Artinya, ketika Indonesia mulai naik menyerang, itulah yang diinginkan Vietnam. Lewat kecepatan transisi, teknik kerjasama yang terlihat padu, dan kualitas individu, mereka akhirnya dapat mengobrak-abrik pertahanan Indonesia dan malah merekalah yang mencetak gol terlebih dahulu.
Ada satu hal lagi yang membuat Vietnam terlihat berbeda dari Thailand, yaitu fleksibilitas taktik. Berbeda dengan Thailand yang cenderung sistematis, taktik Vietnam seperti lebih dinamis.
Mereka juga tidak menggunakan cara yang mungkin bukan kelebihan mereka, yaitu permainan bola atas. Bahkan, gol ketiga yang berawal dari skema sepak pojok sebenarnya hasil dari kecerdikan seorang pemain yang sengaja berdiri di dekat Nadeo.
Itu seperti pertanda, bahwa di situlah seharusnya bola akhir akan jatuh. Entah dengan cara seperti apa. Dan, nahasnya bagi tim Indonesia, bola akhir memang jatuh di titik yang dekat dengan Nadeo.
Satu-satunya keanehan di situasi tersebut adalah tidak adanya pemain yang berdiri di tiang dekat. Biasanya, kita melihat Evan Dimas ada di situ, apa pun yang terjadi.
Namun, ternyata ketika bola pantul terjadi di tiang dekat, hanya tersisa Nadeo yang jelas terkejut dengan kedatangan bola yang cepat menuju gawangnya. Di sinilah kemudian, kita bisa melihat bahwa Vietnam sejauh ini bisa dikatakan sebagai tim yang komplet dan tahu diri.
Mereka tahu di mana letak kelebihan mereka dan tahu bagaimana mengatasi kelemahan mereka. Tinggal, apakah kita juga dapat melihat itu juga terjadi di tim Indonesia?
Semoga saja, demikian.
Mari, kita tetap dukung Timnas Indonesia hingga laga pamungkas di babak Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia. Di laga ini, Indonesia akan melawan Uni Emirat Arab pada 11 Juni 2021.
Kalah, imbang, atau menang, tetap kita dukung.
Malang, 8 Juni 2021
Deddy Husein S.