Atmosfer pun mulai memanas, karena balapan tinggal menyisakan enam putaran lagi. Di sini, Marc Marquez mulai terlihat gencar menempel Bagnaia.
Itu karena memang Marquez punya kecepatan yang sebenarnya lebih baik dari Bagnaia. Dan, mulai dibuktikan dari tiap putaran yang tersisa, di mana Marquez terus berupaya mengambil alih posisi terdepan dari Bagnaia.
Teror demi teror dikerahkan oleh Marquez kepada Bagnaia, terutama ketika akan memasuki tikungan. Ditambah dengan tikungan arah kiri di sirkuit ini memang banyak dan merupakan kesukaan Marquez, seperti di Sachsenring.
Tiga putaran menuju finis, detak jantung Bagnaia makin tinggi, paddock Ducati disorot, dan mata penonton mulai tidak bisa beralih ke manapun. Ini adalah saatnya mengencangkan sabuk!
Benar saja. Selama tiga putaran tersisa itu, kita terus disuguhi adu salip antara Marc Marquez dengan Bagnaia.
Menariknya, setiap Marquez berhasil mendahului Bagnaia untuk masuk ke tikungan, Bagnaia berhasil membalas dengan mendahului Marquez untuk keluar dari tikungan. Dan, ini terus terjadi sampai puncaknya di putaran terakhir.
Ketika Marquez kembali mencoba memaksakan diri untuk masuk ke tikungan arah kiri, Bagnaia yang memang tahu titik tepat untuk mengerem tidak panik ketika melihat motor oranye kembali mendahuluinya. Karena, Bagnaia tahu, di situlah Marquez akan melakukan kesalahan.
Benar! Marquez melebar, dan Bagnaia langsung memanfaatkan momen itu untuk langsung membuat jarak.