Koleksi foto dan unggahan di media sosial dari kaum tua saja juga ada yang lebih banyak dari kaum muda. Artinya, persebaran pengguna dalam lingkup usia di media sosial, semakin lama juga cukup merata.
Jumlah kaum muda yang hobi bermedsos bisa saja setara dengan jumlah kaum tua yang pensiun dan sudah makin mahir bermedsos. Karena, harus dimaklumi juga, bahwa bermedsos bisa membuat kaum tua yang sudah pensiun masih mempunyai gairah untuk hidup.
Soal apakah mereka mau peduli atau tidak dengan sekitarnya yang serba heboh dengan beragam peristiwa aktual, itu adalah pilihan. Sama seperti ketika di antara kaum muda juga ada yang tidak ikut andil dalam gerakan sosial di medsos. Itu adalah pilihan.
Karena, pada akhirnya, yang harus dilihat dari gerakan sosial di medsos adalah konteks dari peristiwa yang terjadi. Apakah itu tepat untuk dikawal, atau tidak.
Contoh dari peristiwa yang tidak patut dikawal adalah kasus Cameron Herrin. Hanya karena pelakunya berparas tampan, warganet yang ganjen malah kehilangan kemanusiaannya.
Mereka malah menyayangkan hukuman 24 tahun penjara kepada pelaku. Padahal, hukuman tersebut tidak akan bernilai jika dibanding dengan dua nyawa yang hilang.
Belum lagi, hukuman penjara bisa "didiskon" jika pelaku terlihat berperilaku baik selama di penjara. Apakah itu bisa sepadan dengan apa yang sebelumnya dia lakukan?
Baca juga: Tampan Dibela, Jelek Dihujat... (David Abdullah)
Artinya, terkadang, gerakan warganet di media sosial juga ada yang tidak masuk akal. Dan untungnya, di antara mereka juga ada yang kontradiksi, maka terjadilah adu pendapat dengan tagar yang sama.