Mereka juga seperti menempatkan diri sebagai tim semenjana ketika bertemu Kroasia. Mereka mencari gol dulu, lalu bertahan total hingga akhir.
Inilah yang kemudian membuat saya heran. Apakah tim dengan skuad berbanderol mahal di bursa transfer, ketika berkumpul, gaya mainnya seperti ini?
Memang, Prancis pun gaya mainnya tidak bagus amat. Mereka juga seperti bermain dengan pragmatis seperti yang dilakukan di final Piala Dunia 2018.
Tetapi, saya pikir itu bisa dimaklumi kalau di partai puncak. Seperti Portugal yang saya maklumi ketika mengalahkan Prancis di Euro 2016. Termasuk, juaranya Inter Milan di Liga Champions 2009/10. Atau, Chelsea yang juara Liga Champions 2020/21.
Kalau sudah di momen akhir, segalanya harus dilakukan untuk menang. Eksperimen taktik bermain indah mau tidak mau harus disingkirkan.
Tetapi, bagaimana kalau pola seperti itu dilakukan hampir sepanjang turnamen?
Itulah yang masih saya tunggu. Apakah tim seperti Inggris akan memeroleh hasil terbaiknya dengan gaya main sedemikian rupa.
Apakah tim dari negara yang mempunyai kompetisi terelit di dunia ini selamanya akan memberikan mimpi kepada pendukungnya? Terutama, bagi mereka yang mendukung tim Inggris karena Premier League.
Patut dinantikan.
Malang, 27-29 Juni 2021
Deddy Husein S.
Terkait: Bola.net, Panditfootball.com, Kompas.com 1 dan 2, Bola.com.
Baca juga: Empat Tim yang Patut Disorot dan