Musim kompetisi English Premier League (EPL) 2021/22 sudah memasuki paruh kedua. Banyak klub mengalami pergolakan, baik saat di awal musim maupun setelah musim berjalan dan mendekati musim dingin.
Salah satu klub yang mengalami pergolakan adalah Arsenal. Bahkan, muncul kehebohan di klub London Utara ini, setelah adanya pembekuan menit bermain kepada Aubameyang menjelang paruh musim.
Hal ini dikarenakan, kasus indisipliner yang dilakukan Aubameyang dan membuatnya tidak lagi berada di skuad utama maupun cadangan. Status kapten pun sudah terlihat dipindahkan ke Alexandre Lacazette, yang sebenarnya merupakan rekan duet Auba.
Bersama Lacazette, Auba menciptakan selebrasi berjabat tangan yang ikonik jika satu di antara mereka mampu mencetak gol untuk tim "Meriam London". Hanya saja, selebrasi ini akan menjadi kenangan, setelah Auba makin dekat menuju pintu keluar Emirates Stadium.
Keputusan Arteta awalnya terlihat seperti pisau bermata dua. Dapat membuat Arsenal rugi, karena kehilangan pemain terbaiknya di lini depan. Namun, juga akan menjadi masalah besar kalau tindakan indisipliner si pemain tidak mendapatkan sanksi berat.
Mengingat, pemain-pemain Arsenal adalah pemain muda, mereka bisa saja akan meniru tingkah Auba, karena klubnya tidak memberikan sanksi berat jika terjadi indisipliner. Dari sinilah, keputusan Arteta bisa disebut tepat.
Dia terlihat memperhitungkan imbas di masa selanjutnya, bukan hanya melihat problem jangka pendek yang memang pelik bagi Arsenal. Produktivitas yang minim menjadi masalah besar saat ini jika Arsenal ingin terus memperjuangkan posisi empat besar.
Bagaimana caranya?
Cara terbaik adalah mendatangkan pemain depan yang kemampuan mencetak golnya mumpuni.
Cara alternatifnya adalah memaksimalkan pemain-pemain yang bernaluri menyerang untuk mencetak gol, meski bukan penyerang tengah atau penyerang murni.
Cara alternatiflah yang saat ini sedang dilakukan oleh Arteta bersama tim mudanya. Beruntung, Emile Smith-Rowe, Gabriel Martinelli, dan Bukayo Saka dapat diandalkan, meski mereka adalah pemain muda yang dapat mengalami "fluktuasi" dalam permainan.
Inilah yang membuat cara alternatif tidak dapat dipegang selamanya. Arsenal harus berupaya juga untuk memperjuangkan cara terbaik, yaitu mendatangkan pemain. Siapa?
Jika mengikuti perkembangan di bursa transfer terkait Arsenal, Dusan Vlahovic adalah pemain yang paling menarik perhatian penggemar "The Gunners" dan sepak bola Serie A. Maklum, pemain muda asal Serbia ini sedang moncer bersama Fiorentina dengan menjadi topskor sementara klub dan kompetisi.
Torehannya sampai pekan ke-20 adalah 16 gol dari kumulatif 32 gol milik Fiorentina. Artinya, peran Vlahovic sangat krusial bagi tim. Inilah yang kemudian menjadi dilematika, terutama bagi Vlahovic. Mengapa bukan Fiorentina?
Karena, orientasi klub berbeda dengan orientasi pemain. Klub cenderung berupaya membuat keputusan yang sebisa mungkin menguntungkan secara kolektif, bukan individu.
Fiorentina kemungkinan besar tidak terlalu bermasalah untuk kehilangan Vlahovic, jika memang Arsenal sangat menginginkan Vlahovic tiba di London, pada Januari. Biaya transfer dan hasil negosiasi yang menguntungkan pasti akan membuat Fiorentina akan rela melepas penyerang kelahiran 28 Januari 2000.
Bahkan, "La Viola" sudah merekrut Krzysztof Pitek yang sebenarnya merupakan penyerang tengah. Ini artinya, Fiorentina sudah siap untuk kehilangan Vlahovic. Hanya saja, bagaimana dengan si pemain?
Kemungkinan besar ada satu faktor yang dapat membuat Vlahovic lebih ingin bertahan dibandingkan pergi dari Serie A musim ini. Alasannya adalah potensi untuk mengukur seberapa jauh dirinya dapat berprestasi bersama Fiorentina, secara kolektif maupun individu.
Namun, jika melihat peta persaingan di tangga klasemen, Fiorentina terlihat sulit untuk bersaing dengan klub lain, dikarenakan tim asuhan Italiano ini cenderung berpangku pada performa Vlahovic. Ketika Vlahovic moncer, Fiorentina bisa selamat dari kekalahan maupun menang.
Tetapi, jika Vlahovic tidak moncer, Fiorentina pun jeblok. Salah satunya seperti ketika dikalahkan Torino (4-0). Di laga ini (10/1), Vlahovic tidak berkembang dan akhirnya diganti di sepertiga awal babak kedua.
Tim yang mengalahkan pun bisa menjadi contoh nyata bahwa untuk dapat bersaing di papan klasemen perlu kolektivitas. Kita tentu masih ingat, bahwa "Il Toro" di musim 2020/21 adalah pesakitan dan nyaris degradasi, ketika mereka sangat bergantung pada Andrea Belotti.
