Namun, kalau berkaca pada laga melawan Kamboja, saya melihat Irja yang menjadi pengejut bagi lawan. Ketika Witan sudah mendapatkan perhatian lawan, Irja mampu menunjukkan keterampilannya dalam membangun serangan yang tak kalah bagus dari Witan.
Selain itu, duet Witan-Irja bisa menghadirkan keseimbangan. Witan yang eksplosif perlu diimbangi dengan Irja yang cukup lebih bijak dalam mengelola penguasaan bola dan tenaga.
Umur dan pengalaman itu terkadang memegang peran penting dalam urusan tersebut. Itulah kenapa, duet Witan-Irja cenderung lebih cocok.
Lalu, bagaimana dengan Yabes Roni?
Pemain ini menurut saya adalah versi mateur-nya Ramai Rumakiek. Yabes mampu mengelola tenaga lebih baik, dan cenderung sudah bisa mengetahui kapan harus menarik perhatian lawan dan kapan harus segera melepaskan bola agar tidak terkena hantaman dari lawan.
Saya sering khawatir kalau Ramai membawa bola, karena dia selalu ingin berlama-lama dalam menguasai bola. Alhasil, tidak jarang, dia dihajar lawan hingga terlihat sangat kesakitan.
Itu yang kadang seperti tidak dipikirkan Ramai. Namun, hal itu saya maklumi, karena masih muda. Keinginan untuk mempromosikan diri masih sangat tinggi.
Berbeda dengan pemain seperti Yabes, yang sudah pasti tahu rasanya cedera itu tidak enak. Termasuk, tidak enak untuk keberlangsungan karier.
Maka dari itu, pemain dengan tipikal Ramai dan Witan, harus dipisahkan. Sekalipun mereka bermain dalam waktu bersamaan, bukan berarti harus sama-sama sejak menit pertama.
Yabes Roni bisa menjadi opsi lain untuk babak pertama. Seandainya, Witan dan Irja disimpan, duet Ramai-Yabes bisa dipertimbangkan.