Lalu, apa yang membuat Aprilia menjadi lebih kompetitif?
Secara garis besar, Aprilia bisa terlihat lebih kompetitif, karena mereka mulai mau melupakan idealis kuatnya. Salah satu bukti dari berkurangnya idealisme pada Aprilia adalah konon kabarnya, mereka telah menggunakan konfigurasi mesin V4 yang bersudut 90 derajat seperti yang digunakan Ducati.
Dengan sudut sedemikian rupa, maka Aprilia mulai kompetitif dan hampir mirip seperti Ducati. Meskipun, sebenarnya mereka sudah terlihat seperti Ducati sejak awal berkompetisi lagi di kelas utama.
Kemiripannya bukan di kecepatan, melainkan di rangka badan motornya. Bahkan, saat motor MotoGP mulai menerapkan fairing aerodinamika, bentuk aero-fairing motor Aprilia bisa dikatakan 11-12 dengan motor Ducati.
Namun, yang membuat Aprilia seperti sulit mengikuti jejak Ducati yang kian kompetitif sejak 2016 adalah ketidaksinkronan antara bentuk konfigurasi mesin dengan rangka motor. Secara tampilan luar motor, motor Aprilia seperti Ducati, tetapi secara bentuk mesin, mereka seperti Honda dan KTM--yang meniru Honda.
Artinya, Aprilia seperti ingin mengombinasikan ciri khas Honda dengan Ducati. Di satu sisi, ini memang patut diacungi jempol, karena ada upaya berinovasi.
Namun, di sisi lain, ini seperti siswa yang asal melakukan salin-tempel dalam pembuatan makalah yang esok pagi harus disetorkan ke guru. Salin-tempel memang bukan hal yang sepenuhnya salah, jika dapat dilakukan dengan benar.
Tetapi, salin-tempel yang seringkali terjadi adalah ketidaksinkronan antara apa yang disalin-tempel dengan apa yang sebenarnya digagas atau yang ditargetkan. Artinya, upaya salin-tempel itu seperti bervisi pada, "yang penting jadi dan ada".
Itu yang kemudian seperti terjadi di Aprilia. Pembedanya, mereka seperti ingin membuat cara salin-tempel adalah sebagai inovasi dan suatu penawaran ciri yang berbeda.
Namun, upaya itu seperti sulit untuk menjadikan mereka kompetitif. Imbasnya tentu adalah penurunan daya tarik mereka bagi pembalap lain, termasuk pembalap muda yang akan pentas ke MotoGP.