Faktor tinggi badan juga membuat pemain sektor putri bisa menggunakan servis panjang, karena jarang ada pemain yang tinggi banget. Berbeda dengan sektor putra yang banyak pemain yang bertubuh tinggi. Bahkan, rata-rata tinggi pemain putra adalah 170 cm.
Itu sudah ideal untuk melahap lambungan kok tinggi dengan kecepatan tanggung. Maka dari itu, pemain sektor putra perlu menghindari itu.
Nahasnya, jika dibandingkan dengan pebulu tangkis putra dari negara lain, kesalahan servis dari pebulu tangkis putra dari Indonesia jauh lebih banyak. Ini yang membuat mereka seringkali kalah, atau kesusahan sendiri, karena harus mencari poin untuk membayar kesalahan tersebut.
Kalau kesalahan dalam adu net dan smash, itu hal wajar. Karena, dalam permainan terbuka, pemain jelas lebih sulit mengontrol tenaga tangan dan akurasi penempatan kok. Dan, ini bukan kesalahan dasar.
Berbeda dengan kesalahan servis, yang menjurus pada teknik dasar. Teknik yang harus dikuasai dulu oleh calon pebulu tangkis amatir sebelum belajar melakukan smash hingga netting.
Itulah yang kemudian membuat saya berpikir bahwa pemain kita seperti kehilangan sentuhan pada teknik dasar, dan itu membuat mereka mempersulit diri sendiri dengan malah berupaya fokus ke tahap lain. Seperti, fokus dalam teknik menyerang lewat smash dan netting.
Padahal, yang seharusnya mereka perbaiki adalah teknik servisnya. Kalau teknik servisnya sudah akurat, maka mereka bisa "meringankan" beban menuju ke tantangan selanjutnya, yaitu bagaimana membangun serangan dan mengatur tempo permainan.
Itu juga berlaku sebaliknya. Kalau teknik servisnya tidak akurat, mereka makin sulit untuk memikirkan cara untuk keluar dari tekanan lawan.
Jangankan keluar dari tekanan lawan, keluar dari tekanan diri sendiri saja sulit banget. Inilah yang kemudian menjadi faktor lain yang membuat pemain kita terutama yang sektor putra sering melakukan kesalahan servis.
Mereka bisa diprediksi sering kesulitan mengontrol emosi dan pikiran yang mengakibatkan teknik servisnya amburadul. Uniknya, mereka bisa melakukan kesalahan itu justru ketika sedang memimpin perolehan poin.
Artinya, kita seperti melihat mereka sedang "bagi-bagi" poin. Bagaimana kita tidak geregetan kalau melihat hal itu terjadi?