Sebagai Warga Negara Indonesia, tentu saya senang bila tim nasional sepak bola Indonesia bisa menang back to back atas Burundi di FIFA Matchday jilid dua yang berlangsung Selasa (28/3) malam pukul 20.30 WIB, di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi.
Tetapi, saya juga teringat dengan kemenangan back to back di FIFA Matchday atas Curacao September tahun lalu juga dapat membuat tim 'Garuda' melayang tanpa fokus. Dampaknya, di turnamen seperti Piala AFF 2022, mereka tidak sanggup menampilkan apa yang mereka suguhkan pada laga uji coba internasional.
Padahal, pasca-uji coba tersebut, publik Indonesia dan ASEAN--seperti Malaysia dan Vietnam--berdecak kagum terhadap kemenangan Fachruddin Aryanto dkk atas tim berperingkat 80-an dunia tersebut--peringkat 86 per Desember 2022.
Indonesia pun diprediksi akan dapat menjadi juara di Piala AFF 2022 karena penampilan tersebut. Bahkan, pelatih Thailand, Mano Polking juga mengaku bahwa timnya akan kesulitan mempertahankan gelar juara karena Indonesia akan datang dengan pasukan alumni finalis Piala AFF 2020 yang kini lebih matang.
Ya, teorinya begitu. Namun, kenyataannya tidak demikian.
Beberapa pemain yang memperkuat timnas di edisi kedua bersama Shin Tae-yong ternyata masih rapuh. Rapuh dalam hal membuat keputusan, dan terutama masih sering salah mengoper bola, yang hal itu minim terjadi di tim seperti Vietnam dan Thailand.
Kesalahan mendasar yang masih menghantui Timnas Indonesia tersebut, akhirnya dihukum oleh Thailand di babak grup dan Vietnam di semifinal.
Meski Indonesia sebetulnya tampil bagus dan mendominasi saat menjamu dua tim tersebut di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, namun tim yang ingin juara tentu tidak membuat kesalahan mendasar.
Termasuk kesalahan dalam mengeksekusi bola di dekat gawang yang sudah ditinggal kiper dengan menendang bola menuju tiang dekat, bukan seratus persen ke tengah gawang.
Ada dua kemungkinan di situ, yakni pemain menyepelekan peluang yang didapatkan. Atau, pemain sudah tidak fokus, sehingga ingin segera menendang bola dan ingin berselebrasi.