Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Ikut Event Samber THR Kompasiana 2021 yang Sedap-sedap Ngeri

4 Juni 2021   18:27 Diperbarui: 4 Juni 2021   19:01 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebesar-besarnya upaya saya untuk berimprovisasi, tentu akan kurang berdaya kalau berhadapan dengan yang sudah siap melakukan improvisasi. Bahkan, bisa saja orang lain melakukan itu adalah kewajaran mereka.

Maka dari itu, saya menjadi berani untuk memilih tidak mengikuti seluruh tema di event Samber THR 2021. Ini yang membuat saya seperti belajar juga untuk memaklumi adanya pengibaran bendera putih.

Bukan bendera putih di MotoGP yang berarti bisa melakukan pergantian motor saat balapan. Bendera putih ini lebih berarti mengaku kalah sebelum tanda finis terlihat.

Menjadi orang legawa bukanlah hal mudah, apalagi untuk ukuran orang muda yang sebenarnya masih menggebu-gebu untuk menantang diri melakukan hal-hal di luar batas kemampuan. Tetapi di sisi lain, saya juga harus ingat dengan satu hal, yaitu belajar memaafkan kekurangan diri-sendiri.

Melihat kekurangan orang lain itu gampang. Tetapi, melihat kekurangan diri-sendiri itu terkadang sulit. Apalagi, bagi orang yang berupaya membangun kepercayaan diri, maka di dalam pikiran harus ada optimis bukan pesimis.

Lalu, ketika event ini berakhir, tepatnya di H+1 Idul Fitri, saya merasa seperti jauh lebih lega dari tahun-tahun sebelumnya. Mungkin, karena saya sudah tidak mengharapkan keajaiban atas undian kemenangan.

Tetapi, kelegaan itu lebih bersifat mengapresiasi atas usaha yang sudah saya lakukan di tengah keterbatasan. Salah satunya, ekonomi. Ini saya rasakan betul ketika harus membeli produk minuman madu yang sebenarnya tidak pernah masuk ke dalam daftar kiat mempersehat diri sebelumnya.

Tetapi, demi konten, saya mencoba itu. Membeli minuman suplemen yang harganya setara dengan dua porsi nasi lalapan menu ayam goreng terasa seperti "beuh!" di pikiran.

Hanya saja, itu terasa menantang. Nyali jiwa muda seolah-olah berhasil menepikan pikiran jiwa tua tentang besok makan apa?

Makan madu. Hehehe.

Lewat upaya itu, kemudian saya berpikir tentang profesionalisme yang diusung para pembuat konten dewasa ini. Mungkin, banyak di antara mereka yang menjadi pembuat konten di media sosial maupun di Youtube, sebenarnya tidak memiliki keterkaitan pribadi dengan produk-produk tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun