Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Taktik "Parkir Bus" yang Gagal Total dari Laos

13 Desember 2021   03:07 Diperbarui: 14 Desember 2021   12:45 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Formasi tim Laos. Sumber: Google/search: AFF Suzuki

Pertama, Shin Tae-yong mampu mencari solusi dari kekurangan Indonesia dalam membangun serangan dan sekaligus mempelajari kelebihan Laos dengan taktik bertahannya.

Memasukkan Witan dan Elkan tidak hanya untuk mengganti pemain, melainkan untuk mengubah formasi dan pola permainan. Terutama, pola membangun serangan.

Kedua, Shin Tae-yong menaikkan Alfeandra ke tengah untuk mengakomodasikan naluri menyerang Alfeandra yang berpotensi untuk merepotkan fokus penjagaan dari lawan.

Hal ini dikarenakan, jumlah pemain yang masuk ke area permainan Laos lebih banyak. Dan, keberadaan Alfeandra di area permainan Laos bukan lagi sekadar ingin mengejutkan pertahanan lawan seperti yang dilakukan di babak pertama.

Alfeandra di babak kedua justru berperan penting dalam membangun serangan dan mempertahankan intensitas serangan. Cara mempertahankan intensitas serangan dari peran Alfeandra adalah dengan menjadikan Alfeandra sebagai pencegah terjadinya serangan balik lewat sisi tengah.

Ketiga, permainan Indonesia jauh lebih cepat dalam mengalirkan bola. Jarak antar-pemainnya juga lebih rapat, sehingga memudahkan perpindahan bola dari satu sisi ke sisi lain, dan ini sangat merepotkan para pemain Laos.

Keempat, Evan Dimas bisa bergerak bebas di babak kedua. Dia tidak hanya berada di tengah, tetapi juga bergerak di sisi sayap dan di dalam kotak penalti lawan.

Jika free-role biasa dijalankan oleh pemain yang bertipikal playmaker atau penyerang yang tipikalnya false-nine. Kali ini, kita melihat seorang pemain yang tipikalnya adalah gelandang no. 8 justru menjadi free-role.

Tentu, hal ini dikarenakan Evan punya atribut yang sangat dibutuhkan Indonesia, yaitu kualitas penyelesaian akhir. Kualitas ini sudah melekat pada Evan sejak di timnas kelompok umur, karena penyerangnya jarang "mengisi setoran ke rekening".

Empat poin yang dimiliki Indonesia di babak kedua inilah yang kemudian membuat Laos bertekuk lutut. Mereka harus menerima kenyataan, bahwa taktik bertahan bukanlah solusi yang tepat untuk menghadapi tim yang sangat butuh banyak gol.

Kini, Timnas Indonesia langsung mengalihkan perhatian ke laga selanjutnya, yaitu melawan Vietnam (15/12). Patut ditunggu seperti apa pertarungan taktik antara Shin Tae-yong dengan Park Hang-seo, nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun