Silakan intip deretan catatan ini: Tirto.id (2018), Kompas.com (2010), Detik.com (2015), Mediaindonesia.com (2020).
Ketiga, Indonesia kesulitan melakukan transisi dalam membangun serangan balik. Beberapa momen serangan balik Indonesia patah, karena satu pemain berhasil menguasai bola tetapi rekannya terlambat maju dan membuka ruang.
Sebenarnya, gambaran ini sudah tercium sejak laga timnas Indonesia senior melawan China Taipei di pra-kualifikasi Piala Asia 2023. Meski timnasnya berbeda, ternyata permasalahannya cenderung menular di tim junior.
Mereka yang dipaksa bermain bertahan oleh Australia, nyatanya tidak fasih untuk menerapkan strategi serangan balik. Justru, Australia-lah yang sebenarnya tampil sebagai tim yang menguasai bola, ternyata bisa menerapkan serangan balik berbahaya ke pertahanan Indonesia.
Seandainya, Indonesia bisa melakukan transisi dari bertahan ke menyerang yang bagus, tentu mereka tidak akan kesulitan untuk mencetak gol selain harus mengurung pertahanan lawan terlebih dahulu. Karena, dengan cara itu, timnas kita juga bisa dipukul dengan serangan balik yang berbahaya.
Baca juga: Catatan Penting di Balik Kemenangan Perdana Timnas Indonesia
Tiga faktor yang bisa ditangkap secara sederhana ini tentu akan menjadi evaluasi bagi timnas selain detail-detail lain yang bisa mereka tangkap di pertandingan ini. Meskipun, di laga ini mereka kalah, sebenarnya timnas kita masih punya faktor penentu untuk mengubah keadaan di laga kedua.
Faktor itu adalah kerja keras dan semangat tingkat tinggi untuk mencetak gol. Sejauh ini, timnas kita baik senior dan kelompok umur, sama-sama menunjukkan hal itu. Terutama di laga timnas U-23 ini.
Terlihat sekali bahwa para pemain Indonesia masih mampu bertarung habis-habisan menjelang pertandingan berakhir. Bahkan, mereka bertindak sebagai tim penyerang, bukan tim yang bermain bertahan.
Itulah kenapa, sekalipun timnas kita kalah, bahkan seandainya nanti gagal ke Piala Asia U-23 pun--semoga tidak terjadi, kita sebenarnya patut tetap mengapresiasi perubahan gaya bermain di timnas kita dari yang dulu ke sekarang.
Ini tentu bukan pujian setinggi langit, yang hanya muncul mengikuti euforia, melainkan apresiasi yang sesuai fakta di lapangan. Maka dari itu, kalau seandainya tim U-23 ini tersingkir oleh Australia, mereka sebenarnya punya prospek untuk di turnamen lain, seperti SEA Games 2021--mundur ke 2022--dan Asian Games 2022 yang juga memainkan tim U-23.