Berbeda dengan pemangkas rambut profesional yang paling mentok akan membatin dan menandai klien tersebut.
Itu yang membuat si klien sampai kapan pun tidak akan pernah merasa bersalah atau merepotkan si pemangkas rambut.
Faktor keempat, uang. Benar, ini adalah faktor yang sering melandasi kenapa rambut saya jarang dipangkas di salon pangkas rambut.
Sebenarnya, biaya jasa pangkas rambut yang dibebankan kepada anak dan remaja tidak seperti klien umur dewasa. Kalau misalnya orang dewasa laki-laki dikenakan tarif 10.000-15.000 rupiah untuk pangkas rambut, maka untuk anak-anak kemungkinan harganya beda 40-50 persen.
Saya memang tidak tahu pasti harganya saat itu, karena hanya dua kali pangkas rambut tanpa dikenakan biaya.Â
Saya juga tidak pernah menggunakan jasa pangkas rambut yang biasanya mangkal di beberapa trotoar. Bukan karena tidak mau, tapi karena merasa uangnya sayang untuk itu.
Lebih baik buat ke warnet. Eh!
Lalu, kenapa akhirnya harus pangkas rambut sendiri?
Pertama, karena ibu sudah lelah menaklukkan kepala saya yang mungkin makin membatu.
Kedua, karena ibu saya mulai sangat sibuk bekerja dan bahkan punya potensi untuk kembali merantau. Artinya, waktu ibu lebih banyak tersita oleh pekerjaan dan sulit untuk berkompromi dengan urusan rambut saya.