Artinya, sepak bola seperti teknologi, akan berkembang, berubah-ubah, tidak rigid.
Itulah mengapa, formasi tiga bek pun tidak serta-merta menjadi citra dari sepak bola 'negatif'. Hanya bisa bertahan dan mengincar serangan balik.
Toh, Jose Mourinho yang dikenal sebagai antitesis dari Louis van Gaal di final Liga Champions 2010, dan Barcelona era Pep Guardiola juga tidak dengan formasi tiga bek, melainkan 4-4-2.
Atau yang baru-baru ini, Manchester United saat masih bersama Erik ten Hag juga tidak menggunakan formasi tiga bek ketika bermain pragmatis melawan tim-tim kuat seperti Manchester City, Arsenal, dan Liverpool.
Apa yang digunakan Erik ten Hag? 4-2-3-1.
Formasi yang banyak digunakan saat ini di Liga Belanda, baik tim kuatnya maupun tim papan bawah. Artinya, formasi tidak 100 persen menggambarkan gaya permainan.
Formasi adalah landasan awal, sedangkan praktiknya akan ditentukan berdasar karakteristik pemain. Contohnya bisa dilihat saat Indonesia kalah 1-2 dari China. Formasi dasarnya 3-4-3 atau pun 3-5-2.
Indonesia pun menguasai bola 76 persen berbanding 24% China. Gaya bermainnya pun berbeda ketika Indonesia tanpa Thom Haye dan saat ada Thom Haye.
Eksperimen yang paling menarik di antara eksperimen STY pada laga itu pun ada pada Pratama Arhan, yang menjadi bek sayap kanan berkaki kidal.
Ini membuat gaya main di sisi kanan seperti menggunakan penyerang sayap kanan yang dapat melakukan cut inside ala Arjen Robben.
Sekali lagi, formasi adalah landasan awal, tetapi bukan penentu segalanya.