Karena, Rehan ketika mampu menahan smash, arah kok pantulannya biasanya dibelokkan ke sudut-sudut yang masih kurang bisa ditebak Huang. Itulah mengapa, Zheng tidak lagi hanya melakukan smash lurus, melainkan pukulan jatuh ke area depan net agar koknya oleh Rehan dikembalikan secara tanggung dan diselesaikan oleh Huang.
Taktik ini bisa diimplementasikan ketika jam terbang pemainnya seperti Zheng/Huang. Mereka tidak hanya punya keterampilan bagus, namun juga pengalaman tinggi yang memungkinkan mereka untuk mengelola permainan lebih variatif.
Hal ini yang membuat Rehan/Lisa dapat menuai pembelajaran berharga. Mereka betul-betul beradu teknik dengan Zheng/Huang, dan soal keterampilan, saya pikir setelah Praveen/Melati, Rehan/Lisa-lah yang sepertinya akan menjadi pasangan Indonesia untuk bersaing di papan atas ganda campuran dunia ke depan.
Apakah berarti, Rehan/Lisa sudah ideal?
Sebetulnya, dalam kacamata penonton bulutangkis yang sedangkal saya dalam jam terbang menontonnya, saya merasa bahwa Rehan/Lisa adalah pasangan ideal saat ini setelah sekian lama mencari penerus Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Menurut saya, level terbaik ganda campuran untuk Indonesia berdasarkan tontonan saya di televisi sejak 2008 adalah Owi/Butet. Butet menawarkan pertahanan yang kokoh dan pengatur serangan yang baik agar dapat diselesaikan oleh smash mematikan Owi.
Nah, itulah permasalahan pada Rehan/Lisa. Ketika Lisa sudah mulai membangun pondasi pertahanan yang kokoh dan pengembalian koknya yang dapat berpotensi menjadi kok tanggung kepada kubu Indonesia, sayangnya Rehan kurang cermat dalam menangkap momentum tersebut untuk diselesaikan dengan pukulan smash.
Kecenderungannya, Rehan seperti kurang percaya diri untuk mengeksekusinya dengan pukulan smash. Akibatnya, muncul permainan panjang dan lawan diberikan nafas untuk kembali mempertahankan laju kok. Padahal, sebelumnya mereka sudah dikocar-kacirkan pemosisiannya oleh Lisa.
Apakah ini faktor tinggi badan Rehan?
Saya sebetulnya berusaha menutup mata soal itu. Karena, sebetulnya Rehan terlihat mampu melakukan smash dengan baik.
Lagipula, jika tinggi badan Rehan kurang ideal, lalu bagaimana dengan Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti yang sama-sama bertinggi sekitar 160-an namun berduet di ganda putri? Bukankah, di semua sektor ganda pasti butuh penyerang alias tukang pukul smash?