Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas Indonesia Hadapi Jepang, Pembuktian Formasi 3 Bek Bukan Pakem Inferior

14 November 2024   14:00 Diperbarui: 14 November 2024   17:22 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandy Walsh, Jordi Amat, Kevin Diks, Ramadhan Sananta, dan Tom Haye (kiri ke kanan) tampak dalam sesi latihan timnas Indonesia di Stadion Madya GBK, Selasa (12/11/2024).(KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN)

Artinya, sepak bola seperti teknologi, akan berkembang, berubah-ubah, tidak rigid.

Itulah mengapa, formasi tiga bek pun tidak serta-merta menjadi citra dari sepak bola 'negatif'. Hanya bisa bertahan dan mengincar serangan balik.

Toh, Jose Mourinho yang dikenal sebagai antitesis dari Louis van Gaal di final Liga Champions 2010, dan Barcelona era Pep Guardiola juga tidak dengan formasi tiga bek, melainkan 4-4-2.

Atau yang baru-baru ini, Manchester United saat masih bersama Erik ten Hag juga tidak menggunakan formasi tiga bek ketika bermain pragmatis melawan tim-tim kuat seperti Manchester City, Arsenal, dan Liverpool.

Apa yang digunakan Erik ten Hag? 4-2-3-1.

Formasi yang banyak digunakan saat ini di Liga Belanda, baik tim kuatnya maupun tim papan bawah. Artinya, formasi tidak 100 persen menggambarkan gaya permainan.

Formasi adalah landasan awal, sedangkan praktiknya akan ditentukan berdasar karakteristik pemain. Contohnya bisa dilihat saat Indonesia kalah 1-2 dari China. Formasi dasarnya 3-4-3 atau pun 3-5-2.

Indonesia pun menguasai bola 76 persen berbanding 24% China. Gaya bermainnya pun berbeda ketika Indonesia tanpa Thom Haye dan saat ada Thom Haye.

Eksperimen yang paling menarik di antara eksperimen STY pada laga itu pun ada pada Pratama Arhan, yang menjadi bek sayap kanan berkaki kidal.

Ini membuat gaya main di sisi kanan seperti menggunakan penyerang sayap kanan yang dapat melakukan cut inside ala Arjen Robben.

Sekali lagi, formasi adalah landasan awal, tetapi bukan penentu segalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun