Tulisan ini berisi kronologi yang saya pikir cukup lengkap untuk menceritakan bagaimana peretasan bisa saya alami.
Kronologi peretasannya menurut saya dapat dimulai dari setelah saya membaca isi pesan masuk dalam akun surat elektronik (surel/e-mail) yang terlihat aneh namun tetap saya klik. Faktor penasaran yang tinggi membuat jempol saya bergerak untuk mengeksekusi.
Sejak itu, saya terus berpikir tentang keanehan di dalam pesan surel tersebut. Bagaimana bisa surel yang terlihat seperti saling berbincang masuk ke inbox surel saya?
Kemudian, tanpa saya sadari, sebenarnya surel itu tergolong spam. Ternyata, sebenarnya ada banyak surel spam yang masuk ke kotak spam dan baru saya sadari ketika saya sudah merasa ada yang sangat tidak beres dengan ponsel saya.
Jika dibaca sekilas dari baris paling atas dari isi surelnya yang terlihat, seperti menggunakan kosakata formal, namun hal itu sangat mencurigakan. Beruntung, surel-surel itu masuk spam, dan tidak saya buka.
Saat membuka Chrome untuk mengakses Kompasiana dan laman lainnya, saya juga sering mendapati kemunculan pop-up situs yang isinya tentang horoskop. Memang, saya suka dengan hal-hal yang berkaitan dengan zodiak, tetapi tidak begini juga caranya.
Tidak berhenti di situ, ketika membuka Youtube, saya juga sering melihat tampilan tiba-tiba seperti muncul pop-up yang mengarah ke Chrome. Padahal, saya tidak sedang menekan tombol apa pun, seperti iklan atau pengaturan yang memungkinkan laman Youtube berpindah dari Youtube ke aplikasi pencarian tersebut.
Pemutaran video juga tidak jarang terjeda tanpa saya jeda. Yang paling menyebalkan adalah pengaturan resolusi video yang biasanya saya atur dalam fitur Penghemat Data dan resolusi 144p, malah sering berubah-ubah antara 240p dan 360p.
Namun, tingkat kekesalan saya masih lebih tinggi ketika menghadapi pengambilalihan akun WA. Tentu, akun WA tersebut adalah akun yang sangat penting dalam konteks relasi kerja, termasuk untuk menghubungi admin Kompasiana kalau ada hal-hal yang perlu saya tanyakan.