Fenomena itu adalah kesamaan Liga 1 dengan EPL--yang sebenarnya bak bumi dan langit ini--lewat tren pergantian pelatih di tengah musim. Dengan catatan menarik, bahwa kedua liga ini sama-sama sudah melewati 10 pekan pertama.
Kebetulan, Liga 1 untuk pertama kalinya sejak 2010, tergelar di tengah tahun, mirip dengan musim kompetisi di Eropa. Maka, tidak heran kalau melihat pekan pertandingan di Liga 1 sudah mencapai 14 pertandingan, sedangkan EPL sudah mengarungi 13 pekan pertandingan--saat tulisan ini dibuat.
Meskipun, kompetisi belum menyentuh separuh musim, kedua liga ini sudah mengalami banyak pergantian pelatih. Kalau di EPL, mereka biasanya disebut manajer, karena pelatihnya juga punya andil menentukan sirkulasi pemain--di bursa transfer--yang keluar dan masuk ke tim.
Pada musim ini, EPL tercatat sudah memakan korban enam manajer. Artinya, ada enam klub yang sudah gerah dengan kinerja manajernya masing-masing.
Mereka adalah Watford, Newcastle United, Tottenham Hotspur, Norwich City, Aston Villa, dan Man United. Secara berurutan, mereka memecat manajernya berdasarkan keterpurukan klub di awal musim maupun menjelang paruh musim.
Watford memecat Xisco Munoz (Spanyol) pada 3 Oktober. Posisinya digantikan oleh Claudio Ranieri (Italia) pada 5 Oktober.
Newcastle United memecat Steve Bruce (Inggris) pada 20 Oktober, setelah klub yang baru saja diakuisisi pengusaha kaya asal Arab Saudi masih terjerembab di jurang degradasi.
Tidak lucu dong, kalau klub kaya baru harus terdegradasi!
Spurs menyusul untuk mendepak Nuno Santo pada hari pertama bulan November. Sungguh 'November (sad) Rain' bagi Nuno.