Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Ikut Event Samber THR Kompasiana 2021 yang Sedap-sedap Ngeri

4 Juni 2021   18:27 Diperbarui: 4 Juni 2021   19:01 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Samber THR Kompasiana 2021. Sumber: diolah dari thr.kompasiana.com

Tulisan ini tentu hanya seputar pengungkapan perasaan saya ketika mengikuti event tahunan di Kompasiana, yang bernama Samber THR Kompasiana. Terhitung secara pribadi, saya mengikuti event ini tiga kali berturut sejak 2019.

Event ini kabarnya sudah ada sejak 2018. Namun, karena saya baru masuk ke Kompasiana bulan November, otomatis tidak merasakan Samber THR "musim pertama".

Kesan awal mengikuti terasa sangat menarik dan menantang. Seolah-olah sudah seperti pekerjaan, karena tiap hari harus menyetor minimal satu tulisan dan berlabel Samber THR.

Tahun kedua, saya terasa seperti sudah mengerti aturan main. Namun, penghalangnya adalah pandemi. Segala rencana yang dibayangkan sebagai evaluasi pribadi pada tahun 2019, terasa buyar seketika.

Namun, itu adalah pengalaman menarik. Bahkan, ada pengalaman yang sulit terlupakan, yaitu membuat konten video menu bersahur.

Kebetulan saat itu juga masih cukup bersemangat membuat konten video di kanal Youtube pribadi. Beruntung juga, ada teman yang bersedia diajak kolaborasi.

Sekalipun mungkin tidak sesuai dengan aturan main di Samber THR, menurut saya itu sudah suatu terobosan baru bagi saya sendiri. Kapan lagi bisa bikin konten kolaborasi dengan kanal yang tidak sebesar orang-orang yang sudah pantas menyandang status Youtuber.

Artinya, saya menemukan salah satu pencapaian pribadi dan itu menyenangkan bagi saya, walaupun tidak menang di event tersebut. Improvisasi adalah suatu hal yang selalu ingin saya lakukan sebagai bagian dari upaya mengobati diri yang cenderung kurang kreatif.

Kemudian, di tahun ketiga, alias tahun ini, saya menemukan pemandangan yang sebenarnya menarik. Secara objektif, saya melihat Kompasiana seperti berupaya mempopulerkan event ini dengan semaksimal mungkin.

Penampilan atas microsite event. Sumber: diolah dari thr.kompasiana.com
Penampilan atas microsite event. Sumber: diolah dari thr.kompasiana.com
Penggaetan sponsor dan memanfaatkan kreativitas Kompasianer--sebutan para pembuat konten di Kompasiana--di media sosial, adalah buktinya. Saya tentu angkat topi untuk upaya itu.

Walaupun, secara subjektif, entah karena idealisme atau karena ketidakmampuan saya untuk mengikuti pola populer itu, saya cenderung menganggap itu adalah kengerian. Namun, di sinilah saya belajar satu hal, yaitu bijak dalam membuat konten yang di luar batas kemampuan.

Sebesar-besarnya upaya saya untuk berimprovisasi, tentu akan kurang berdaya kalau berhadapan dengan yang sudah siap melakukan improvisasi. Bahkan, bisa saja orang lain melakukan itu adalah kewajaran mereka.

Maka dari itu, saya menjadi berani untuk memilih tidak mengikuti seluruh tema di event Samber THR 2021. Ini yang membuat saya seperti belajar juga untuk memaklumi adanya pengibaran bendera putih.

Bukan bendera putih di MotoGP yang berarti bisa melakukan pergantian motor saat balapan. Bendera putih ini lebih berarti mengaku kalah sebelum tanda finis terlihat.

Menjadi orang legawa bukanlah hal mudah, apalagi untuk ukuran orang muda yang sebenarnya masih menggebu-gebu untuk menantang diri melakukan hal-hal di luar batas kemampuan. Tetapi di sisi lain, saya juga harus ingat dengan satu hal, yaitu belajar memaafkan kekurangan diri-sendiri.

Melihat kekurangan orang lain itu gampang. Tetapi, melihat kekurangan diri-sendiri itu terkadang sulit. Apalagi, bagi orang yang berupaya membangun kepercayaan diri, maka di dalam pikiran harus ada optimis bukan pesimis.

Lalu, ketika event ini berakhir, tepatnya di H+1 Idul Fitri, saya merasa seperti jauh lebih lega dari tahun-tahun sebelumnya. Mungkin, karena saya sudah tidak mengharapkan keajaiban atas undian kemenangan.

Tetapi, kelegaan itu lebih bersifat mengapresiasi atas usaha yang sudah saya lakukan di tengah keterbatasan. Salah satunya, ekonomi. Ini saya rasakan betul ketika harus membeli produk minuman madu yang sebenarnya tidak pernah masuk ke dalam daftar kiat mempersehat diri sebelumnya.

Tetapi, demi konten, saya mencoba itu. Membeli minuman suplemen yang harganya setara dengan dua porsi nasi lalapan menu ayam goreng terasa seperti "beuh!" di pikiran.

Hanya saja, itu terasa menantang. Nyali jiwa muda seolah-olah berhasil menepikan pikiran jiwa tua tentang besok makan apa?

Makan madu. Hehehe.

Lewat upaya itu, kemudian saya berpikir tentang profesionalisme yang diusung para pembuat konten dewasa ini. Mungkin, banyak di antara mereka yang menjadi pembuat konten di media sosial maupun di Youtube, sebenarnya tidak memiliki keterkaitan pribadi dengan produk-produk tersebut.

Namun, demi 'cuan' atau juga demi profesionalisme, mereka akan mencoba produk-produk tersebut. Artinya, di balik gurat senyum, mungkin ada kerut di dahi yang saya tidak tahu.

Artinya, pada event tahun ini, kembali saya menemukan pengalaman menarik yang bisa saya petik dampak baiknya. Soal apakah saya masuk ke undian pemenang, saya sudah mengibarkan bendera putih.

Karena, saya tahu, banyak yang lebih pantas menang dan artikelnya lebih pantas menjadi bahan promosi produk tersebut. Sedangkan, punya saya tentu saja tidak.

Saya berbicara tentang fakta, bukan tentang pesimistis. Jadi, tidak perlu diberi kata semangat. Itu tidak penting, karena saya tidak membutuhkan itu di konteks pembuatan konten tersebut.

Kemudian, sebagai penutup tulisan yang sebenarnya hanya berisi curahan pikiran receh ini, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada Kompasiana yang menurut saya berhasil mengadakan Samber THR yang tetap berkonsep meriah.

Masukan Kompasianer memang penting untuk perkembangan Kompasiana. Namun, saya harap, yang diambil dan diwujudkan adalah masukan-masukan yang dapat ditakar tepat secara objektif, bukan subjektif.

Kalau kemudian, acara-acara kompetisi blog lebih mengakomodasi pembuat konten yang beruang cukup, dan menguntungkan bagi modal pengembangan Kompasiana, maju saja. Karena, siapa tahu, kalau sudah mapan, Kompasiana mampu mulai memerhatikan hal-hal yang bersifat all side engagement, bukan lagi one side engagement.

Saya bilang one side engagement, karena yang saya lihat banyak artikel lebih berupaya memperhatikan sisi luar dari pembuat konten. Terkadang, aksi itu terkadang kurang ditunjang dengan latar belakang si pembuat konten, alias mengukur tingkat kemampuan pembuat konten.

Para pembuat konten boleh bersikap peduli dengan sekitarnya, karena itu adalah tindakan mulia. Tetapi, mereka masih punya hak untuk juga peduli dengan kehidupannya sendiri.

Kalau hal itu belum diperhatikan, mungkin saat ini kita masih mementingkan one side engagement, bukan all side engagement yang mana para pembuat konten juga masuk ke dalam kategori diperhatikan, bukan memperhatikan terus.

Satu hal lagi yang membuat saya berharap event Samber THR tetap ada selama-lamanya adalah tentang adanya timbal-balik antara pemberi hadiah dengan calon penerima hadiah.

Sebagai pribadi yang kurang suka melihat sistem undian pemenang hadiah seperti di televisi yang menurut saya terlalu gampang tantangannya dan cenderung sangat untung-untungan, saya menganggap kompetisi berhadiah seperti Samber THR masih lebih baik.

Di event seperti Samber THR, calon pemenang menurut saya masih punya daya tawar terhadap kompetisi. Mereka punya kemampuan (empirik dan nonempirik) yang dapat dijadikan modal untuk berpartisipasi.

Jadi, event seperti Samber THR menurut saya masih memberikan harga diri yang lebih baik bagi pesertanya, dan bukan hanya modal untung-untungan. Semoga, itu yang dapat dipertahankan.

Salam hangat!

Malang, 4-6-2021
Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun