Mohon tunggu...
Dedy Helsyanto
Dedy Helsyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti

@dedy_helsyanto

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Gotong Royong

14 Februari 2019   14:03 Diperbarui: 19 Agustus 2019   23:44 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gotong Royong menurut perumus Pancasila yakni Soekarno adalah intisari dari Pancasila. Dapat diartikan prinsip gotong royong Pancasila adalah berpegang teguh dengan persatuan ditengah-tengah perbedaan atau Bhineka Tunggal Ika. Tentunya ini mencakup nilai-nilai dari kelima sila yang ada, yaitu ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil beradab, persatuan Indonesia, musyawarah mufakat dan keadilan sosial.

Pertanyaannya kemudian, siapa yang menjadi agen-agen literasi gotong royong ini?

Kembali merujuk pada data, berdasar hasil survei Forum Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang bertajuk "Indonesia Millenial Report 2019" menunjukan 94,4% milenial Indonesia telah terkoneksi internet. Sementara survei yang dilakukan IDN Research Institute bekerjasama dengan Alvara Research Center Tahun 2018 ditemukan ada sebanyak 79,5% milenial melakukan update status antara 2 sampai 5 kali sehari, bahkan 6 hingga 8 kali sebanyak 52,5%. Tapi dengan perkembangan lebih baik, dimana kalangan milenial mulai bijaksana dalam menggunakan media sosial, yakni tidak mudah membagi informasi sebelum mengecek kebenarannya.

Pertentangannya, berdasarkan studi yang dilakukan oleh peneliti di Princeston dan New York University mendapati penyebaran hoaks melalui unggahan Facebook setelah Pilpres Amerika Serikat 2016, tak terkait latar belakang pendidikan, jenis kelamin, dan pandangan politik. Faktor usia justru menjadi faktor utama penyebaran hoaks. 

Menteri Komunikasi Informasi (Menkominfo), Rudi Antara juga menguatkan dengan mengatakan di Indonesia, milenial tidak menyukai hoaks dan faktanya hoaks mudah menyebar dikalangan generasi baby boomers atau generasi X yang lahir sebelum kaum milenial.

Para milenial Indonesia inilah yang dapat menjadi agen-agen literasi gotong royong yang di bantu oleh generasi X anti hoaks yang berada pada struktur sosial konvensional dalam masyarakat. Seperti tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh perempuan.

Tak kalah penting mengingat Hari Pers Nasional pada 9 Februari lalu, media massa mainstream mempunyai peran yang cukup vital untuk membantu milenial menjadi agen-agen literasi gotong royong tadi. Cara yang dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan pelatihan jurnalistik seperti jurnalisme data kepada milenial.

Bekal yang diberikan media massa mainstream ini diharapkan dapat dipraktekkan oleh milenial yang menjadi agen-agen literasi gotong-royong dalam membuat konten di media sosialnya maupun blognya.

Selain itu, media massa mainstream sedapatnya juga memberikan ruang kepada pakar, intelektual atau akademisi milenial dalam memberikan pendapat mereka. Alasannya, kegaduhan yang terjadi karena hoaks di ruang publik, didapati berasal dari komentar-komentar mereka yang tidak menguasai masalah atau pengetahuan di bidang tertentu.

Peran milenial dan media untuk literasi gotong royong mesti berkolaborasi dengan program-program dan lembaga-lembaga pemerintah dalam mengkampanyekan Pancasila. Dimana tujuannya adalah terwujudnya kehidupan yang adil dan sejahtera di berbagai bidang sesuai amanat konstitusi.

Dengan langkah-langkah ini, wacana negara syariah dapat dibilang akan menghilang dengan sendirinya. Indonesia pun akan maju dengan dinamika revolusi industri yang terus bergerak maju dengan ruang publik yang manusiawi yang dimotori para milenialnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun