Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

UMKM, Menghebatkan Kaum Ibu

9 Agustus 2018   09:17 Diperbarui: 20 Agustus 2018   14:18 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

80 persen pelaku UMKM Indonesia adalah Kaum Wanita. 

Fakta ini nyata, bahwa penggerak UMKM sesungguhnya adalah kaum wanita.

Beruntung saya bisa melihat dan terlibat langsung dalam forum pembinaan Wirausaha di Bank Indonesia, di mana kami beberapa kali diminta memberikan pemaparan materi bagaimana menjadi UMKM yang berpikir global.

Namun barulah kemarin saya menyadari bahwa industri UMKM lebih banyak didominasi kaum wanita. Ketika kami berkesempatan berinteraksi dengan pelaku usaha yang dalam proses seleksi menjadi Wirausaha Binaan Bank Indonesia Jawa Barat, dimana dari 500 calon binaan kini terseleksi 80 calon, dan yang menarik adalah kebanyakan yang terseleksi adalah kaum wanita. Tidak ada yang salah, justru hal ini memancing kekaguman saya akan figur Wanita.

Seperti yang kita tahu bahwa memulai sebuah usaha dan menjalankannya tidaklah mudah dan semulus yang dibayangkan, banyak tantangan yang dihadapi, baik dalam keluarga maupun lingkungan. Seperti yang kita sama-sama tahu bahwa Wanita memiliki kodrat lahiriah yang berbeda dengan kami kaum pria. Bahkan di masyarakat ada jargon yang mengatakan bahwa wanita tidak jauh dari urusan kasur, dapur dan sumur.

Saya secara pribadi tidak setuju dengan stigma ini, banyak bukti bahwa wanita bukan hanya mengurusi Kasur, Dapur dan Sumur, banyak figur wanita sukses yang menjadi CEO diperusahaan multinasional, bahkan mereka memimpin ribuan kaum pria. 

Tapi yang menambah kekaguman saya dalam event kemarin adalah kaum wanita yang lolos dari proses seleksi BI adalah Ibu-Ibu. Saya bisa katakan Ibu-ibu karena tampilan dan usia mereka seperti Ibu-ibu yang sering saya temui. Mereka tidak muda secara fisik, bahkan beberapa dari Ibu-ibu tersebut sudah memiliki cucu, namun terlihat sangat antusias mengikuti proses pembahasan yang diberikan. Antusiasme mereka terlihat dari airmuka, gerakan tubuh dan keinginan belajar yang tinggi. 

Saya termenung, ketika salah satu peserta diberi kesempatan bertestimoni tentang produk yang ia bawa, beliau bercerita bahwa produk itu bernama Coklat Tempe, beliau melakukan inovasi mengganti kacang mede dicoklat dengan tempe, dengan tujuan agar anak-anak bisa mengkonsumsi tempe. Dan yang menakjubkan produk coklatnya sudah di export ke Arab Saudi, Taiwan, dan Australia.. Woow.. Atau seorang Ibu membuat snackdari olahan lele, dikemas sedernana, dan dipasarkan secara ke pelosok Indonesia.. Hebattt..

Ibu-ibu ini mampu berinovasi, mampu memberikan "nilai tambah" terhadap produk mereka, dan bukan seperti kebanyakan Ibu yang saya kenal, Ibu ini telah mentransformasi dirinya menjadi entrepreneurship. Kedua Ibu itu adalah figur Ibu yang sama dengan Ibu kita dirumah. Ibu itu adalah figur wanita yang sama dengan istri kita dirumah.

Yang membedakan adalah kemampuan Ibu itu keluar dari jebakan stigma bahwa wanita hanya urusan kasur, dapur dan sumur. Beliau mampu membangun usaha, merintis dari sebuah mimpi hingga menjadi usaha yang siap dibawa untuk "naik kelas". Beliau tidak harus menjadi wanita kantoran yang sukses berkarir. Beliau tidak memiliki kesempatan menjadi wanita kantoran, tetapi beliau memilih memulai dari apa yang ia bisa, membuka usaha, demi apa? demi keluarga. 

Berbagai latar belakang kisah ketika mereka memulai usaha tergores jelas di wajah mereka, jatuh bangun usaha sudah mereka alami. Mereka tidak malu ketika harus diseleksi dari awal, padahal beberapa dari mereka sudah memiliki usaha yang berjalan. Mereka dengan rendah hati mau membawa produk mereka, diberikan masukan apa yang baik dan buruk, demi usaha mereka membesar dan kelak memberikan banyak kesempatan kerja kepada orang lain. 

Mungkin jika ditanya kepada peserta semua di ruangan kemarin, apa tujuan anda menjadi UMKM? Saya jamin kebanyakan akan menjawab untuk memberikan kehidupan yang lebih baik kepada keluarga. Hasrat itulah yang menggerakkan para ibu-ibu ini rela berangkat dini hari  untuk mengikuti acara. Hasrat itulah yang menghebatkan mereka. 

Mungkin salah satu alasan mengapa UMKM memiliki daya tahan yang tinggi terhadap krisis global adalah karena usaha ini dijalankan dengan hasrat kecintaan yang besar, hasrat ingin memperbaiki taraf hidup keluarga dan lingkungan, hasrat ingin bisa meninggalkan usaha kepada anak cucu suatu hari. Sebuah usaha yang dibangun dengan impian, tekad, dan airmata akan terasa oleh konsumen. 

Saya memang tidak seberuntung putra-putri dari para Ibu yang memiliki usaha karena bisa belajar langsung dari orang tua mereka, tapi saya belajar satu hal bahwa usaha yang dibangun dengan motif kecintaan akan menggetarkan semesta. Sebab, ketulusan dalam menjalankan usaha bisa menjadi magnet menarik orang sekitar untuk terlibat dan membantu.

UMKM adalah sarana untuk menghebatkan Kaum Ibu menjadi kaum Ibu yang berdaya dan mandiri, memiliki hasrat usaha yang kuat, mampu berinovasi dan pada akhirnya memberikan nilai tambah kepada keluarga dan lingkungan. 

UMKM membentuk kaum wanita menjadi menjadi pemegang atau pelaku ekonomi yang tangguh. Dan UMKM tengah memberdayakan kaum Ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun