Hal ini karena semua pemain dari lini kedua seperti Kevin De Bruyne, Ilkay Gundogan, dan Bernardo Silva, juga dapat diandalkan untuk mencetak gol selain Phil Foden, Riyad Mahrez, dan Gabriel Jesus.
Nama terakhir bahkan sering cedera dan dikenal sebagai penyerang yang lebih bagus di sayap daripada di depan-tengah seperti Aguero, karena ia kurang efektif dalam mengeksekusi peluang.Â
Meski begitu, dia punya kualitas dalam mengacak-acak pertahanan lawan dengan keterampilan olah bolanya yang tinggi, dan mempunyai visi berbagi bola yang bagus.
Dan, ketika di Liga Champions, alias kompetisi jangka pendek yang butuh gol-gol krusial yang efektif karena lawan-lawannya juga tim dengan kualitas pertahanan yang bagus, maka City tidak dapat mengandalkan semua pemain tersebut untuk mencetak gol karena mereka memang tidak punya kualitas unggul untuk membobol gawang lawan.
Itu dibuktikan dengan kehadiran Haaland musim ini, yang membuat produktivitas City meningkat terutama di Premier League.Â
Sedangkan, di UCL masih patut dinantikan, apakah Haaland dapat mengakhiri mimpi 'Si Manchester Biru' mengangkat si 'Kuping Besar' pada 10 Juni--11 Juni dini hari WIB--mendatang, atau tetap saja gagal mewujudkannya.
Di London Merah, mereka saat ini seperti gambaran City era Guardiola yang cenderung cocok dengan striker palsu alias striker dinamis seperti Gabriel Jesus--yang menyeberang ke Emirates karena adanya Haaland di Etihad--dan Leandro Trossard--dari Brighton & Hove Albion. Hanya saja, permasalahannya sama, yakni mereka bukanlah striker nomor 9 yang bisa efektif mencetak gol.
Saat ini pun Arsenal mirip City sebelum ada Haaland, yakni semua pemain dapat mencetak gol seperti Gabriel Martinelli dengan 12 gol di Liga Inggris, dan Bukayo Saka bersama Martin Odegaard dengan sama-sama 10 gol di liga.
Produktivitas mereka pun menyokong keran gol Arsenal saat ini yang hanya kalah dari City, yakni 62 gol berbanding 67 gol dari 27 pertandingan.
Namun, hal luar biasa ini akan menghilang ketika menghadapi tim yang kualitas bertahannya sangat bagus, atau sedang sangat berjuang mati-matian untuk bertahan total karena misi menghindari degradasi (di liga) atau memang karakter permainannya sedemikian pasif, maka Arsenal akan kesulitan dalam menciptakan gol penting.
Ya, gol penting, bukan lagi menghasilkan peluang besar. Kalau soal menciptakan peluang, Arsenal sudah tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Tetapi, ketika berada di situasi yang sulit seperti menghadapi Sporting Lisbon di 'Liga Maljum' tersebut, Arsenal kelimpungan.