Timnas Indonesia harus menerima hasil buruk pascalaga melawan Timnas Vietnam (7/6) di Stadion Al-Maktoum, Dubai, Uni Emirat Arab. Tidak tanggung, skornya adalah 4-0 untuk kemenangan skuad asuhan Park Hang-seo.
Pada laga ini, pelatih Shin Tae-yong melakukan perubahan skuad yang bermain sejak menit pertama. Ada Osvaldo Haay, Yakob Sayuri, dan Rachmat Irianto.
Mereka menggantikan posisi Witan Sulaeman, Egy Maulana Vikri, dan I Kadek Agung. Perbedaan pemain yang diturunkan membuat permainan timnas juga sedikit berbeda dibandingkan sebelumnya.
Saat melawan Thailand, permainan timnas Indonesia mempunyai cukup keseimbangan antara bertahan dan menyerang. Sedangkan, di laga ini, permainan timnas Indonesia lebih berat pada fokus bertahan.
Sisi bagusnya, pertahanan timnas di awal pertandingan tidak mudah ditembus. Bahkan, hingga babak pertama berakhir, skor masih 0-0.
Suatu pemandangan yang bagus untuk dapat menganggap adanya progres dalam bertahan antara laga sebelumnya dengan laga ini. Perbedaan skuad yang diturunkan bisa menjadi indikatornya.
Sedangkan, pada sisi kurang bagusnya, skuad Garuda terlihat kurang berani untuk menyerang dengan pola yang tertata. Memang, apa yang dilakukan para pemain seperti menjalankan instruksi pelatih. Namun, pada penyelesaian akhir atau pun penguasaan bola akhir, itu yang masih menjadi kekurangan.
Pada babak kedua, ada indikasi bahwa Indonesia ingin mencari gol. Shin Tae-yong memasukkan Egy dan Witan untuk menggantikan Yakob dan Osvaldo.
Pergantian ini membuat awal mula Indonesia di babak kedua seperti terlihat lebih berani dan lebih lama menguasai bola di area permainan Vietnam dibandingkan babak pertama. Namun, sesuatu yang tidak diinginkan oleh pendukung Indonesia adalah Vietnam justru mampu mencetak gol ke gawang Nadeo.
Skor berubah menjadi 1-0. Gol yang cukup kontroversial itu kemudian menjadi pelecut kepercayaan diri pemain Vietnam. Di sisi berbeda, malah seperti mengubah fokus permainan Indonesia.
Mereka ingin keluar menyerang, tetapi lini pertahanan menjadi rentan diserang dengan aliran bola cepat. Gol kedua Vietnam pun tercipta karena krang cepatnya lini pertahanan tim Indonesia menutup serangan cepat Vietnam.
Gol ini semakin menyulitkan asa Indonesia untuk dapat menyamakan kedudukan. Bahkan, untuk mencetak satu gol juga masih kesulitan.
Secara bertahap, Vietnam mampu menambah keunggulan menjadi 3-0 dan kemudian menjadi 4-0. Saat laga sudah seperti selesai bagi Timnas Indonesia, namun Shin Tae-yong tetap punya tujuan yang sama seperti di awal babak kedua, yaitu mencari gol.
Itu dapat dilihat dari masuknya Saddam Gaffar dan Muhammad Rafli. Masuknya dua penyerang tinggi ditambah dua pemain sayap seperti Egy dan Witan dan masih adanya Kushedya Yudo di lini depan terlihat bahwa Timnas Indonesia tidak gentar.
Tidak jarang, tim yang sedang tertinggal jauh cenderung memasukkan banyak pemain bertipe bertahan. Karena, tujuannya adalah memperbaiki lini pertahanan.
Namun, Shin Tae-yong berpikir sebaliknya. Kekuatan bertahan yang bisa dikatakan bagus adalah ketika tim berani menguasai bola dan berani menyerang. Dengan begitu, lawan menjadi terpaksa bertahan.
Hanya saja, tujuan bagus Shin Tae-yong terlihat sudah terbaca oleh Vietnam. Setelah unggul dan menjauh, mereka cenderung memperlambat tempo permainan. Mereka juga memasukkan pemain-pemain bertipe bertahan.
Pergantian terakhir yang dilakukan Shin Tae-yong adalah memasukkan Agung menggantikan Yudo. Masuknya pemain yang sebelumnya mencetak gol ke gawang Thailand itu seperti mengindikasikan bahwa Indonesia sebenarnya sudah bermain dengan kekuatan terbaiknya.
Imbang dalam bertahan dan menyerang. Namun, kebobolan 4 gol memang bukan hal yang mudah untuk diterima begitu saja.
Hanya saja, pemandangan yang terlihat bagus di laga ini adalah Evan Dimas dkk. tidak terlihat lelah. Mereka bahkan sempat punya beberapa peluang yang cukup mengancam pertahanan lawan.
Dua diantaranya adalah tendangan dari luar kotak penalti Egy dan tendangan di dalam kotak penalti yang dilakukan Saddam. Walau tidak menjadi gol, itu sudah menjadi tanda, bahwa para pemain tidak sepenuhnya jatuh mentalnya ketika sudah pasti kalah.
