Melihat kesulitan itu, mereka mulai berupaya memperbaiki motornya dan mengurangi idealisme dalam upaya berinovasi dan ingin segera tampil beda. Mereka kini dikabarkan sudah mulai mempertimbangkan untuk menggunakan pendekatan Ducati dalam menyinkronkan antara rangka badan motor dengan bentuk konfigurasi motor.
Jika melihat rangka badan--tempat tangki dan mesin--yang panjang, maka idealnya pembagian ruangnya juga tepat. Inilah yang membuat Ducati terlihat kompetitif. Karena, dengan ruang yang panjang pada badan utamanya, akan lebih tepat jika bentuk mesinnya bisa mengisi ruang yang disediakan.
Itulah yang membuat mesin V4 Ducati kemudian dikenal juga dengan istilah L4, karena sudutnya sudah bukan lagi 72 derajat, seperti Honda. Berbeda dengan Honda, juga KTM, yang masih bisa kompetitif dengan V4 72 derajat, karena rangka badan mereka tidak panjang.
Hanya saja, itu juga bisa menjadi petaka bagi pembalap yang berpostur tinggi seperti Danilo Petrucci. Saat ia memperkuat KTM Tech 3 terlihat sangat kesulitan dibanding saat di Ducati. Karena, pembalap berpostur tinggi perlu ruang yang lebih panjang, agar saat berakselerasi di lintasan lurus, tubuh bisa menunduk sempurna.
Itulah kenapa, bentuk konfigurasi mesin dengan rangka motor sangat penting untuk diperhitungkan. Karena selain akan berpengaruh pada keseimbangan motor, juga akan sangat berpengaruh bagi pembalap.
Jika motornya terdapat masalah, pembalap pun akan mendapatkan imbasnya. Bahkan, pembalap yang bisa mengatasi permasalahan atau kekurangan pada motornya sampai sejauh ini hanyalah Marc Marquez--setelah Valentino Rossi di masa lalu.