Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Awal yang Bagus bagi Timnas Indonesia Era Shin Tae-yong

4 Juni 2021   03:59 Diperbarui: 4 Juni 2021   08:43 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi gol Evan Dimas Darmono ke gawang Thailand (3/6). Sumber: PSSI via Kompas.com

Memang, hasil akhir dari pertandingan antara Thailand vs Indonesia (3/6) adalah 2-2. Hasil ini juga sebenarnya tidak menentukan apa-apa bagi Timnas Indonesia.

Namun, secara permainan terlihat jelas bagaimana para pemain Indonesia menunjukkan pemandangan yang berbeda. Penuh determinasi, dan itu sungguh luar biasa.

Berlaga di Stadion Al-Maktoum di Dubai, Unit Emirat Arab, Timnas Indonesia harus mengalami dua kali kebobolan terlebih dahulu. Namun, dua kali pula pasukan Garuda mampu menyamakan kedudukan.

Gol pertama harus tercipta sangat cepat, yaitu di menit keempat. Diawali dengan sepak pojok, kemudian terdapat bola liar yang dapat dikuasai bek kanan Thailand, Narubadin. Ia kemudian segera menendang bola ke pojok kiri atas gawang Indonesia.

Pada situasi ini, para pemain Indonesia tidak cepat menutup ruang tembak, dan gol tercipta tanpa mampu dibaca oleh Nadeo Argawinata. Mantan kiper Borneo FC ini dipasang sebagai penjaga gawang utama dan harus merasa kesal, karena gagal menghalau bola.

Cukup lama, Indonesia dapat mencetak gol penyama kedudukan. Bahkan, ada kemungkinan bahwa skuad asuhan Shin Tae-yong baru akan mencetak gol di babak kedua.

Namun, ternyata ada proses membangun serangan dari Syahrian Abimanyu di sisi kiri pertahanan Thailand. Ia kemudian seperti mengerti arah pergerakan rekan duetnya di gelandang bertahan, Kadek Agung.

Pemain bernomor 22 itu pun berhasil menggapai umpan terobosan Abi di dalam kotak penalti. Agung kemudian tinggal berhadapan dengan penjaga gawang Thailand, dan gol! 1-1. Timnas Indonesia bangkit.

Skor 1-1 juga bertahan hingga peluit tanda jeda babak pertama terdengar. Melihat apa yang terjadi dalam babak pertama, mulai terlihat bahwa Timnas Indonesia sekarang punya kecenderungan mampu menguasai keadaan walau sedang tertinggal.

Secara perlahan, ini mengingatkan pada laga uji coba pertama Timnas Indonesia melawan Afghanistan. Walaupun harus kalah 2-3, terlihat bahwa Indonesia sekarang tidak seperti dulu.

Tim yang cenderung tampil spartan di satu jam pertandingan, setelah itu loyo. Seolah-olah, pertandingan sepak bola sebaiknya dimainkan dalam durasi 60 menit saja, agar Indonesia punya potensi untuk menang.

Itu yang sering menjadi kritik bahkan mungkin sudah menjadi identitas Timnas Indonesia. Bermain bagus selama 60 menit, setelah itu amburadul.

Namun, pada laga melawan Afganistan, justru para pemain Indonesia mampu mencetak gol di pertengahan akhir babak kedua. Itu pertanda, kalau para pemain Indonesia masih punya konsentrasi yang bagus hingga akhir pertandingan.

Laga uji coba Indonesia vs Afganistan. Sumber: Google/TimnasI ndonesia
Laga uji coba Indonesia vs Afganistan. Sumber: Google/TimnasI ndonesia
Memang, secara skor, Indonesia kalah. Namun, seharusnya kita sadar dengan satu hal itu, daya tahan pemain.

Itulah yang kemudian diperlihatkan lagi di laga melawan Thailand. Memang, sekali lagi, kita harus melihat Evan Dimas dkk. kebobolan gol cepat. Tetapi, mereka masih mampu bangkit dan menguasai keadaan.

