Sebuah tim yang ingin menang, tidak bisa hanya mengandalkan satu lini terkuatnya untuk menopang beban dari semua lini. Semua lini seharusnya ada kemampuan dalam menunaikan tugasnya masing-masing.
Kekurangan pertama Arsenal ini yang kemudian terlihat di laga melawan The Red Devils. Aubameyang terisolasi oleh duet Vincent Lindelof dan Harry Maguire.
Duet ini sebenarnya tidak terlalu istimewa performanya. Tetapi, mereka masih bisa ditutupi oleh kinerja Scott McTominay dan Fred dalam bertahan, terlepas dari kesalahan-kesalahan mereka.
Selain itu, Auba juga memang lebih lama berada di tengah, alih-alih mencoba melebar atau sedikit menarik diri ke belakang lalu membiarkan antara Emile Smith Rowe, Gabriel Martinelli, atau Martin Odegaard mengisi posisinya.
Posisi yang stagnan dari Auba itu yang membuat Lindelof dan Maguire bisa dikatakan masih bisa fokus pada tugas utamanya.
Kekurangan kedua Arsenal, mereka cenderung menerapkan garis pertahanan rendah. Memang, Auba, Rowe, dan Martinelli menjalankan tugas sebagai penekan pertama terhadap penguasaan bola Man. United di pertahanan United, tetapi lini kedua dan ketiga berada di depan kotak penalti Arsenal.
Hanya di awal-awal, Odegaard dan salah satu di antara Thomas Partey dan Mohamed Elneny yang mencoba bersiap-siap memotong bola di tengah lapangan. Namun, selebihnya mereka cenderung menunggu bola sampai di sekitar pertahanan mereka.
Hal ini makin terlihat ketika Arsenal berhasil unggul lewat gol Rowe. Arsenal bermain sesuai dugaan saya, cenderung fokus bertahan.
Sebenarnya, bertahan tidak masalah, asal tidak terlalu dalam dan menciptakan jarak antara lini tengah dengan lini depan, terutama dengan Aubameyang. Di sini, saya melihat Arteta cenderung konservatif dalam menghadapi Man. United yang sebenarnya kualitas membangun serangannya tidak terlalu bagus.
Arsenal cenderung tidak berani menekan penguasaan bola Man. United untuk mencoba membuka peluang adanya kesalahan individu seperti salah oper bola. Padahal, hal ini sempat terjadi pada pemain Man. United di sekitar 15 menit awal.
Kekurangan ketiga, Arsenal seperti tidak belajar dari babak pertama. Pola permainan Arsenal cenderung 11-12 antara babak pertama dan babak kedua.