Bagaimana dengan Jeniffer Gracellia?
Seingat saya, saya membaca tulisan-tulisan Jeniffer hampir bersamaan dengan waktu saya mulai membaca tulisan-tulisan dari Siska Dewi dan sebuah komunitas di Kompasiana yang bernama Inspirasiana.
Seingat saya, Jeniffer cenderung langsung dominan dalam menyajikan tulisan nonfiksi, yang kemudian berisi curahan-curahan opini yang otentik. Ini dikarenakan, Jeniffer sering mengandalkan pengalamannya dalam menggugah gagasan yang dia miliki.
Ketiganya tentu punya gaya menulis tersendiri, meski sama-sama berada di panggung 'Opini'. Namun, karena ini adalah kompetisi, maka harus dicari yang terbaik, atau yang sesuai dengan pilihan mayoritas.
Terlepas dari siapa yang menang, saya tetap menganggap keberadaan mereka di kategori opini patut diapresiasi. Dan menurut saya, ada tiga faktor yang bisa menjadi pemicu eksistensi mereka di kategori tersebut.
Pertama, mereka mampu beradaptasi. Bisa dalam arti sempit, yaitu ekosistem di Kompasiana. Bisa juga dalam arti luas, yaitu ekosistem dunia literasi digital.
Luna Septalisa adalah salah satu contoh perempuan kompasianer yang terlihat survive di Kompasiana. Saya seperti melihat adanya usaha untuk berkembang, selain ingin tetap ada, alias eksisten.
Apakah berarti penulis fiksi dianggap tidak berkembang jika tidak menulis nonfiksi?