Motivasi mereka untuk menyerang masih ada. Bahkan, pada detik terakhir pertandingan, bola sedang ada di dalam kotak penalti Vietnam sebelum akhirnya melambung--ditendang Saddam--di atas mistar gawang Vietnam.
Secara hasil memang sudah seperti itu, dan kita tidak bisa mengubahnya. Tetapi, kekalahan itu tidak terlalu mencerminkan kesalahan Timnas Indonesia.
Terutama taktik Shin Tae-yong. Pola permainan tim di babak pertama dan babak kedua ada perbedaan. Keduanya juga punya sisi bagus dan sisi buruknya.
Tetapi, yang membuat Indonesia kalah sebenarnya adalah permainan Vietnam yang memang terlihat lebih matang. Mereka tahu harus berbuat apa ketika menghadapi permainan bertahan grendel ala kuartet bek Indonesia.
Pada babak pertama, Vietnam seperti mengira bahwa Indonesia akan kesulitan menghadapi penguasaan bola yang sangat dekat dengan kotak penalti. Mungkin, harapannya adalah terjadi pelanggaran dan menghasilkan tendangan bebas.
Namun, pola itu terlihat gagal. Para pemain Indonesia justru baru melakukan upaya memotong bola saat di dalam kotak penalti, atau saat situasi sangat genting.
Alasan Vietnam melakukan itu bisa terindikasi oleh postur pemain Vietnam yang tidak beda jauh dari pemain Indonesia. Itulah mengapa, hampir jarang terlihat pemain Vietnam melakukan bola-bola silang lambung walaupun ketika dicoba seringkali terlihat berbahaya.
Namun, keberadaan Rizky Ridho dan Arif Satria di posisi bek tengah Indonesia cukup terlihat tangguh menghadapi pola demikian. Mereka juga terlihat seperti belajar dari laga sebelumnya yang sangat memperlihatkan kelemahan tim Indonesia dalam menghadapi bola udara yang diarahkan ke tiang jauh.
Hanya gol ketiga dari skema sepak pojok Vietnam yang berhasil lolos dari hadangan dua bek ini. Selebihnya, skema sepak pojok dan umpan silang lambung Vietnam sering digagalkan oleh duet bek ini atau pun pemain lain.
Mengetahui kegagalan skema itulah, Vietnam mengubah cara bermain di babak kedua. Mereka mulai lebih spekulatif dalam mencoba mengarahkan bola langsung ke gawang Nadeo.
Pola penyerangan mereka juga lebih cepat lagi dan selalu berupaya mengisi kekosongan ruang antara lini belakang Indonesia dengan lini tengahnya. Memang, sejak masuknya Egy dan Witan, ada ruang yang cukup kosong antara lini bertahan dan lini tengah tim Indonesia.
Vietnam terlihat sangat reaktif dengan situasi permainan yang ingin diperagakan Indonesia di babak kedua. Mereka juga mempersiapkan apa yang ingin dicapai Indonesia, yaitu mencetak gol di babak kedua.
Artinya, ketika Indonesia mulai naik menyerang, itulah yang diinginkan Vietnam. Lewat kecepatan transisi, teknik kerjasama yang terlihat padu, dan kualitas individu, mereka akhirnya dapat mengobrak-abrik pertahanan Indonesia dan malah merekalah yang mencetak gol terlebih dahulu.
Ada satu hal lagi yang membuat Vietnam terlihat berbeda dari Thailand, yaitu fleksibilitas taktik. Berbeda dengan Thailand yang cenderung sistematis, taktik Vietnam seperti lebih dinamis.
Mereka juga tidak menggunakan cara yang mungkin bukan kelebihan mereka, yaitu permainan bola atas. Bahkan, gol ketiga yang berawal dari skema sepak pojok sebenarnya hasil dari kecerdikan seorang pemain yang sengaja berdiri di dekat Nadeo.
Itu seperti pertanda, bahwa di situlah seharusnya bola akhir akan jatuh. Entah dengan cara seperti apa. Dan, nahasnya bagi tim Indonesia, bola akhir memang jatuh di titik yang dekat dengan Nadeo.
Satu-satunya keanehan di situasi tersebut adalah tidak adanya pemain yang berdiri di tiang dekat. Biasanya, kita melihat Evan Dimas ada di situ, apa pun yang terjadi.
Namun, ternyata ketika bola pantul terjadi di tiang dekat, hanya tersisa Nadeo yang jelas terkejut dengan kedatangan bola yang cepat menuju gawangnya. Di sinilah kemudian, kita bisa melihat bahwa Vietnam sejauh ini bisa dikatakan sebagai tim yang komplet dan tahu diri.
Mereka tahu di mana letak kelebihan mereka dan tahu bagaimana mengatasi kelemahan mereka. Tinggal, apakah kita juga dapat melihat itu juga terjadi di tim Indonesia?
Semoga saja, demikian.
Mari, kita tetap dukung Timnas Indonesia hingga laga pamungkas di babak Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia. Di laga ini, Indonesia akan melawan Uni Emirat Arab pada 11 Juni 2021.
Kalah, imbang, atau menang, tetap kita dukung.
Malang, 8 Juni 2021
Deddy Husein S.
Terkait: Kompas.com, Bolasport.com 1 dan 2.
Baca juga: Awal Bagus Timnas Indonesia Era Shin Tae-yong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H