Pemandangan itu juga terjadi di babak kedua. Ketika Thailand kembali mampu mencetak gol lewat sundulan Adisak, dan juga dengan situasi yang dibangun lewat bola mati, Indonesia tidak terlihat hilang semangat.

Hingga akhirnya, gol yang dibutuhkan oleh publik Indonesia kembali tercipta. Kali ini lewat Evan Dimas.

Sang kapten tim mendapatkan bola "beruntung" dari Egy Maulana Vikri dan langsung mengirim bola dengan kencang ke gawang Thailand. Skor kembali sama kuat, 2-2.

Sejak itu, permainan cenderung berimbang. Memang, para pemain Thailand masih berupaya membombardir pertahanan Indonesia, namun para pemain bertahan Indonesia juga sangat fokus untuk berduel.

Salah satu pemain bertahan yang terlihat jatuh-bangun di sisi kiri pertahanan Indonesia adalah Pratama Arhan. Pemain ini memang sering dieksploitasi dalam penyerangan Thailand. Namun, dia terlihat selalu siap menghadapinya.

Kredit juga diberikan kepada semua pemain Indonesia, termasuk Egy dan Witan Sulaeman. Dua pemain yang berkarier di Eropa itu terlihat sangat siap untuk berduel mati-matian dengan para pemain Thailand.

Keduanya walaupun merupakan penyerang, tetapi tidak keberatan untuk ikut bertahan, membantu dua bek sayap Indonesia. Sayangnya, dua pemain ini harus ditarik keluar karena cedera.

Beruntungnya, pergantian pemain tidak mengubah determinasi tim. Para pemain Indonesia masih berani bertarung. Bahkan, hingga pertandingan tinggal beberapa detik saja.

Salah satu hal yang menjadi pelengkap dari perubahan gaya main Timnas Indonesia yang ditunjukkan di laga ini adalah keberuntungan. Ada momen di penghujung laga yang memperlihatkan bola umpan silang yang dilakukan pemain Thailand mengenai tangan Asnawi Mangkualam, dan di kotak penalti!

Namun, sangat beruntung, wasit tidak menganggap itu pelanggaran, alias handball. Mungkinkah itu ball to hand, atau wasit memang tidak melihatnya?

Walapun para pemain Thailand berupaya protes, wasit tetap bergeming hingga meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Skor 2-2 adalah hasil dari lanjutan babak Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Grup G.

Statistik perlandingan Thailand vs Indonesia (3/6). Sumber: Google/Thailand vs Indonesia
Statistik perlandingan Thailand vs Indonesia (3/6). Sumber: Google/Thailand vs Indonesia
Bagi Thailand yang di era ini dilatih Akira Nishino tentu merupakan kerugian. Mereka seharusnya dapat memenangkan pertandingan ini, karena mereka terlihat lebih berani menguasai bola dan konstan untuk menyerang.

Namun, determinasi pemain Indonesia ditunjang keberuntungan di akhir laga menjadi penghalang. Bahkan, kalaupun Timnas Indonesia kalah karena kejadian handball Asnawi di dalam kotak penalti, itu bukan suatu hal yang sangat mengecewakan.

Karena, kita sudah melihat tim Indonesia yang sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. Timnas yang sekarang terlihat lebih stabil dalam segi stamina dan mentalitasnya.

Walaupun mungkin di masa lalu, skuad timnas punya mental yang bagus. Tetapi, kalau staminanya tidak bagus, sama saja. Orang yang lelah pasti konsentrasinya mudah memudar.

Artinya, kunci utama dalam skuad Timnas Indonesia saat ini adalah stamina. Itu tidak lepas dari pemilihan pemain di skuad senior, yang rata-rata adalah pemain muda yang baru saja lulus dari skuad timnas kelompok umur.

Sebut saja, Egy, Witan, Rafli, Abi, Rizky Ridho, Arif Satria, hingga Osvaldo Haay. Bisa dikatakan, hanya Evan Dimas dan Ryuji Utomo yang merupakan sisa-sisa dari generasi yang sudah pernah memperkuat timnas senior.

Bahkan, kalau merujuk pada jam terbang pun hanya Evan Dimas yang konstan bermain regular di timnas. Ryuji walaupun cukup sering dipanggil, ia masih kalah bersaing dengan Hansamu Yama Pranata ataupun Yanto Basna di skuad utama.

Artinya, skuad timnas saat ini adalah skuad yang dipilih berdasarkan tingkat kebugaran yang terbaik di Indonesia. Ini seperti menjawab pertanyaan yang selama ini mengudara, yaitu tentang degradasi penampilan para pemain Indonesia di level senior.

Padahal, di level junior, Timnas Indonesia terlihat sangat spartan. Namun, ketika di level senior, para pemain terlihat mudah loyo.

Itulah kenapa, pemilihan pemain kali ini cenderung tidak membawa pemain-pemain berpengalaman seperti Beto Goncalvez, Ilija Spasojevic, Irfan Bachdim, Stefano Lilipaly, bahkan Andritany. Artinya, Shin Tae-yong seperti mengikis habis generasi yang punya potensi mudah lelah dengan generasi yang masih belum cepat lelah.

Selain itu, Shin Tae-yong juga bisa dikatakan sedang didukung dengan situasi. Situasi itu bernama pandemi.

Pandemi Covid-19 membuat kompetisi di Indonesia mandek. Berhentinya kompetisi di Indonesia membuat cukup banyak pemain potensial dari Indonesia pergi ke liga lain.

Eropa, Asia Tenggara, Asia Timur, hingga Australia kemudian menjadi destinasi menarik bagi pemain-pemain Indonesia yang ternyata juga dapat dipanggil Shin Tae-yong. Egy, Witan, Asnawi, Abi, hingga Ryuji adalah pemain-pemain yang akhirnya mendapatkan kesempatan belajar sepak bola yang lebih benar.

Itu yang kemudian bisa saja menjadi salah satu faktor tentang mengapa permainan timnas saat ini terlihat seperti lebih tertata dan tidak mudah jatuh mentalnya. Secara fisik dan teknik juga terlihat berbeda dari sebelumnya.

Seperti Egy dan Witan yang mulai terlihat seperti pemain kecil khas Eropa. Walau tidak tinggi besar, tapi sangat terlihat ada otot-otot yang menunjang daya tahan mereka di atas lapangan.

Begitu juga pada teknik permainan. Asnawi dan Abi terlihat sudah menunjukkan kelasnya sebagai bek kanan dan gelandang bertahan.

Asnawi yang sekarang, terlihat tidak sembrono dalam mengambil risiko di lini pertahanan sendiri. Kemudian, Abi terlihat tidak grogi dalam menguasai bola dan membantu Evan Dimas mengoordinasi permainan.

Itulah yang kemudian dapat kita ambil sebagai hikmah dari kemacetan kompetisi di Indonesia. Ternyata, malah dapat membuat para pemain terbaik kita mendapatkan kesempatan "beruji nyali" di level yang tepat.

Walaupun, mereka di kompetisi luar belum sepenuhnya mapan, namun pengetahuan mereka bisa digunakan untuk mendongkrak permainan timnas. Ini yang kemudian memuluskan strategi pelatih yang kali ini terlihat sangat khas dalam menunjukkan karakternya, yaitu kerja keras.

Itu yang kita lihat di laga melawan Thailand. Para pemain Indonesia sangat bekerja keras dari pemain depan hingga pemain belakang, dan itu dilakukan secara konstan hingga menit terakhir.

Harapannya, ini adalah titik awal dari sebuah harapan, bahwa Timnas Indonesia akan terus bermain sedemikian rupa. Soal hasil, itu akan mengikuti dari perjuangan yang hebat seperti di laga ini.

Terima kasih, Timnas Indonesia! Kita akan kembali mengawal pertandinganmu pada Senin nanti (7/6).

Malang, 4-6-2021
Deddy Husein S.

Terkait: PSSI.org, Kompas.com 1, Tempo.co, Bola.com, dan Kompas.com 2.
Baca juga: Trilogi Menanggapi Protes Suporter di Old Trafford

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun