebagai wirausaha adalah kebebasan waktu. Hanya saja, jika anda memulai usaha dari problem yang anda miliki; kebosanan akan pekerjaan anda, atau merasa berat dengan target pekerjaan, menurut saya hal itu kurang bijak. Anda berarti ingin menyelesaikan masalah anda, bukan masalah konsumen anda.
Ketika anda merancang usaha untuk bisa menyelesaikan masalah anda, maka produk/ jasa yang anda hasilkan adalah produk/ jasa yang anda mau. Misalnya, anda ingin buka warung makan soto, karena anda/ istri anda mau masak soto. Tapi apakah pasar anda butuh soto? Apakah komunitas anda penikmat soto? Jikapun ada yang membeli, bagaimana meretensi dan membuat mereka bersedia menjadi loyalis anda?
Apakah salah Mas kalau saya mulai usaha dari apa yang saya bisa?Â
Hal itu jelas tidak salah, tentu saja anda akan lebih bahagia melakukan hal yang anda suka dan kuasai, anda bisa lebih totalitas ketika menciptakan produk tersebut. Tetapi coba renungkan, apakah produk anda cukup fit dengan pasar?
Sekali lagi ini bukan tentang apa yang penjual ingin jual, tetapi bagaimana menjual yang pembeli ingin beli. Karena output dari usaha anda adalah melakukan penjualan, produk anda bisa terjual, jasa anda bisa terjual.
Ketika anda ingin membuka usaha, sebaiknya lakukan riset dulu. Tidak perlu dengan skema yang rumit, cukup rasakan kira-kira apa yang sedang dibutuhkan orang-orang yang anda kenal atau komunitas terdekat anda. Setelah mengetahui apa yang pasar butuhkan, tentukan segmen market mana yang anda akan sasar. Siapa pembelinya, apakah generasi X, milenial atau ibu-ibu rumah tangga. Hal ini akan berpengaruh pada konsep marketingnya.
Tidak bisa "jebret, hajar bleh" dalam merancang usaha. Ada investasi yang tidak murah dalam membuka usaha, apakah anda siap kehilangan investasi begitu saja? Bijaklah dalam berinvestasi, karena usaha itu seperti anda memasuki cuaca yang tidak menentu, kadang cerah, kadang badai, dan kadang turbulensi.
Jangan nekat buka toko, ruko atau outlet jika anda tidak menguasai pasar anda. Terlebih disituasi seperti ini, toko fisik sudah mulai sepi, pembeli berkumpul di pasar digital.
Sebaiknya mulailah anda hadir di pasar digital. Karena pasar digital itu luas, dan minim cost.
Mulai belajar memetakan kebutuhan pasar, mulai dari lingkup terkecil anda, keluarga suami/ istri dan komunitas. Sebar produk jika memungkinkan, minta kesan dan kritik mereka, jangan anti pada kritikan, selalu tanamkan semua orang itu penting. Jangan remehkan masukan dari konsumen.
Jika terjadi penjualan, rawat konsumen anda, tanya kembali apa yang anda bisa bantu untuk mereka. Jangan lelah untuk meminta feedback dari pembeli. Dan jangan jumawa dengan hasil produk anda, merasa bahwa masakan anda sudah paling enak, dan masukan konsumen anda anggap sebagai "nyiyiran". Meskipun kurang sreg dengan masukannya, ucapkan terima kasih karena sudah perhatian terhadap produk anda.
Juallah apa yang pembeli ingin beli.
Menjual apa yang pembeli ingin beli bukan berarti anda mengetahui isi kepalanya dan kemudian menyiapkan barang yang ia mau, bukan, bukan seperti itu.
Menjual apa yang pembeli ingin beli, berarti melakukan penjualan dengan cara yang pembeli inginkan. Bagaimana mereka ingin diperlakukan, bagaimana pembeli ingin produk yang mereka beli bisa tiba tepat waktu. Dan memberikan rasa kebahagian bagi pembeli.
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pembeli adalah raja, karena setiap keputusannya menentukan keberlangsungan usaha anda. Penting sekali mendapatkan masukan dari mereka, jika mereka suka dengan produk anda, tanya apa yang bisa anda lakukan untuk bisa meningkatkan kualitas produk anda. Pasti pembeli akan dengan senang hati memberikan masukan karena mereka merasa dilibatkan.
Melibatkan pembeli dalam setiap proses improvement produk akan membangun engagement yang kuat. Pembeli merasa berarti, ia akan merasa bahagia karena menjadi orang penting.
Selamat mencoba,
@deddywijaya57
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H