Kenapa begitu?
Karena, kalau melihat permainan Indonesia saat ini, semua pemain punya kesempatan tampil di lini serang terutama di sisi sayap. Pemain yang mengisi lini ini juga cenderung sesuai dengan karakteristik yang bisa diharapkan tim.
Kualitas Egy mungkin sedikit di atas Yabes. Tetapi, gaya bermain Egy hampir tidak beda jauh dengan Witan.
Soal penyelesaian akhir, kualitas Ramai juga tidak begitu kalah dengan Egy. Begitu pula dengan keberadaan Irja yang bisa saja menjadi andalan "tak terlihat" di sektor ini, ketika lawan terlalu fokus dengan Witan dan Ramai.
Selain itu, kita seharusnya bangga, bahwa pemain kita bisa dipertahankan klubnya karena memang klub itu sangat butuh kontribusi si pemain. Dan, fenomena ini bukan hal baru di Piala AFF.
Pada Piala AFF 2010 lalu, Timnas Filipina juga mengalaminya ketika mereka punya Neil Etheridge. Kiper naturalisasi yang bermain di EPL.
Betul, Premier League!
Setahu saya, kontribusi Etheridge sebenarnya masih bisa digantikan, mengingat dalam posisi penjaga gawang minim adanya pergantian pemain di tim utama. Dan, dia bukan kiper utama klub tersebut.
Artinya, selama kiper utama tidak cedera dan masih berada di penampilan maksimalnya, dia tidak akan digantikan oleh Etheridge. Namun, klub Etheridge ingin dirinya tetap ada di tim dalam suatu pertandingan sebelum terbang ke Asia Tenggara.
Bahkan, kejadian serupa juga terjadi saat Asian Games 2018. Son Heung-min terlambat bergabung dengan Timnas Korea Selatan, karena masih harus bermain di EPL bersama Tottenham Hotspur.