Sebenarnya, saya juga harus makan dulu sebelum istirahat. Namun, saya melewatkan itu dan memilih segera istirahat.
Alasan saya segera istirahat adalah agar bisa bangun dan segar, lalu siap untuk mengikuti aktivitas yang memang dijadwalkan pada jauh hari sebelumnya, yaitu syuting film pendek. Sekalipun saya hanya kru yang tidak terlalu melakukan apa-apa, saya perlu bersemangat untuk tetap berpartisipasi di hari itu.
Beruntungnya, saya masih cukup kondusif sampai kemudian mulai merasakan stamina menurun di akhir proses syuting hari pertama. Faktor terlambat makan dan sebelumnya juga mengalami semacam "rutin" masuk kamar mandi selama tiga kali membuat saya seperti itu.
Mungkin, kalau saya sebelum berangkat ke lokasi syuting sudah makan, ceritanya bisa berbeda. Inilah yang kemudian saya balas setelah usai syuting, yaitu makan sebelum tidur dan sebelum tidur juga minum obat paracetamol yang telah diberikan saat vaksinasi.
Esok paginya, saya merasa sudah cukup bugar untuk kembali menjalani proses syuting untuk hari kedua sekaligus hari kedua saya menjadi "makhluk vaksin". Hanya saja, saya merasa lebih cepat menurun terutama ketika proses syuting dimulai dengan tempo yang cukup lambat.
Baru ketika proses syuting berjalan cepat, saya merasa lupa dengan keadaan saya. Sampai kemudian saya merasa sudah kembali lebih baik ketika sudah makan. Meskipun badan masih demam, saya merasa energi saya tidak serendah saat saya menunggu proses syuting dimulai.
Dari sini kemudian saya mempelajari pola kerja vaksin di dalam tubuh saya, yaitu tentang pentingnya waktu istirahat yang cukup dan kecukupan asupan makanan dan minuman di dalam tubuh.Â
Soal mengonsumsi paracetamol, ada yang bilang itu tidak terlalu wajib, tetapi kalau memang merasa itu penting, boleh saja dikonsumsi seperti yang saya lakukan.
Walaupun saya cenderung jarang mengonsumsi obat, tetap saja saya perlu mencoba memberikan asupan obat ke dalam tubuh saya ketika saya merasa tubuh sedang tidak dalam kondisi yang pernah dialami. Sekalipun saya pernah demam, tetapi demam karena sakit dengan demam karena vaksin rasanya berbeda.
Ketika demam karena sakit, biasanya tubuh sulit diajak berpura-pura baik-baik saja. Tetapi, kalau demam karena vaksin, tubuh sebenarnya tidak sepenuhnya lemah, hanya saja tidak sekuat biasanya.
Itulah yang kemudian membuat saya perlu mengonsumsi paracetamol, meskipun hanya sekali. Sejak itu, saya mulai menjalani masa pemulihan sampai akhirnya pada Minggu, 26 September 2021, saya sudah tidak lagi merasakan keluhan di lengan maupun di leher (suhu hangat).