Meskipun, saya cenderung kurang menyukai permainan direct football, terkadang saya menilai permainan seperti itu terkesan seru. Apalagi, kalau ternyata tim yang didukung menang.
Itu pula yang akan saya rasakan jika Timnas Indonesia menang. Kalau Indonesia bisa menang dengan skema direct football, maka itu akan menjadi kelebihan, karena artinya Indonesia telah efektif dan presisi dalam membuat dan mengeksekusi peluang.
Hanya saja, hal itu tidak terjadi di laga pertama semifinal ini. Inilah yang kemudian membuat saya sangat berharap bahwa Indonesia tidak mengulangi pemandangan seperti ini di semifinal kedua (25/12).
Saya pun kemudian berpikir, bahwa ada kemungkinan jika Indonesia menang di semifinal kedua dan lolos ke final, maka ada keraguan untuk timnas kita bisa juara.
Karena, lawannya nanti sudah pasti punya kualitas pembangunan serangan yang lebih bagus dari Singapura. Mereka juga punya efektivitas di lini serang yang lebih bagus.
Dan mungkin, taktik bertahan Shin Tae-yong tidak bisa efektif lagi di final. Karena, pelatih Thailand maupun Vietnam pasti sudah mempelajari taktik bertahan dari Indonesia saat melawan Vietnam di fase grup.
Inilah yang kemudian menjadi tantangan bagi Shin Tae-yong. Patut dinantikan cara pelatih asal Korea Selatan ini menghadapi langkah selanjutnya, terutama di semifinal kedua, nanti.
Meski saya sedikit pesimis, saya tetap punya harapan yang tidak bisa ditawar dengan hal lain. Harapan ini adalah Shin Tae-yong harus tetap melatih Timnas Indonesia, selama mungkin.
Karena, segala pemandangan yang ada di Piala AFF 2020 adalah bagian dari Timnas Indonesia berproses bersama Shin Tae-yong. Apa pun yang terjadi di Piala AFF 2020, Shin Tae-yong harus tetap bersama timnas kita. Tidak ada pilihan lain.