Tetapi, ada juga yang berpikir kalau menulis itu tidak mudah. Bahkan, kebanyakan orang yang menulis adalah orang-orang yang sudah berumur yang bisa dikatakan tugasnya membanting tulang di lapangan sudah usai dan selanjutnya beralih ke dunia berbagi kisah tentang pengalaman hidup dan sisa-sisa pengetahuan yang hampir susah dibedakan dengan pengalamannya.
Lalu, bagaimana menurut saya?
Saya berpikir 50-50. Terkadang, saya juga mengakui kalau menulis memang tidak perlu berpanas-panasan, terjebak macet, dan menghabiskan stok minyak wangi.
Tetapi, di lain waktu, saya juga berpikir kalau menulis itu sulit. Bahkan, sangat sulit. Apa pun konteks tulisannya.
Bahkan, kesulitan yang seringkali saya alami akhir-akhir ini adalah kebutuhan modal. Bisa materi dan imaterial. Yang materi tentu berbicara tentang uang untuk modal internetan dan sarapan, termasuk stok kopi instan.
Sedangkan, yang imaterial adalah informasi. Ini juga seringkali berkaitan dengan modal internetan tadi. Ketika saya selalu perlu mencari informasi lewat internet, namun saya tidak mempunyai kuota, tentu saya tidak bisa mengakses informasi.
Bukankah ada buku?
Betul, buku juga bisa dijadikan sumber menulis, terutama artikel bebas di media online. Tetapi, informasi di dalam buku biasanya perlu dikombinasikan dengan informasi aktual.
Dan, dewasa ini, informasi aktual dimediasikan oleh internet. Koran-koran yang sekarang sudah bukan primadona pun tidak mampu menjadi alternatif. Kenapa?
Misalkan, saya punya uang 10.000 rupiah yang baru saja saya temukan di saku celana yang akan saya cuci. Maka, pikiran saya adalah membeli pulsa daripada koran.
Dengan pulsa 10.000 rupiah, saya kemungkinan bisa berinternetan minimal dua hari. Dan, saya sudah pasti masih bisa menonton video-video di Youtube yang juga menyediakan tambahan informasi, dan tentu saja terbarui dari hari pertama ke hari kedua.