Namun, kini ketika mereka sudah tidak bergantung pada Belotti, tim sekota dengan Juventus ini mulai terlihat lebih baik daripada sebelumnya. mereka sudah bisa dikatakan mapan di zona tengah klasemen sementara musim ini.
Contoh lain yang relevan dengan situasi Fiorentina dengan Vlahovic juga dapat dilihat dari musim lalu, ketika Cristiano Ronaldo masih bisa menyabet gelar topskor dengan mengalahkan Romelu Lukaku. Namun, Juventus gagal juara, bahkan nyaris gagal lolos ke Liga Champions.
Artinya, tim yang sangat mengandalkan satu pemain yang terlalu menonjol, sulit bagi tim tersebut untuk meraih hasil paling maksimal di akhir musim. Lukaku bisa disebut pencetak gol terbanyak Inter. Itu fakta.
Namun, pemain Inter lain juga telah berperan krusial untuk Inter. Lautaro Martinez, Nicolo Barella, hingga Samir Handanovic, adalah pemain-pemain yang turut memberikan upaya kerasnya untuk merengkuh hasil maksimal timnya, yaitu scudetto--juara Serie A.
Hal ini yang tidak terlihat di Fiorentina. Musim lalu, mereka masih punya Franck Ribery. Minimal, di sana sosok yang berkualitas dan bahkan berpengalaman tinggi untuk menjadi salah satu pemain yang mengangkat performa Fiorentina jika Vlahovic melempem.
Namun, pada musim ini nyaris tidak ada pemain yang bisa menyetarai peran Vlahovic untuk tim. Baik itu secara kualitas maupun pengalaman.
Artinya, peluang Fiorentina untuk finis di zona Eropa seperti target mereka dan Vlahovic cenderung sulit. Target yang lebih realistis justru pada gelar individu yang bisa diraih Vlahovic, yaitu topskor, alias capocannoniere di akhir musim.
Ini dikarenakan, tim lain cenderung kurang punya pemain yang konsisten mencetak gol di tiap laga, seperti Cristiano Ronaldo dan Lukaku di musim lalu. Edin Dzeko memang masih tajam, tetapi dia cenderung sudah lebih berupaya bermain kompleks, alih-alih fokus mencetak gol saja.
Lautaro Martinez-lah yang paling mungkin, karena dia sangat berambisi untuk dapat mengeksekusi banyak peluang yang dipunya timnya. Hanya saja, efektivitasnya masih kurang bagus.
Juventus juga tidak punya pengganti sepadan dengan Ronaldo. AC Milan juga sulit menempatkan pemainnya menjadi pencetak gol terbanyak, karena semua penyerangnya inkonsisten.
Artinya, Vlahovic jauh lebih berpeluang untuk mencapai gelar individu bersama Fiorentina, sekaligus menjadi pemuas dan pengukur tentang kemampuannya yang kemudian dapat dilihat oleh calon klub barunya. Ini yang sebenarnya terlihat ideal, terutama bagi Vlahovic.
Tetapi, ini tidak ideal bagi Arsenal, karena mereka masih sangat butuh penyerang seperti Vlahovic. Dia juga cenderung lebih ideal dibanding pilihan lain seperti Dominic Calvert-Lewin.
Meskipun, saat ini Arsenal sedang berkembang dengan banyak pemain Inggris, mereka masih perlu waspada dengan penurunan performa akibat faktor zona nyaman. Pemain Inggris ketika sedang tidak moncer masih cenderung mendapatkan tempat di tim, kecuali jika si pemain "berkaki kaca" seperti Jack Wilshere. Ini beda cerita.
Namun, kita bisa melihat contoh pada Raheem Sterling, Harry Kane, hingga Marcus Rashford. Ketika mereka sedang tidak menunjukkan performa gemilang, mereka masih punya kesempatan bermain yang banyak.
Mereka pun cenderung tidak khawatir jika harus hengkang, karena pasti ada yang menampung. Bahkan, bisa saja dapat menghasilkan tebusan tinggi (overpriced) di bursa transfer.
Ini yang patut dipertimbangkan oleh Arsenal, meski peluang mereka merekrut Calvert-Lewin ataupun Ollie Watkins lebih terbuka dibanding Vlahovic, yang dikabarkan menolak Arsenal karena tidak yakin dengan proyek masa depan Arsenal.
Pemain yang tidak percaya dengan masa depan sebuah klub yang menaruh minat kepadanya, berarti dia tidak punya hasrat untuk meraih sesuatu bersama klub tersebut. Ini yang juga patut dicermati, meskipun ungkapan seperti itu biasanya dapat berubah jika si pemain akhirnya berlabuh di klub tersebut.
Kita tidak pernah tahu. Termasuk, bagaimana akhir dari dilematika Vlahovic; antara ke Arsenal atau memilih cita-cita terselubungnya untuk menjadi topskor di Serie A di musim ini. Patut dinantikan!
Malang, 11-1-2022
Deddy H. Suryanto
***
Terkait: Kompas.com, Kompas.tv, Thesun.co.uk, Mirror.co.uk, Birminghammail.co.uk, Thesun.co.uk.
Tersemat: Football5star.com dan Theshortfuse.sbnation.com.
Baca juga: Leeds United Dihajar Arsenal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H